Chapter 10: Informasi
Pernah suatu saat pemerintah membentuk squad khusus yang bertujuan untuk menyelidiki organisasi ini. Satgas khusus ini beranggotakan dua puluh tentara dan intel profesional yang dipilih melalui seleksi ketat. Mereka diharuskan untuk bersumpah bahwa segala hal yang dilakukan satgas khusus ini bersifat rahasia dan tidak dibenarkan bagi siapa pun untuk membongkarnya. Jika keberadaan satgas khusus ini terbongkar, mereka harus siap menanggung hukuman. Mereka hanya mengadakan rapat sekali saja yang membahas tentang penyerbuan markas Black Ace.
Hasil rapat ini yang berupa rencana penyerbuan markas Black Ace pun dilaksanakan malam itu juga. Namun, mereka tidak tahu bahwa ada penyusup di satgas itu yang menyamar menjadi pemimpinnya. Dia adalah penyusup yang sama dengan yang menyusup di Academy of Super Ability. Penyusup itu membongkar keberadaan satgas ini dan rencana penyerbuan markas Black Ace, sehingga Black Ace dapat bersiap - siap untuk menghadapi penyerbuan ini. Akibatnya, penyerbuan markas Black Ace berakhir dengan kegagalan dan satgas ini pun dibubarkan setelah seluruh anggotanya ditemukan tewas.
Sumber: Net, Tyro (2014). Laporan Penyelidikan Adanya Penyusup di Academy of Super Ability, hal 6.
***
Ting!!! Ballz memasuki chat room
Ballz: "Hai."
Ting!!! Hitam memasuki chat room
Ballz: "Apa kau pernah mendengar tentang larangan untuk tertawa?"
Hitam: "Pertanyaan itu lagi -_-"
Ballz: "Habisnya, pembawa acara 'Video Lucu' itu selalu bilang tentang larangan untuk tertawa."
Hitam: "-_-"
Ballz: "Kenapa menatapku seperti itu? Aku tidak bisa tidur semalaman gara - gara memikirkan larangan tertawa, tau gak?!"
Hitam: "Gak tau. Lagipula, aku ke sini bukan untuk membantumu menjawab larangan tertawa atau apalah punyamu itu."
Ballz: "Jahatnya TvT"
Hitam: "Serius nih."
Ballz: "Iya deh serius. Apaan emang. Eh tapi, jawab pertanyaanku dulu dong!"
Hitam: "-_-"
Hitam: "Aku cuman penasaran sama akun yang namanya 'C0w80y F4n5.' Dia siapa ya?"
Ballz: "Bayar berapa?"
Hitam: "Sejuta. Eh kayaknya kurang ya kalau sejuta."
Ballz: "Cukup kok. Lagipula, info ini gak penting - penting amat. C0w80y F4n5 itu salah satu anggota Black Ace yang bukan buronan. Kau tau kan kalau tidak semua anggota Black Ace itu buronan. Pokoknya orang yang punya Clothes of Chaos."
Hitam: "Apa Clothes of Chaosnya? Atau kekuatannya?"
Ballz: "Bentar. Yang mana dulu nih?"
Hitam: "Dua - duanya. Dimulai dari yang pertama."
Ballz: "Nama Clothes of Chaosnya adalah Toki 時. Kekuatannya manipulasi waktu. OP banget kan!"
Hitam: "Pastinya."
Ballz: "Pernah sih aku sekali ketemu sama pemilik username C0w80y F4n5 itu. Dia itu orangnya agak aneh. Dia bilang kalau sebenarnya dialah yang membuat Black Ace dan katanya dia juga ikut campur pas Shadow Assassin sama Eye of Terror nyerang akademi."
Hitam: "Katanya dia juga muncul pas angkatan 2013 lagi studi tour ke museum. Perasaan, dia gak ngapa - ngapain pas di museum. Palingan cuman mengacau."
Ballz: "Ya, itu dia anehnya. Tapi perasaanku bilang kalau C0w80y F4n5 gak mungkin gak ngapa - ngapain. Semua yang dilakuinnya itu pasti ada maksudnya, yang sampai sekarang aku juga gak tahu."
Hitam: "Gitu ya."
Ballz: "Jadi gimana? Udah tahu jawabannya."
Hitam: "Enggak lah! Aku gak niat buat jawab juga."
Ballz: "Oh yaudah kalau gitu."
Ting!!! Ballz meninggalkan chat room
Ting!!! Ballz memasuki chat room
Ballz: "Gak - gak. Cuman bercanda."
Hitam: "Untung aja aku gak keluar tadi. Bisa - bisa aku gak kembali jadinya."
Ballz: "Woylah! Aku balik lagi soalnya aku tahu kalau kau masih mau nanya kan?"
Hitam; "Ya, aku masih mau nanya. Aku pernah lihat ada jasa kloning benda. Kau punya kontak orangnya gak? Aku mau ngomong sendiri sama dia."
Ballz: "Ah, itu mah gampang."
Ting!!! Clone memasuki chat room
Clone: "Hei hei! Ada yang sedang membicarakanku~"
Ballz: "Datang juga tuh orangnya. Udah ya, aku keluar dulu. Nanti panggil lagi kalau udah selesai."
Ting!!! Ballz meninggalkan chat room
Hitam: "Bye."
Clone: "Jadi, kau mau nanya apaan?"
Hitam: "Anu."
Clone: "Nanya anu?"
Hitam: "Iya nanya anu-ya enggak lah. Aku cuman pengen nanya apa ada akun yang namanya C0w80y F4n5 pernah memakai jasamu."
Clone: "Berapa nih?"
Hitam: "Hadeh. Gampanglah berapa - berapanya. Ntar langsung kukirim. Bagi dua sama Ballz tapi."
Clone: "Oke deh. C0w80y F4n5 gak pernah makai jasaku. Tapi, dia pernah menghubungi pakai akun lain yang namanya Garis Putus - putus. Cuman iseng - iseng aja sih aslinya, kayak gini ini."
Hitam: "Kalau yang namanya Black Ace?"
Clone: "Kalau itu juga gak pernah. Pernahnya As Hitam."
Hitam: "Kurang kerjaan banget pakai akun kedua. Terus, As Hitam minta jasamu buat apa?"
Clone: "Katanya buat mengklon jaket. Aku gak paham, ngapain juga mengklon jaket kalau bisa beli baru. Tapi yang namanya pelanggan ya. Motoku juga layani pelanggan walau permintaannya aneh - aneh."
Hitam: "Bentar, terus kau mengklon benda gitu pakai apa?"
Clone: "Clothes of Chaos lah! Apa lagi?! Udah bukan rahasia kalau banyak jasa - jasa absurd di sini yang pakai Clothes of Chaos."
Hitam: "Clothes of Chaos dengan kemampuan mengklon benda. Hmm, menarik. Tapi, apa kau sadar kalau dia memintamu untuk mengklon Clothes of Chaos?"
Clone: "Kau menyadarinya ya. Ya, itu adalah Clothes of Chaos dengan kemampuan mengubah identitas."
Hitam: "Clothes of Chaos absurd lainnya. Seperti apa rupa orang yang memintamu mengklon jaketnya. Gak mungkin kan kalau dia mengirimkan barang itu ke tempatmu via pos."
Clone: "Dia itu orangnya agak aneh. Aku gak tahu jenis kelaminnya laki - laki atau perempuan. Terus, dia makai topeng di wajahnya. Katanya sih jaket, tapi yang dia kasihkan malah jubah hitam. Yah, walau jubahnya berubah jadi jaket pas kupegang sih."
Hitam: "Itu gara - gara kemampuannya untuk mengubah identias. Kemampuannya juga bisa dipakai ke Clothes of Chaosnya berarti."
Clone: "Bisa jadi. Soalnya dia juga berubah jadi perempuan pas jubahnya dilepas."
Hitam: "Hmm, menarik."
Clone: "Udah ya. Aku mau lanjut kerja."
Ting!!! Clone meninggalkan chat room
Hitam: "Oke deh. /summon Ballz."
Ting!!! Ballz memasuki chat room
Ballz: "Kenapa panggil - panggil? Mau jawab pertanyaanku lagi?"
Hitam: "Enggak woy! Tapi kebetulan kau langsung datang habis kusummon. Summonnya work berarti lol."
Ballz: "Gimana omong - omongan sama Clone tadi?"
Hitam: "Lumayan lah. Aku jadi tahu banyak hal soal penyusup itu."
Ballz: "Gitu ya."
Hitam: "Dahlah, aku mau lanjut kerja."
Ting!!! Hitam meninggalkan chat room
Ballz: "Jawab pertanyaanku yang itu dulu woy."
Ballz: "Main pergi aja dia."
Ting!!! Ballz meninggalkan chat room
***
5 September 2014
Pos satpam akademi terletak menyendiri dari bangunan - bangunan akademi yang lain. Hal inilah yang menyebabkan pos satpam selalu sepi dan jarang dikunjungi, selain jika ada yang ingin izin keluar komplek.
Penghuninya yang seorang bapak - bapak berwajah mengerikan, namun berhati lembut, tidak pernah merasa kesepian saat bekerja di pos itu. Sebuah televisi usang yang layarnya menampilkan kerumunan semut sedang berkelahi dan segelas kopi hangat adalah teman baiknya.
Dia menyeruput kopi hangat itu sambil menatap ke arah bagian dalam komplek akademi melalui salah satu kaca di pos satpam.
Kemudian, dia menyipitkan mata saat seorang laki - laki terlihat berjalan sendirian di pinggir jalan raya komplek. Dari postur tubuhnya yang merupakan orang dewasa, dia pasti bukan seorang siswa, melainkan seorang guru.
Terdapat sebuah lampu jalan di pinggir jalan raya komplek-sepuluh meter jaraknya dari pos satpam-yang menerangi tempat itu.
Saat laki - laki itu tiba di bawah cahaya lampu, tampaklah bahwa ternyata laki - laki itu adalah Steven. Walau hawa malam ini sangat dingin, dia sedang tidak memakai jaket. Dia justru memakai atasan kemeja putih yang dimasukkan ke dalam bawahan celana panjang hitam.
Steven menaikkan pandangannya, menatap wajah satpam yang sedang tersenyum ke arahnya.
"Yo, Steven!" satpam itu melambaikan tangan kiri.
Karena malam hari suasananya sepi, perkataan dengan suara yang pelan akan terdengar sangat kencang, meskipun terdengar dari jarak sepuluh meter.
Steven membalas lambaian tangan itu dengan sebuah senyuman. Dia pun mempercepat langkah kakinya menuju ke pos satpam itu, karena sendirian di jalanan yang gelap bukanlah hal yang baik.
Lima menit kemudian, Steven telah berada di dalam pos satpam itu. Dia dan si satpam sedang duduk di atas kursi plastik-yang diduduki Steven berwarna hijau dan yang diduduki si satpam berwarna putih-sambil menghadap ke televisi tabung. Televisi itu pun masih menampilkan pertengkaran semut yang tak kunjung selesai.
Si satpam menyeruput kopi hangatnya saat bertanya, "Kau mendukung siapa?" Steven pun menjawab, "Aku mendukung semut yang putih."
Kemudian, terdengarlah suara tawa dua orang lelaki dari dalam pos satpam itu.
Si satpam tertawa tertawa terbahak - bahak dengan kedua telapak kaki dihentakkan secara bergantian, membuat sebagian kopi hangat yang terdapat di cangkir yang dipegangnya tumpah ke lantai. Bahkan, kopi yang tidak sempat tumpah-hanya membasahi dinding luar gelas-menetes di celana panjang si satpam.
Tawanya pun terhenti saat dirasakannya suhu panas di mata kakinya. Si satpam pun menundukkan kepala, hanya untuk melihat kopi hangat yang tumpah telah membasahi celana panjangnya dari lutut ke mata kaki.
"Ah tidak. Kopiku," pikirnya.
Dia bangkit dari duduknya sambil tetap menghentakkan kedua telapak kaki. Dipikirnya, terus menghentakkan kaki dapat mengeringkan celana panjangnya yang basah.
Steven menoleh ke arahnya, bersamaan dengan si satpam yang juga menoleh ke arah Steven.
"Ah iya. Sudah lama kita tidak berbincang - bincang seperti ini," kata si satpam kemudian.
"Iya pak. Semenjak insiden itu, semuanya jadi berubah," balas Steven.
Steven menjeda perkataannya untuk menyeruput secangkir kopi hangat yang terpegang di tangan kanannya. Sepuluh menit yang lalu, saat Steven baru saja memasuki pos satpam, si satpam menyambutnya dengan uluran tangan kanan.
Steven menerima uluran tangan itu. Kemudian, si satpam menawarinya secangkir kopi hangat dengan mengatakan, "Biar kubuatkan kopi."
"Tidak usah repot - repot pak," Steven menolaknya dengan halus.
"Kau ini seperti orang asing saja, Steven. Kita kan sudah kenal sejak lama," balas si satpam.
Tangan kanannya meraih secangkir gelas kaca, sementara tangan kirinya meraih termos yang terisi penuh dengan kopi hangat.
Dibukanyalah mulut dari termos itu, kemudian dituangkanlah isi termos itu ke dalam cangkir kaca hingga terisi tujuh per delapannya. Lalu, cangkir itu diserahkannya kepada Steven yang kemudian diterima oleh Steven dengan telapak tangan terbuka lebar dan telapak tangan kanan menggenggam tak sempurna.
Steven menjauhkan secangkir kopi itu dari mulutnya. Lidahnya mengecap - ngecapkan rasa pahit yang menempel di sana.
Si satpam kembali duduk di kursi plastik putih di sebelah kirinya. Tangan kanannya tak lagi memegang secangkir kopi hangat, karena kopi yang terdapat di sana telah dihabiskannya, membuat cangkir kaca itu menjadi secangkir udara-mungkin, cangkir yang kosong lebih baik.
Ingatannya terlempar tiga belas tahun ke masa lalu, saat insiden itu terjadi.
"Sejak saat itu banyak hal yang berubah di akademi-maksudnya basecamp," kemudian, perkataan ini terucap dari mulut si satpam.
"Komplek ini yang awalnya berbentuk basecamp berubah menjadi akademi. Pemilik Clothes of Chaos yang dulunya bebas keluar masuk basecamp jadi wajib untuk tinggal di akademi minimal dua tahun. Di akademi juga dibuat sekolah yang mengajari mata pelajaran umum kepada mereka," sambungnya.
Steven meremas gelas kaca yang dipegangnya hingga telapak tangan kanannya memerah.
Si satpam terkejut melihatnya. Dia pun berkata, "Maaf Steven. Aku tidak bermaksud membuatmu teringat dengan kejadian itu lagi."
Steven menghela nafas setelah menggelengkan kepalanya sebanyak dua kali. Menurutnya, kejadian yang telah berlalu biarlah berlalu, tidak perlu disesali, meskipun kejadian itu membuat Steven kehilangan seseorang yang penting baginya, ayahnya.
"Yah begitulah," Steven menanggapi.
Dia kembali mendekatkan secangkir kopi hangat itu ke mulutnya sambil bertanya, "Omong - omong, aku tidak pernah melihat Clothes of Chaos milikmu lagi. Kalau tidak salah, siapa namanya?"
"Kishi 騎士. Akibat insiden itu, aku sempat trauma dengan Clothes of Chaos. Mungkin itulah yang mendorongku untuk membuangnya dan mengundurkan diri dari pengurus akademi. Yah, meskipun saat ini aku kembali ditugaskan di sini walau hanya sebagai satpam.
Mungkin, sekarang Kishi 騎士 sudah mendapatkan pemilik baru," jawab si satpam.
Awalnya Steven merasa iba mendengarnya. Namun dia malah terkekeh ketika si satpam mengucapkan kalimat terakhir itu.
"Hei, aku serius," si satpam menanggapi kekehan Steven itu dengan berseruan.
Suara tawa pun terdengar kembali di dalam pos satpam.
"Aku hampir lupa," kata Steven tiba - tiba, membuat si satpam menghentikan tawanya.
Dia menoleh ke samping dengan wajah memasang tatapan menyelidik-kepala agak miring ke samping, kedua alis terangkat ke atas, dan kedua mata sedikit menyipit dengan pupil membesar.
"Apakah dua tahun terakhir ini ada orang mencurigakan yang keluar masuk komplek?" tanya Steven kemudian.
"Mencurigakan? Sepertinya tidak ada," jawab si satpam.
Dia mengayunkan lengan kanan ke belakang untuk meraih kertas yang bertumpuk di atas meja kayu di belakang kursinya. Di antara tumpukan - tumpukan kertas itu terdapat buku berukuran dua puluh satu dikali tiga puluh tiga senti.
Tangan kanan si satpam memegang buku itu dengan erat, sebelum tangan itu kembali diayunkan ke depan untuk membawa buku itu ke pangkuannya.
Sambil meraba lembar demi lembar buku itu dengan jari jempol kanan, si satpam berkata, "Orang - orang juga jarang ada yang lewat gerbang utara."
Steven menganggukkan kepala saat si satpam melanjutkan, "Mungkin, Clone dan Gen pada tanggal 15 Juli 2013."
"Kenapa mereka?" tanya Steven begitu mendengar nama dua siswanya disebut.
"Clone izin keluar untuk membeli peralatan tugas. Tapi, dua jam berlalu dan dia tidak kembali - kembali. Dia baru kembali saat hampir jam tujuh malam dari gerbang utara bersama dengan Gen, padahal sebelumnya Gen tidak izin keluar. Setelah itu, dia baru ke pos ini seorang diri untuk mengembalikan surat izin keluar," jawab si satpam.
Steven menghela nafas. Baru pertama kalinya dia mendengar cerita tentang kedua siswanya ini.
"Apa hanya itu yang aneh?" kemudian, Steven bertanya untuk memastikan.
"Tidak hanya itu. Aku juga merasakan kalau Clone baru saja menggunakan Clothes of Chaosnya, yang berarti dia telah melanggar peraturan," jawab si satpam.
Peraturan untuk tidak menggunakan Clothes of Chaos di luar komplek adalah peraturan yang aneh. Masa iya, seseorang tidak boleh menggunakan Clothes of Chaos, meskipun dia sedang dalam kondisi yang membahayakan nyawanya?
Beruntung, peraturan itu pun dicabut di awal tahun 2014 ini, akibat adanya laporan bahwa sebagian besar siswa akademi diserang oleh orang asing saat sedang berada di luar komplek.
Kemudian, si satpam membuka buku di pangkuannya itu ke halaman terakhir yang berisi tulisan. Di halaman itu terdapat sebuah tabel dengan empat kolom. Kolom pertama bertuliskan, "Tanggal," kolom kedua bertuliskan, "Nama," kolom ketiga bertuliskan, "Alasan," dan kolom keempat bertuliskan, "Tanda tangan."
Si satpam menundukkan kepalanya sambil menggoreskan jari telunjuk kanannya di atas kertas, menuruni tabel yang terdapat di sana, hingga tiba di baris kelimanya.
Di baris itu, kolom pertamanya tertulis, "1-9-2014," di kolom keduanya tertulis, "Blaz Flar," di kolom ketiganya bertuliskan, "Pulang ke rumah orang tua," dan kolom keempatnya kosong.
"Ah, ini dia," kata si satpam kemudian.
Steven pun menoleh ke samping dengan pandangan yang diturunkan menuju buku itu.
"Blaz Flar ya," komentarnya.
"Masalahnya, setelah kucocokkan dengan data guru dan siswa, tidak ada siswa atau guru di akademi yang bernama Blaz Flar," si satpam mengeluh.
Steven meletakkan tangan kanannya di bawah dagu sambil bertanya, "Seperti apa orangnya?"
Si satpam tidak langsung menjawabnya. Melainkan, dia memegang bagian dalam dari saku baju seragam keamanannya yang terletak di samping kiri dada. Dari dalam saku itu, dia mengeluarkan sebuah ponsel yang kemudian layarnya dihadapkan ke wajahnya.
Setelah menekan - nekan layar ponsel itu, si satpam pun menunjukkan isi layar ponsel itu ke wajahnya Steven.
Di sana terdapat foto seorang laki - laki yang tidak bisa dibilang remaja, namun juga tidak bisa dibilang dewasa. Dia berkulit sawo matang dan memakai hoodie merah yang menutupi kepalanya hingga menyamarkan sebagian wajahnya. Namun, terlihat bahwa dia memiliki hidung yang mancung dan di sisi kanan bibirnya terdapat tindik logam.
Sekilas melihat foto itu, Steven bergumam, "Clothes of Chaos dengan kemampuan mengubah identitas."
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro