Chapter 4: Kokoro 心*
7 Maret 2014
"Bagaimana? Apakah semua persiapannya sudah beres?" tanya seorang wanita yang bernama Cam dengan mendekatkan mulutnya ke sebuah mikrofon yang terletak di atas meja.
"Sudah beres," terdengar jawaban dari pengeras suara yang terletak di sebelah mikrofon itu.
Cam mendekatkan wajahnya ke kaca tembus pandang yang berada di depannya. Melalui kaca itu, dia bisa melihat keadaan ruangan luas yang berada di seberang kaca.
Di sana, terlihat sebuah meja kayu berwarna putih dengan panjang seratus dua puluh senti dan lebar enam puluh senti.
Berpuluh - puluh selang berwarna biru menjulur dari kolong meja. Selang itu masuk ke dalam lantai ruangan melalui beberapa ubin berlubang yang menyusun sebagian kecil dari lantai ruangan.
Di atas meja itu terdapat sebuah jaket tebal berukuran M, berwarna oranye dengan lubang pergelangan tangan dan lubang leher berwarna hitam. Jaket itu dilipat dengan rapi, tanpa ada kain yang terlihat kusut.
Empat orang—masing - masingnya adalah dua laki - laki dewasa dan dua perempuan dewasa—sedang berdiri di setiap sudut meja kayu.
"Aku akan membuka temboknya," terdengar suara milik Cam dari masing - masing pengeras suara yang menempel di langit - langit ruangan.
Suara itu membuat keempat orang dewasa yang berada di dalam ruangan mendongak, masing - masing mengarahkan pandangannya ke empat pengeras suara yang berbeda.
Sementara itu, Cam berjalan meninggalkan kaca tembus pandang yang ditatapnya sebelumnya. Dia menghampiri sebuah meja kayu yang terletak di sisi ruangan yang berseberangan dengan sisi ruangan yang terdapat kaca tembus pandang.
Di atas meja itu terdapat sebuah tombol lingkaran berwarna merah. Terdapat penutup tombol yang berbentuk persegi dan terbuat dari kaca tembus pandang di atasnya.
Cam membuka tutup tombol dan menekan tombol itu dengan jari telunjukknya. Terdengar suara "klik" saat tombol itu ditekan.
Kembali ke dalam ruangan luas, perhatian empat orang dewasa itu teralihkan kepada suara decitan yang tiba - tiba terdengar dari dinding salah satu sisi ruangan.
"Ini dia. Bersiaplah," pikir salah satu dari orang dewasa itu.
Sebagian area di dinding ruangan yang tingginya dua meter dan panjangnya satu meter bergeser ke samping kanan, memperlihatkan sesuatu di baliknya. Terlihat sebuah tabung kimia dengan tinggi yang sama—dua meter—di balik dinding.
Di bagian bawah tabung kimia itu terdapat puluhan selang biru yang menjulur ke bawah, memasuki bagian belakang dari area tembok yang tidak ikut bergeser.
Selang biru dari tabung kimia dan selang biru dari meja kayu saling berhubungan. Titik pertemuan antar keduanya berada di bawah lantai ruangan.
Sementara itu, bagian dalam tabung kimia terisi penuh oleh cairan berwarna hijau kekuningan yang tidak berbau. Namun, cairan hijau kekuningan ini bukanlah daya tarik utama dari tabung kimia itu.
Di dalam cairan hijau kekuningan terdapat awetan tubuh sosok yang terlihat seperti manusia, tapi tidak memiliki jenis kelamin. Sosok itu membuat keempat orang dewasa menatap tabung kimia dengan tatapan ngeri.
"Ini kah? Benda yang dimaksud itu," pikir salah satu orang dewasa laki - laki.
"Apa ini?" salah satu orang dewasa perempuan tampak ketakutan dengan wajah yang memucat.
Sosok itu bertubuh kurus tinggi, kepalanya hampir menyentuh bagian atas dari tabung kimia. Kulitnya pucat berwarna putih.
Yang menakutkan dari sosok itu adalah kedua bola matanya yang berwarna biru cerah sedang melotot, seolah menatap empat orang dewasa di hadapannya dengan tatapan mengancam.
"Tenang saja, itu hanya awetan," kata salah satu laki - laki dewasa untuk menenangkan perempuan dewasa yang ketakutan.
Itu bukanlah kata - kata manis yang hanya sekadar untuk menenangkan saja. Perkataannya menyatakan kebenaran. Sosok seperti manusia di dalam tabung kimia itu memang sudah lama mati.
***
"Mari kita mulai prosesnya," Cam menarik sebuah tuas—yang terletak di atas meja kayu di sebelah kirinya tombol merah—ke bawah.
Terdengar suara gemuruh yang berasal dari tabung kimia yang menempel di salah satu sisi tembok ruangan luas. Selain suara, gemuruh itu juga menghasilkan getaran yang merambat melalui tembok dan lantai ruangan luas.
Keempat orang dewasa itu merasa bahwa jiwa dan hatinya seolah bergetar, mengikuti ritme getaran yang berasal dari tabung kimia.
"Aku sudah menunggu saat ini," pikir salah satu orang dewasa yang berjenis kelamin laki - laki.
Sementara itu, orang dewasa perempuan yang penakut sedang menundukkan kepala. Kedua telapak tangannya terbuka lebar, memegang kedua telinganya hingga menutup lubang telinga. Bibirnya komat - kamit mengucapkan kata - kata yang tidak jelas.
Temannya—orang dewasa perempuan yang satunya—kebingungan melihat kelakuannya. Sambil mengerutkan dahi, dia berjongkok di sebelah kanan orang dewasa perempuan yang penakut.
"Sudah, tenang saja," katanya untuk menenangkan.
Orang dewasa perempuan terus bergumam. Semakin lama, gumamannya semakin terdengar jelas.
"Ta-tapi ... tapi ... tapi," itulah yang dia gumamkan.
Tiba - tiba, getaran yang berasal dari tabung kimia di tembok berhenti secara mendadak. Orang dewasa perempuan yang penakut pun mendongakkan kepala dengan memasang raut wajah bingung, seolah tidak terjadi apa - apa barusan.
"Sudah selesai ya," itulah yang dikatakannya di dalam hati.
Orang dewasa perempuan yang tadi berjongkok, kini memasuki posisi berdiri tegak. Dia menoleh ke kanan—kepalanya menghadap kepada salah satu orang dewasa laki - laki—dan berkata, "Selanjutnya bagaimana?" sambil menghela nafas.
"Tunggu saja," jawab orang dewasa laki -laki itu.
Di suatu tempat yang tidak terlihat oleh keempat orang dewasa itu—yaitu di dalam masing - masing selang biru—terdapat sesuatu yang seperti cairan berwarna kuning-cairan yang sama dengan yang mengisi tabung kimia-sedang mengalir.
Cairan itu mengalir di sepanjang selang biru, seperti air yang mengalir dari puncak gunung menuju ke laut melalui sungai yang jernih, tanpa ada sampah atau pun bebatuan yang menghambatnya.
Atau seperti air yang keluar dengan deras dari kran air yang dibuka semaksimal mungkin. Saat air itu menyentuh bagian penampung dari wastafel, air akan menyiprat ke mana - mana, saking besarnya tekanan air yang berasal dari mulut keran.
Jika dikembalikan ke analogi sungai, akhir dari perjalanan cairan kuning itu adalah ujung dari selang yang menjulur dari bawah meja kayu.
"Sa-sampai kapan a-kami harus menunggu?" orang dewasa perempuan yang penakut bertanya dengan terbata - bata.
Orang dewasa perempuan yang berdiri di sebelahnya menghadapkan badannya ke arah meja kayu. Dia berkata, "Sepertinya sudah selesai." sambil menuding jaket yang berada di atas meja kayu itu dengan jari telunjuk kanannya.
Badan jaket itu—mulai dari yang bersentuhan dengan meja kayu hingga ke yang terpapar udara bebas—menjadi transparan secara berangsur - angsur. Jaket itu menjadi seperti—bukan seperti, namun memang—sebuah pakaian yang basah oleh air.
"Wow, kenapa ini?" tanya salah satu orang dewasa yang laki - laki.
Dia terlihat kagum dengan perubahan pada badan jaket itu. Mulutnya menganga, membentuk seperti huruf "o" kecil. Kedua matanya terbuka lebar dengan tatapan yang berbinar - binar.
Orang dewasa laki - laki yang satunya—panggil saja sebagai orang dewasa laki - laki yang percaya diri—melirik ke kanan, melihat ekspresi dari teman - temannya.
Ada orang dewasa perempuan yang sedang berusaha untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi kepada orang dewasa perempuan yang penakut. Di sisi lain, orang dewasa yang penakut sedang kebingungan. Dia tak kunjung paham dengan penjelasan dari temannya, membuat temannya itu menjadi semakin tak sabaran.
Meskipun begitu, yang paling menarik perhatian dari orang dewasa laki - laki yang percaya diri adalah ekspresi kagum dari temannya yang sesama orang dewasa laki - laki.
"Awetan itu adalah Spirit, sumber kekuatan dari Clothes of Chaos. Dengan mengambil sebagian dari ekstrak tubuh Spirit yang larut di dalam air dan meneteskannya ke jaket, jaket itu akan berubah menjadi Clothes of Chaos," jelasnya kepada teman -temannya, orang dewasa lain yang berada di dalam ruangan.
Orang dewasa laki - laki yang terkagum menganggukkan kepala, tanda mengerti.
Belum sempat orang dewasa perempuan yang penakut membuka mulutnya-sepertinya, dia belum puas dengan penjelasan itu—terdengar suara seperti seorang anggota party sedang mengaktifkan sihir cahaya di game RPG.
Suara itu berasal dari jaket yang dikelilingi keempat orang dewasa. Sontak, mereka pun menatap lamat - lamat badan jaket itu.
Suara itu masih terdengar, dengan jaket yang kemudian memancarkan cahaya kuning nan menyilaukan. Warna cahaya itu sama dengan warna cairan di dalam tabung kimia.
"I-ini!" salah satu orang dewasa berseru.
Kemudian, masing - masing dari mereka melangkah mundur ke belakang sejauh satu langkah, kira - kira dengan jarak sekitar tiga puluh senti. Sambil melangkah, mereka juga mengayunkan lengan kanannya ke depan, sehingga wajahnya tertutup oleh lengan itu.
Gerak mengayunkan lengan ini bertujuan untuk melindungi wajah dari cahaya menyilaukan yang tiba - tiba dipancarkan oleh jaket yang terlipat di atas meja.
"Silaunya," pikir orang dewasa laki - laki yang terkagum.
***
Selama lima menit, jaket itu terus memancarkan cahaya dengan disertai suara yang sama.
Empat orang dewasa yang mengelilingi meja kayu mulai merasa lelah. Lengan kanan mereka terasa pegal. Rasa pegal, adalah sebuah perasaan yang seperti saat seseorang melakukan suatu gerakan yang mengharuskannya untuk diam dalam waktu lama.
Pada empat orang dewasa di dalam ruangan ini, rasa pegal berasal dari lengan kanan mereka yang berdiam diri di posisi sepuluh senti dari depan wajah untuk menutup wajah itu.
Beralih ke ruangan kecil di sebelah ruangan luas ini, Cam sedang berdiri di depan kaca pembatas antar kedua ruangan dengan kedua telapak tangan berada di atas meja.
Dia menatap jaket yang memancarkan cahaya itu sambil menyipitkan kedua mata. Cam tidak perlu menutup wajahnya dengan bagian dalam lengan kanannya, karena kaca di depannya itu dapat menghalau sifat silau dari cahaya.
"Menurut catatan Profesor Scene, durasi cahaya ini berkisar antara lima hingga sepuluh menit.
Di luar jangka waktu itu, berarti prosesnya gagal dan kita harus mengulang lagi dari awal," kata Cam di dalam hati.
Sekitar setengah menit kemudian, cahaya kekuningan itu berangsur - angsur lenyap, seperti sebuah benda yang ditarik ke pusat lubang hitam, dengan cahaya itu sebagai bendanya dan jaket sebagai lubang hitam.
Lenyapnya cahaya itu menjadi pertanda bagi keempat orang dewasa untuk menurunkan lengan kanannya. Lalu, penderitaan mereka akan rasa pegal itu pun menghilang.
Orang dewasa perempuan yang penakut mendongakkan kepala—menatap kaca tembus pandang yang terletak tinggi di salah satu sisi ruangan—sambil bertanya, "Apakah prosesnya berhasil?"
Cam bisa mendengar suara wanita itu berkat mic tersembunyi yang ditanam di setiap sisi tembok ruangan luas. Mic itu terhubung dengan sebuah speaker kecil yang terletak di atas meja di depannya Cam, di sebelah kanannya mikrofon.
Cam membalas pertanyaan itu dengan mendekatkan mulutnya ke mikrofon itu. Lalu, dia pun berkata, "Prosesnya menunjukkan hasil yang baik sebanyak delapan puluh persen."
"Biar kocoba," sela orang dewasa laki - laki yang percaya diri.
Dia berjalan mendekati meja kayu yang terletak di tengah ruangan luas dengan tatapan lurus ke depan.
"Hati - hati. Jangan sampai insiden Profesor Scene terjadi lagi," kata salah satu orang dewasa yang perempuan.
"Tenang saja," jawab orang dewasa laki - laki yang percaya diri.
Setibanya di sana, dia pun meluruskan kedua tangannya ke depan. Kedua telapak tangannya dia genggamkan di dua dari empat sisi jaket yang terlipat. Kemudian, kedua tangan yang memegang jaket itu digerakkan ke atas, sehingga jaket itu terangkat sekitar lima senti dari atas meja kayu.
"Aku akan menjadi orang pertama yang memakainya," pikir orang dewasa laki - laki yang percaya diri itu.
Dipakanyalah jaket itu dari sisi yang sebelah kanannya terlebih dahulu, baru kemudian sisi yang sebelah kirinya.
Dengan rasa percaya diri—dan tentu saja, sombong—yang meledak - ledak di dalam hatinya, orang dewasa laki - laki itu menyilangkan kedua lengannya di depan dada sambil berseru, "Spirit Ability! Kokoro 心!"
Suasana mendadak hening, tidak ada yang terjadi setelah itu.
"Kenapa tidak berhasil?" orang dewasa laki - laki yang percaya diri bertanya di dalam hatinya.
Selain orang dewasa itu, orang dewasa yang lainnya juga menanyakan hal serupa di dalam hati masing - masing dari mereka. Tidak hanya keempat orang dewasa di dalam ruangan luas, bahkan Cam juga bertanya - tanya.
Tiba - tiba, keheningan itu dipecahkan oleh orang dewasa laki - laki lain—yang kagum—yang bertanya, "Apa Spirit Ability dari jaket-maksudnya, Clothes of Chaos ini?"
"Kokoro 心 memiliki Spirit Ability untuk memberikan kekuatan yang unik, tergantung dari isi hati penggunanya," terdengar jawaban dari pengeras suara yang digantung di setiap sudut langit - langit ruangan.
"Kekuatan yang tergantung isi hati penggunanya?" orang dewasa laki - laki yang percaya diri mengulangi perkataan itu.
Dia pun menyeringai—sebuah ekspresi yang dilakukan dengan tersenyum, namun senyuman yang dilakukan itu menebarkan aura seperti ancaman dan kesombongan.
Kemudian, dia mengayunkan tangan kanannya ke bawah, dengan telapak tangan digenggamkan, sehingga genggaman itu tadi menyentuh lantai. Sontak, sepersekian detik setelah orang dewasa laki - laki melakukan gerakan itu, terdengar suara seperti pecahnya sebuah barang yang terbuat dari keramik.
Suara itu berasal dari lantai ubin yang membentuk retakan secara vertikan ke atas, saat genggaman tangan laki - laki dewasa yang percaya diri menyentuhnya.
Dia pun berseru, "Ini adalah ... kekuatan dari rasa percaya diri!" di dalam hati.
***
Dimana aku? Aku tidak bisa melihat apa pun disini. Tempat ini begitu gelap. Sebelum bertanya tentang tempat apa ini, ada baiknya aku untuk mencari tahu siapa diriku. Tidak! Tanpa mencari tahu pun aku sudah tahu.
Namaku Kokoro. Beberapa saat yang lalu, aku berjanji dengan seseorang yang bernama—betul juga! Bagaimana nasib Kaze, seseorang yang telah kubuat janji dengannya? Ke mana portal itu membawanya?
Lebih tepatnya, kemana portal itu membawa kami, karena aku ikut memasuki portal itu tak lama setelah Kaze. Saat itu, aku sempat melihat kalau langit - langit mulai runtuh. Bumi bergetar hebat, memperlihatkan keraknya yang penuh dengan magma panas.
Jika aku juga ikut memasuki portal bersama Kaze, tentu Kaze juga berada di tempat gelap seperti ini. Ataukah, portal itu membawanya ke tempat yang lain? Jika memang begitu, aku akan pergi menemuinya, begitu aku mengetahui tempatku berada saat ini.
Tapi, saat ini aku bahkan tidak bisa merasakan setiap ujung dari tubuhku. Mungkin saja, bagian tubuhku yang lain terpotong - potong saat aku memasuki portal itu. Aku akan coba memastikannya dengan cara mengakses bagian tubuhku yang lain dengan pikiranku, seperti yang kulakukan pada saat ini. Aku akan mengakses bagian tangan kanan terlebih dahulu.
Lantas, apa yang terjadi jika bagian tubuhku itu berada di tempat lain, bahkan dunia lain. Bukankah Sekai mengatakan, kalau portal ini akan membawa kami ke dunia lain?
Tidak, ini akan menjadi pertanda yang bagus jika pikiranku bisa mengakses dunia lain. Dengan demikian, aku bisa berpindah - pindah dunia tanpa melalui portal seperti yang kulakukan sebelumnya. Hebat kan!
Sebelum itu, aku mendengar suara yang mengatakan bahwa percobaan telah berhasil. Percobaan apa yang dimaksud suara itu? Terlebih, suaranya terdengar asing bagiku. Ah, aku mengerti! Ini adalah suara penduduk dunia ini, dunia yang gelap ini.
Sebagai penduduk, tentu penglihatan mereka terhadap tempat ini berbeda dengan penglihatanku. Mungkin, mereka melihat dunia ini sebagai tempat yang terang benderang, berkebalikan denganku yang melihatnya sebagai tempat yang jelas.
Percobaan, ya. Jangan - jangan, penduduk dunia ini tengah menjadikanku sebagai objek percobaannya! Merekalah yang memotong - motong bagian tubuhku. Walau dugaanku belun tentu benar, aku harus memastikannya dengan mengakses bagian tubuhku yang lain.
Apa ini? Tangan kanan—tidak! Sebuah sel tubuhku berada di dalam jaket? Bagaimana caranya penduduk dunia ini menanamkan sebuah sel ke dalam pakaian? Apa mereka berniat untuk memecahku menjadi sel - sel kecil, lantas menanamkan masing - masingnya ke dalam jaket yang berbeda?
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro