Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 11: Penyusupnya adalah ...

9 Oktober 2014

Pak Bind terkejut dengan kehadiran Pak Steven yang memegang pundaknya di belakang secara tiba – tiba. Apalagi, Pak Steven juga berkata, "Hentikan ini, Bind."

Pak Bind ingin membalas perkataan Pak Steven dengan ucapan protes seperti, "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti apa yang kau katakan." Namun, mulutnya seolah terkunci rapat.

"Jangan – jangan?" katanya di dalam hati.

Pak Bind pun mencoba menggerakkan bagian tubuhnya yang lain, mulai dari memutar lehernya, menggerakkan jari – jari di telapak tangannya, hingga menghentakkan kedua kaki. Sayangnya, tubuh Pak Bind seolah membatu dan gerakan – gerakan itu hanya berlangsung dalam pikirannya saja.

"Kau tahu kan, kenapa kau tidak bisa menggerakkan tubuhmu?" tanya Pak Steven kemudian.

Sebuah pertanyaan retoris, karena Pak Bind sedang tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Sebagai gantinya, Pak Stevenlah yang menjawab pertanyaan itu.

"Karena aku sedang memakai Clothes of Chaos milik Trail," jawabnya.

"Cih," Pak Bind ingin menggenggamkan tangannya, namun apa daya dia tidak bisa.

Dua meter di depan kedua laki – laki dewasa itu, Trail sedang berbaring terlentang di lantai dengan nafas yang terengah – engah.

Gen berjalan menghampirinya dari belakang. Kemudian, dia berlutut di sebelah kiri Trail dengan lengan kiri diletakkan lurus di atas lutut kiri, sementara telapak tangan kanannya memegang pundak Trail yang sebelah kiri.

Dalam sekejap, memar kebiruan yang berada di sekujur tubuh Trail menghilang, seolah menyatu dengan warna kulitnya. Suara nafas Trail yang tadinya terengah – engah seperti orang sesak, kini sudah terdengar lancar.

"Terima kasih," kata Trail sambil sedikit memiringkan kepalanya ke samping kiri.

Gen menjawab ucapan terima kasih itu dengan menganggukkan kepala dan kembali berdiri. Selain itu, dia pun bertanya, "Penyusupnya kan sudah tertangkap. Sekarang bagaimana?"

"Itu tergantung Pak Steven," jawab Trail.

Manusia – manusia dewasa lain mulai bermunculan di belakang Pak Bind dan Pak Steven. Di antara mereka adalah Bu Geo yang membawa sebuah pakaian yang terlipat di tangan kanannya dan Bu Cam yang sedang memasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku depan dari jas laboratorium berwarna putih yang dikenakannya.

Kedua guru wanita itu berjalan mendahului manusia – manusia dewasa lainnya, melewati Pak Bind dan Pak Steven, kemudian menghentikan langkahnya di titik antara Trail dengan Pak Bind.

Bu Geo meluruskan tangan kanannya, membuat lipatan pakaian yang berada di genggamannya itu terlepas. Itu adalah sebuah mantel yang panjangnya hampir menyentuh mata kaki dan berwarna coklat cerah—krem.

"Tolong jelaskan ini, Bind," kata Bu Geo kemudian.

"Apa maksudmu Geo?" pertanyaan ini terucap dari mulut Pak Bind.

Dia ingin menggepalkan kedua tangan, namun tidak bisa, karena seluruh tubuhnya masih membatu.

Keadaan Pak Bind itu membuat Trail yang telah berdiri berpikir, "Pak Steven bisa menggunakan Spirit Ability Iku 行く dengan lebih efektif. Dia bisa membuat agar mulut Pak Bind tidak ikut membatu."

Pegangan tangan Pak Steven ke pundak Pak Bind menjadi semakin kuat.

Kemudian, atmosfer gudang memanas ketika Bu Cam berteriak, "Jangan pura – pura tidak tahu! Ini adalah Clothes of Chaos dengan kemampuan mengubah identitas! Kaulah yang pernah memakainya!"

"Apa buktinya kalau aku pernah memakainya?" Pak Bind balas bertanya.

Dia terlihat santai, walaupun situasinya sedang terpojok. Mungkin, karena dia memang bukan penyusupnya. Pak Bind ingin membuktikan kepada seluruh orang di gudang ini bahwa dia tidak bersalah.

"Jaket ini ditemukan di lemari di kamarmu," jawab Bu Cam tak mau kalah.

Pak Bind menghela nafas, sebelum membalas, "Itu saja tidak cukup untuk membuktikannya. Bagaimana kalau ada orang lain yang sengaja menaruh jaket itu di lemariku untuk menjebakku?"

"Ada sidik jarimu di jaket ini," jawab Bu Cam.

"Sidik jari?" Pak Bind menggantungkan kalimat tanyanya.

Kedua bola matanya menerawang jauh ke depan. Pikiran Pak Bind saat ini sedang dipenuhi oleh banyak hal. Dari sudut pandang Bu Cam dan Bu Geo, Pak Bind saat ini terlihat sedang melamun.

"Tunggu! Kalian tidak menyebarkan informasi tentang Clothes of Chaos ke dunia luar kan?" nada bicara Pak Bind mendadak menjadi cepat.

Bagi Pak Bind, bocornya informasi tentang Clothes of Chaos ke dunia luar lebih mengkhawatirkannya, daripada bukti bahwa dia adalah penyusup. Itu pun jika Pak Bind benar – benar penyusup dan bukan sebuah jebakan, seperti yang telah dikatakan sebelumnya.

Pak Steven pun menjawab, "Apa kau lupa kalau lulusan akademi ini bekerja di mana – mana? Kami meminta tolong lulusan akademi yang bekerja di kepolisian." dengan ekspresi wajah heran.

Bahkan, Pak Steven yang mudah gugup, saat ini terlihat lebih tenang daripada Pak Bind.

Lalu, Pak Bind menghela nafas sambil berkata, "Begitu ya."

"Sayangnya, aku tidak tahu sidik jari di Clothes of Chaos ini kalian cocokkan dengan punyanya siapa. Aku tidak pernah mengscan sidik jariku sebelumnya," Pak Bind kembali terlihat tenang.

Situasi pun berbalik. Sekarang, malah Pak Steven yang terlihat gugup.

"Polisi punya database sidik jari kan?" tanyanya seperti orang kebingungan.

Bu Cam menjawab pertanyaan itu dengan menganggukkan kepala.

"Tapi, aku tidak dimintai scan sidik jari. Bahkan oleh kepolisian sekalipun," jawab Pak Bind.

Suasana hening sejenak. Keempat manusia dewasa itu larut dalam pemikirannya masing – masing. Mereka tak menyangka kalau ada kejanggalan di bukti yang mereka temukan.

Dua setengah menit kemudian, Bu Geo membuka mulut. Dia berkata, "Kalau tidak salah, itu sidik jarinya Blaz Flar, buronan level A di kota. Kapan hari, ada yang bilang kalau penyusup tidak mengubah sidik jarinya saat menggunakan Clothes of Chaos ini."

Bu Cam dan Pak Steven menganggukkan kepalanya secara bersamaan. Itu adalah jawaban yang masuk akal.

Sementara itu, Pak Bind berkomentar, "Penyusup itu tidak selengah yang kalian pikirkan. Mana mungkin dia melupakan hal sepele seperti sidik jari?"

Kembali Bu Cam dan Pak Steven menganggukkan kepala, kali ini ditambah dengan Bu Geo.

Beberapa meter di belakang manusia – manusia dewasa itu, Gen dan Trail sedang berdiri saling bersebelahan.

"Kenapa malah berdiskusi seperti ini?" tanya Gen di dalam hati.

"Jadi, terbukti kalau aku bukanlah penyusupnya," kemudian, Pak Bind menyimpulkan secara sepihak.

Jika tubuhnya bisa bergerak, pastinya saat ini Pak Bind sedang berkacak pinggang dan kepalanya sedikit terangkat ke atas.

Perkataan itu memulai kembali terjadinya perdebatan. Bu Cam menggelengkan kepala, sementara Bu Geo mengayunkan pakaian yang dipegangnya dengan tangan kanan.

Pakaian yang tadinya berupa mantel panjang itu berubah menjadi jas laboratorium. Panjang mantel menyusut menjadi sepaha. Warna mantel yang tadinya coklat cerah berangsur – angsur berubah menjadi putih. Bentuk mantel juga sedikit berubah, seperti munculnya kerah di lubang kepalanya.

Di dada sebelah kanan jas laboratorium itu terdapat sebuah nametag persegi panjang bertuliskan, "Bind Link."

Dengan jari telunjuk menuding nametag itu, Bu Geo bertanya, "Sekarang, bagaimana kamu menjelaskan nama di jas laboratorium ini?"

Pak Bind menganggukkan kepala dua kali. Dia pun menjawab, "Di laporan tertulis bahwa Clothes of Chaos pengubah identitas bisa berubah wujud menjadi apa pun, terserah penggunanya. Saat ini, kaulah yang menggunakannya, Geo. Kaulah yang mengubah Clothes of Chaos ini menjadi jas laboratorium yang ada namaku."

"Atau jangan – jangan, kaulah yang menjebakku dengan menaruh Clothes of Chaos ini di lemariku?" sebuah senyuman sinis tergambar di mulut Pak Bind.

Bu Geo mengepalkan tangannya yang tidak memegang jas laboratorium di samping badan. Wajahnya memerah dan kilatan merah melesat di kedua bola matanya. Baginya, perkataan Pak Bind itu sudah keterlaluan.

Beruntung, sebelum terjadi pertengkaran, Pak Hed telah memunculkan diri dari rombongan guru yang berada di belakang Pak Bind. Dia berjalan mendekati Pak Bind dari belakang dengan kedua tangan dilipat di depan dada.

"Tenanglah," suara berat Pak Hed membuat suasana gudang hening sejenak.

Satu setengah meter dari Pak Bind, Pak Hed menyambung perkataannya itu dengan, "Ada bukti lain yang menunjukkan kalau kau adalah penyusupnya."

Pak Bind berpikir untuk menoleh ke belakang, namun seluruh tubuhnya yang seolah membatu menghalanginya untuk bergerak.

Sambil berjalan, Pak Hed menjelaskan, "Dulu, penyusup itu pernah mencuri Clothes of Chaos Kokoro 心. Aku yakin, saat itu dia menggunakan Clothes of Chaos pengubah identitas agar tidak terekam oleh CCTV. Namun, sebenarnya keberadaan Clothes of Chaos Kokoro 心 dapat dilacak oleh Spirit yang ada di dalam tabung.

Berbeda dengan manusia, walaupun tubuhnya tenggelam di air, dia masih hidup. Aku pernah mengajaknya berbicara sepatah – dua patah kata. Awalnya, dia tidak memahami bahasa manusia. Namun, Spirit memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa. Seminggu aku mengajaknya berbicara, dia telah memahami bahasa manusia.

Dia mengatakan padaku, bahwa lokasi Clothes of Chaos Kokoro 心 yang dicuri adalah di dalam koper di kamarnya Bind."

Pak Bind ingin menyela penjelasan itu. Namun, Pak Hed terus berbicara tak henti – hentinya.

"Bukan hanya itu saja. Aku juga bertanya padanya tentang wajah orang yang mencuri Clothes of Chaos Kokoro 心. Spirit itu pun mendeskripsikannya dengan sangat detail. Hasilnya adalah persis dengan Bind," Pak Hed masih menjelaskan.

Seisi gudang terdiam mendengarkan. Sebagian ada yang membayangkan, seperti apa kira – kira, saat seorang manusia berbincang – bincang dengan sosok yang bukan manusia.

Keheningan itu dipecahkan oleh Pak Bind yang berteriak, "Dan kau percaya yang dikatakan oleh Spirit itu?! Aneh sekali! Bagaimana kau bisa percaya dengan makhluk yang bukan manusia, jika kau sendiri tidak mempercayai sesama manusia?!"

"Diamlah Bind!" Bu Cam menegurnya.

Pak Hed tidak menghiraukan teriakan itu. Dia menutup penjelasannya dengan, "Mau percaya atau tidak itu terserahmu. Tapi, aku masih punya bukti yang lain."

***

2 September 2014

Kalian pasti takkan percaya dengan yang kulihat hari ini. Hari ini, awalnya sama seperti hari – hari biasanya. Setelah mandi dan sarapan, aku mengisi absen di ruang guru.

Setelah itu, aku pergi mengajar pelajaran bahasa inggris di kelas 1C. Menurutku, anak kelas 1C tidak tertarik dengan bahasa inggris yang kuajarkan. Terbukti dengan antusias mereka yang berkurang saat aku memasuki kelas mereka.

Padahal, dari luar kelas aku mendengar kalau anak – anak sedang membahas sesuatu sambil bersemangat. Saat aku bertanya ke guru – guru yang lain, mereka bilang kalau saat anak kelas 1C antusias – antusias saja saat mengikuti pelajaran mereka.

Aku pernah mendengar rumor tentang kelas 1C. Katanya, anak – anak kelas 1C dulunya adalah anak nakal di SMP mereka. Namun, aku tidak percaya dengan rumor itu. Komposisi setiap kelas pasti rata antara anak yang nakal dan anak yang baik.

Bagiku, menggelompokkan anak – anak dengan kesamaan di satu kelas merupakan cara yang salah, dan aku percaya kalau Pak Hed tidak mungkin melakukan kesalahan seperti itu.

Jadi kesimpulannya, anak kelas 1C hanya tidak berminat di pelajaran bahasa inggris saja. Setelah mengajar di kelas 1C, aku harus berpindah ke lantai dua, mengajar di kelas 2A yang katanya kelas unggulan. Lagi – lagi, aku tidak percaya dengan istilah kelas unggulan maupun kelas terbelakang.

Berbeda dengan anak kelas 1C, anak – anak di kelas 2A menerima pelajaran bahasa inggrisku dengan antusias. Dari sinilah aku mendapatkan kesimpulan itu. Kurasa, tidak ada yang salah dari caraku mengajar, karena di setiap evaluasi yang diadakan Pak Hed, dia bilang kalau cara mengajarku sudah baik.

Setelah mengajar di kelas 1C, tibalah waktu istirahat bagi siswa. Sementara itu, bagi kami, guru di sini, kami diwajibkan untuk melaporkan hasil mengajar di ruang guru.

Seperti biasa juga aku melaporkan hasil mengajarku, bahwa anak kelas 1C tidak berminat di pelajaran bahasa inggris dan anak kelas 2A berminat di pelajaran bahasa inggris. Selain itu, aku juga melaporkan tentang materi yang telah kuajarkan kepada mereka.

Hari ini, materi yang kuajarkan kepada kelas 1C adalah modal.

Well, aku selalu mengajar menggunakan full bahasa inggris dan juga meminta anak – anak untuk menggunakan bahasa inggris saat jam pelajaranku. Mungkin, inilah yang membuat kurangnya antusias anak kelas 1C dengan pelajaran bahasa inggris.

Tapi, aku tidak bisa berhenti menggunakan full bahasa inggris. Takutnya, ada anak kelas lain yang merasa tidak diberlakukan adil, karena aku tidak menggunakan full bahasa inggris saat mengajar di kelas 1C.

Sementara itu, materi yang kuajarkan kepada kelas 2A adalah teks deskripsi, yang dalam bahasa Inggrisnya adalah description text. Saat jam pelajaran tadi, aku meminta anak – anak kelas 2A untuk maju ke depan kelas dan membacakan teks deskripsi yang telah mereka buat saat pertemuan minggu lalu.

Aku masih belum melaporkan ini ke ruang guru. Saat ini, aku masih dalam perjalanan ke sana.

Sampai di dekat tangga, aku bertemu dengan Putra yang sedang menuruni tangga. Dia sehabis dari laboratorium komputer, mengajar pelajaran komputer kepada kelas 1A.

Kami menuruni tangga ke lantai 1 bersama – sama.

Dalam waktu singkat, kami sampai di ruang guru. Guru – guru yang lain telah berkumpul di dalam sana. Hari ini, hasil mengajar kami akan langsung dilaporkan kepada Pak Hed.

Biasanya, aku hanya menulis apa yang telah kuajarkan kepada kelas di jam pelajaran pertama dan kedua di buku laporan. Aku merasa kalau cara ini kurang efektif, karena siapa pun bisa saja berbohong dan menuliskan yang bukan sebenarnya.

Dulu pernah ada guru yang bolos mengajar. Aku lupa namanya, karena dia telah dikeluarkan dari sini. Saat itu, dia tidak mengajar selama dua bulan, namun di buku laporan itu dia menulis kalau dia telah mengajar. Dia baru ketahuan ketika ada laporan dari kelas yang diajarkarnya, kalau mereka sering mengalami kelas kosong.

Mulai saat itu, setengah bulan sekali, Pak Hed akan hadir di ruang guru untuk mendengarkan laporan mengajar kami secara langsung.

Aku tidak melapor lama – lama kepada Pak Hed. Hanya mengatakan sama persis dengan yang sebelumnya, lalu menuliskan yang sama ke buku laporan.

Setelah itu, aku berniat untuk mengambil sesuatu di kamarku.

Saat keluar dari ruang guru, aku melihat seseorang yang asing. Yang membuatku teringat dengan orang itu adalah tubuhnya yang dipenuhi tato. Kemudian, dia memakai tindik di bibir dan telinganya.

Penampilannya tidak menggambarkan seseorang yang berpendidikan. Tidak mungkin ada murid di sini yang seperti itu. Kalau guru dan karyawan, sepertinya juga tidak mungkin, karena aku tidak pernah melihat wajahnya sebelumnya.

Aku curiga dengannya dan diam – diam mengikutinya dari belakang. Rupanya, dia berjalan ke kamar mandi laki – laki dan memasuki salah satu ruangan di sana.

Kamar mandi laki – laki terletak di sebelah tangga. Aku menunggu orang itu untuk keluar sambil bersembunyi di atas tangga. Dari tempatku saat ini, aku bisa melihat siapa pun yang keluar dari kamar mandi laki – laki.

Beberapa saat kemudian, aku melihat Bind keluar dari kamar mandi itu. Aku berpikir untuk turun dari tangga dan menghampiri sekaligus menyapa Bind.

"Bind," sapaku.

Bind membalas sapaanku dengan melambaikan tangan. Kemudian, aku melihat kalau dia berjalan ke ruang guru dan berbicara dengan Pak Hed sesampainya di sana.

Kebetulan sekali ada Bind di sana. Harusnya, dia juga melihat orang asing itu memasuki kamar mandi. Aku tidak tahu apakah saat orang asing itu masuk ke kamar mandi, Bind sedang berada di salah satu ruangan atau masih berada di luar.

Aku masuk ke dalam kamar mandi untuk memastikan. Saat aku sampai di sana, rupanya semua pintu ruang kamar mandi sedang terbuka. Orang asing yang kucari tidak ada di dalam ruangan mana pun.

Orang asing masuk ke dalam kamar mandi, lalu Bind keluar dari kamar mandi. Orang asing itu berubah menjadi Pak Bind? Tidak salah lagi. Aku sudah sering melihat banyak hal aneh yang dilakukan dengan Clothes of Chaos. Orang itu pasti menggunakan Clothes of Chaos untuk menyamar menjadi Bind.

Jadi, di mana Bind yang asli?

Aku harus segera melaporkan ini. Setidaknya kulaporkan saja kepada Pak Hed. Tapi, apakah dia akan mempercayai ceritaku?

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro