Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 11 Part 4*

Lantai ruangan bergetar saat Naga terbatuk – batuk. Dia tidak sanggup menyemburkan api dalam waktu yang lama, seperti yang diharapkan dari naga jadi – jadian.

Naga—apa harus disebut sebagai naga jadi – jadian—menutup mulutnya yang lebar. Asap mengepul dari sela – sela mulut Naga di setiap kiri dan kanannya.

Kedua bola matanya melirik ke atas saat dia berpikir, "Atap ini menghalangiku untuk terbang. Tapi, ini saja sudah cukup."

Meski naga yang berdiri di hadapan mereka itu adalah naga jadi – jadian, namun keberadaannya cukup mengejutkan seisi ruangan.

Proty berlutut dengan suara tepukan terdengar saat lututnya menyentuh permukaan lantai. Tubuhnya gemetar dan wajahnya penuh dengan keringat. Anggap saja dia sebagai seseorang yang phobia dengan naga.

"A-a-a-a-a," saking takutnya, Proty tidak bisa menyelesaikan kata – katanya.

Rite berjalan ke samping kirinya. Dia menepuk pundak kiri Proty dengan pelan untuk menyalurkan perasaan tenang setengah takut yang dialaminya kepada Proty.

Pak Steven mengepalkan kedua tangannya di samping badan dan mulutnya bergumam, "Apa – apaan itu?"

"Bind, kau berada di luar dugaanku," kata Pak Hed yang berdiri di sampingnya.

Hanya Trail yang terlihat tak gentar. Dia sedang berdiri di depan Naga. Tangan kanannya yang berada di samping badan memegang sebuah kotak kardus yang tadi dilemparkan oleh Syco. Sisi kiri dan kanan kardus itu terlihat remuk, akibat dipukul oleh Pak Bind.

Kemudian, Trail melempar kardus itu setinggi dua meter hingga letaknya agak di atas kepala Naga. Pasti membutuhkan banyak tenaga untuk melakukannya.

"Tolong bantuannya, Syco!" setelah itu, dia berseru.

Sedetik setelah telinga Syco mendengar seruan itu, Trail sudah melayang di atas kepala Naga. Dia menggertakkan gigi. Tubuhnya saat ini sedang melawan tekanan udara yang berasal dari depan belakang kiri kanan dan gaya gravitasi yang berasal dari bawah.

Tangan kanannya diluruskan ke depan dengan telapak terbuka saat dia berkata, "Berubah menjadi naga adalah kesalahan fatal, karena akan membuatmu menjadi target yang lebih besar." di dalam hati.

Dengan reflek ala naga jadi – jadian, Naga mengayunkan salah satu cakar depannya ke udara yang ditempati Trail.

Suara benda robek terdengar saat potongan – potongan kardus berterbangan dari sela – sela cakar Naga dan menghujani Trail yang telah mendarat terlebih dahulu di tanah.

"Cih, tidak kena," Naga berpikir.

Trail mendongakkan kepala untuk menatap wajah Naga. Telapak tangan kanannya menepuk – nepuk pundak kirinya sebanyak empat kali untuk menghilangkan debu yang menempel di potongan – potongan kardus itu.

"Tidak semudah itu ya," dia berpikir.

Trail meletakkan telapak tangan kanannya di depan dagu saat kata – kata, "Tapi, percuma juga aku menyentuhnya, karena naga ini pasti bisa menggunakan kekuatan Muchi 鞭 dan Kokoro 心 sekaligus. Dia bisa menghancurkan benda di dekatnya dan membuat kami merasakan kehancurannya dengan kekuatan Muchi 鞭.

Lalu, kekuatan Kokoro 心 kami akan saling menetralkan lagi—tidak juga. Ini kan naga. Naga memiliki stamina yang lebih banyak dari manusia. Dia tidak akan mudah merasa lelah." melintas di pikirannya.

"Masalahnya, kekuatan Kokoro 心 apa yang membuat tubuhku terasa berat seperti tadi?" kehadiran kata – kata itu ditutup oleh sebuah pertanyaan.

Kemudian, Trail menoleh ke belakang, menatap kerumunan siswa kelas 2B. Tidak semua siswa kelas 2B masuk ke dalam pandangannya. Lebih tepatnya, hanya Gen yang masuk ke dalam pandangannya.

"Aku butuh bantuanmu, Gen," katanya kemudian.

"Apa itu?" Gen menghela nafas.

Dia melangkah mendekati Trail. Helaan nafas terdengar di setiap langkahnya.

Saat jarak Gen dan Trail tinggal satu meter lagi, Trail bertanya, "Kau memakai Clothes of Chaos yang mengobati luka itu kan?"

"Ya. Aku selalu memakainya. Sekarang, aku tidak dobel jaket seperti yang lainnya, karena pasti panas," jawab Gen.

Trail menganggukkan kepala dengan sebuah senyuman terlukis di wajahnya. Dia merasa lega dan puas. "Itulah yang kucari," katanya kemudian.

"Hah, apa maksudmu?" Gen kembali bertanya.

Trail tidak segera menjawabnya. Dia justru membungkukkan badan dengan tangan kanan diluruskan ke bawah. Di atas lantai di hadapannya, terdapat sebuah pisau lipat yang terbuat dari logam. Itu adalah pisau lipat milik Pak Bind yang dilemparnya saat dia sedang terdesak.

Trail memungut pisau lipat itu. Diamatinya dengan cermat setiap bagian pisau itu saat badan Trail kembali ditegakkan.

"Aku punya rencana. Aku akan menggunakan pisau ini untuk melukai diri sendiri. Setelah itu, tolong obati lukaku," barulah Trail menjawab pertanyaan Gen tadi.

Tiba – tiba, Trail menghunuskan pisau lipat itu ke pergelangan tangan kirinya. Sebuah luka tusukan sedalam satu senti yang memancarkan darah terbentuk di sana. Darah yang kental tak henti – hentinya memancar hingga membuat badan pisau berubah warna menjadi merah.

"T-Trail!" Gen berseru.

"Ja-jangan khawatirkan aku," suara Trail terdengar terbata – bata.

Proty menatap punggung kedua laki – laki itu dengan tatapan heran. Dia tak lagi merasa takut, membuktikan bahwa sentuhan tangan Rite cukup ampuh untuk menenangkannya.

Dia bertanya, "Loh, Trail ngapain?! Kok dia malah nusukin itu pisau ke dia sendiri?!" kepada siapa pun yang berada di sana.

"Sepertinya, Trail berpikir kalau Clothes of Chaos Muchi 鞭 hanya bisa digunakan kepada benda padat," jawab Syco.

Semenit kemudian, Trail sedang terengah – engah. Genangan darah terbentang sejauh dua puluh tiga senti di lantai di sekelilingnya. Aroma amis pun tercium, memaksa siapa pun untuk menutup hidung dengan kerah baju.

Melihat tindakan Trail itu, Naga bertanya, "Apa yang dia pikirkan?" di dalam hati.

Kemudian, dari genangan darah itu muncul seutas tali tambang berwarna semerah darah. Tali tambang itu merayap menuju Naga dengan panjang yang terus bertambah. Semakin bertambahnya panjang tali tambang itu, semakin menyusut pula area genangan darah itu.

Saat ujung dari tali tambang itu menyentuh kaki depan Naga, tali tambang itu pun melilit kedua kaki depan Naga. Sambil melilit, tali tambang itu terus merambat ke atas hingga mencapai badan Naga.

Naga yang kebingungan dengan yang sedang terjadi hanya bisa menggoyang – goyangkan lehernya. Dia tidak mengerti mengapa keempat kakinya terasa seperti dikerubungi semut. Baginya, tali tambang itu terlihat sangat kecil. Perkataan Trail yang, "Berubah menjadi naga adalah kesalahan fatal." itu benar adanya.

Dia bahkan tidak tahu jika dalam satu setengah menit, seluruh tubuhnya telah terikat oleh tali tambang itu. Yang dia rasakan hanyalah bahwa seluruh tubuhnya tidak bisa bergerak.

Suara dentuman terdengar saat tubuh Naga rubuh ke lantai dengan terikat oleh tali tambang.

Trail mendongak ke atas dengan perasaan puas. Meskipun seluruh tubuhnya terasa lemas, akibat kehilangan banyak darah, dia memaksakan diri untuk berjalan mendekati Naga.

Setibanya di depan Naga, Trail berbisik, "Spirit Ability Kokoro 心." sambil menyentuh kaki depan Naga yang sebelah kanan.

Sontak, seluruh tubuh Naga diselimuti oleh asap yang tak berwarna dan tak berbau—seperti air mineral saja. Di tengah – tengah kepulan asap itu, sosok Pak Bind sedang melayang dengan posisi badan yang berbaring.

"Sekarang giliranmu, Pulse," kata Trail kemudian.

"Jadi begitu rencanamu," komentar Pulse.

Dia meluruskan tangan kanannya ke depan badan dengan telapak yang menggenggam sambil berseru, "Spirit Ability Kaze 風!"

Sedetik kemudian, kepulan asap itu menghilang bersamaan dengan bertiupnya angin kencang di dalam ruangan, menyisakan sosok Pak Bind yang kemudian terjatuh ke lantai dari ketinggian satu setengah meter. Lebih tepatnya, asap itu tertiup oleh angin dan pergi keluar ruangan melalui celah di antara kedua pintunya.

Karena tali tambang yang mengikat Naga terbuat dari darah yang tidak dapat tertiup angin, tali tambang itu ikut jatuh bersamaan dengan Pak Bind.

Dalam proses jatuhnya, serat – serat tali tambang itu terputus, dimulai dari yang letaknya paling dekat dengan lantai. Darah menetes dari sisa serat – serat tali itu.

Sesaat kemudian, Pak Bind mendarat di atas genangan darah. Sebagian darah memercik hingga mengenai wajah sebagian orang di dalam ruangan.

***

Dengan tertatih – tatih, Pak Bind mencoba untuk berdiri. Pakaian yang dikenakannya compang – camping. Seisi ruangan berdiri mengelilinginya.

"Ini sudah selesai, Bind!" Bu Cam berseru marah.

Pak Bind menggenggamkan tangan kanannya di depan dada. Sebuah kain coklat persegi dengan panjang sisi lima senti berada di dalam genggamannya.

"Seperti katamu, Clothes of Chaos kloningan tidak bisa rusak. Tapi, bagaimana kau akan memakai pakaian yang tinggal sehelai kain saja?!" Bu Uno ikut memprovokasi Pak Bind.

Pak Bind menggertakkan gigi. Kedua matanya memandang seisi ruangan secara bergantian. Tak ada yang bisa dia lakukan setelah kehilangan seluruh senjatanya.

Genggaman tangan kanan Pak Bind pun terlepas, membuat kain coklat yang berada di sana melayang jatuh ke lantai, seperti dedaunan yang gugur dari pohonnya saat musim panas. Lalu, tangan itu kembali diletakkan di samping badan.

Tanpa dia sadari, Pak Steven berjalan mendekatinya dari belakang. Tangan kanan Pak Steven memegang sebuah borgol logam dengan dua buah lubang yang masing – masingnya berdiameter dua puluh senti.

"Hah—" Pak Bind terkejut saat lubang borgol itu dimasukkan ke pergelangan tangannya.

Dia pun menoleh ke belakang dan melihat kalau Pak Steven telah menantinya di sana. "Kau akan ditangkap, Bind," inilah yang dikatakannya.

Pak Bind tersenyum sinis sambil membalas, "Kau akan menangkapku?

Hah, alasan apa yang akan kau katakan saat kau membawaku ke polisi? Apa kau akan bilang kalau aku adalah penjahat yang menggunakan Clothes of Chaos dan Spirit Ability? Tentu saja mereka tidak akan mempercayainya!"

Meski sudah tertangkap, Pak Bind masih saja berdalih, seolah dia tidak bersalah.

Pak Steven tidak menghiraukannya. Dengan suara pelan setengah berbisik, dia berkata, "Pembunuhan berantai."

***

Jam istirahat hari ini, anak – anak berencana untuk pergi ke kantin. Jarang sekali seisi kelas kompak seperti ini. Biasanya, beberapa anak seperti Proty dan Rite memiliki agendanya sendiri, sehingga menganggu kekompakan di kelas.

Karena kantin yang terletak di bangunan asrama, kami harus menempuh perjalanan yang cukup jauh. Disinilah ketidak kompakan itu kembali muncul. Saat itu, aku dan Tech sedikit tertinggal dari rombongannya anak – anak.

Saat kami keluar dari halaman bangunan sekolah, alih – alih menyebrang jalan, Tech malah berbelok ke gudang. Menanyakannya pun tidak ada gunanya. Buru – buru aku menyebrangi jalan raya dan tiba di halaman bangunan asrama. Anak – anak yang lain pasti sudah menungguku di sana.

Dan inilah yang terjadi setelah itu. Aku telah tiba di kantin, namun tidak ada siapa – siapa di sini. Padahal, Pulse bilang kalau anak kelas lain juga sedang berkumpul di kantin.

Tentu saja. "Kantin" yang dimaksud anak – anak adalah bahasa kebalikan yang artinya gudang. Aku yang salah paham, menganggap bahwa mereka tidak berbicara dengan bahasa kebalikan.

Sepertinya, ada sesuatu yang terjadi di gudang. Jika berhubungan dengan bahasa kebalikan, berarti sesuatu itu adalah si penyusup.

Benar juga! Hari ini adalah hari saat identitas si penyusup terungkap. Aku tidak tahu siapa yang merencanakan ini. Satu hal yang kutahu, aku tidak ingin ikut campur dengan masalah seperti ini. Masalah seperti ini merepotkan saja dan menganggu kehidupanku yang tenang.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro