Chapter 3 part 1: Aku Harus PERGI
30 November 2013
8.10 AM
Pertandingan tenis berakhir seri dengan skor akhir dua sama. Seharusnya pertandingan tenis kami sudah berakhir dalam tiga ronde, skor akhir dua satu, keunggulan berada di pihakku.
Tapi, Dash tidak terima dan meminta ronde keempat. Di ronde keempat inilah dia memenangkan pertandingan, sehingga skor akhir kami menjadi dua sama.
Pertandingan tidak boleh berakhir seri. Aku ingin meminta ronde kelima, tapi aku sudah terlalu lelah. Dash pasti juga lelah.
Dengan terpaksa pertandingan tenis hari ini ditutup dengan hasil seri.
Kamipun pulang ke rumah masing – masing. Aku dan Dash berpisah di perempatan, karena rumah kami letaknya berbeda blok.
Sebelum berpisah, Dash memintaku untuk bertanding tenis lagi besok. Pertandingan besok melanjutkan pertandingan hari ini yang berakhir seri. Dia sangat ingin menang.
Akupun menjawab kalau pertandingan tenis dapat dilanjutkan jika besok adalah jadwalnya tenis. Biasanya jadwal olahraga yang dimainkan di lapangan komplek selalu berubah setiap hari.
Dash juga bilang kalau dia lupa menantangku untuk tanding lari, tapi dia tidak akan melupakannya besok.
Dia bahkan menyuruhku untuk mengingatkannya jika dia lupa. Segitunya Dash ingin menang jika bertanding denganku.
Aku berpikir untuk melupakan perkataan Dash hari ini, karena lagi tidak ingin bertanding lari dengan Dash. Akan bagus jika kami bisa lari pagi dengan tenang untuk sementara waktu.
Sesampainya di dekat rumahku, aku melihat sebuah mobil polisi terparkir di depan rumahku. Kejahatan apa yang sedang terjadi di blok ini.
Ini membuatku teringat dengan kejadian lama yang terjadi di komplek ini, bahkan sebelum aku masuk ke Academy of Super Ability.
Saat itu adalah hari minggu setelah aku lari pagi dengan bapakku. Aku bertemu dengan Dash di lapangan komplek dan dia menantangku untuk balap lari.
Sepulang dari lapangan komplek, aku melihat pencurian. Akupun mengejar pencuri itu bersama dengan bapak – bapak komplek. Kami berhasil menangkapnya dan menyerahkan pencuri itu ke polisi.
Sejak saat itu aku berpikir kalau komplek perumahan ini tidak selamanya aman, meski keluar masuk komplek harus lapor satpam. Kejahatan dapat terjadi dimana saja.
Aku mengabaikan mobil polisi itu dan berjalan memasuki halaman rumah.
Saat aku membuka pagar depan, suaranya terdengar oleh bapakku. Diapun memanggilku dari dalam rumah dan mengatakan bahwa ada tamu yang mencariku.
Aku melihat ada sepatu boots hitam di halaman rumah. Kami tidak memiliki sepatu boots. Berarti sepatu ini milik tamu itu. Sepatu boots ini tampak seperti sepatu yang sering dipakai polisi.
Jadi polisi yang memarkirkan mobilnya di depan rumahku itu adalah tamunya ya. Ada urusan apa polisi sampai – sampai datang mencariku.
Akupun memasuki ruang tamu dan melihat kalau polisi itu sedang duduk di sofa sambil meminum segelas teh. Pasti ibuku yang menghidangkan teh itu untuknya.
Orang tuaku mengajariku untuk menghormati tamu. Saat ada tamu yang datang, tamu itu harus disambut sebaik mungkin dengan menyediakan hidangan untuknya.
Bapakku sedang berbicara dengan polisi itu saat aku memasuki ruang tamu.
Kedatanganku membuat polisi itu berdiri dari duduknya. Dia mendekatiku dan memperkenalkan dirinya sebagai bapaknya Tech. Pantas saja aku seperti pernah melihat wajah polisi itu. Dunia ini sempit ya.
Bapaknya Techpun menjelaskan kalau sepulang dari Academy of Super Ability, Tech bercerita bahwa Academy of Super Ability diserang oleh orang – orang tidak dikenal.
Bapaknya Tech dan rekan – rekan polisinya segera menyelidiki penyerangan itu dan menemukan kalau teroris TFG terlibat dalam penyerangan itu.
Teroris TFG atau kepanjangannya Terror For God adalah kelompok teroris yang keberadaannya mengancam masnyarakat. Baru – baru ini sedang ramai – ramainya penggebrekan kepada terduga anggota TFG.
Kalau soal berita semacam ini, Genlah yang paling tahu.
Akupun menyimpulkan kalau penembak jitu yang kuhadapi bersama Gen dan Pulse saat Academy of Super Ability diserang adalah anggota TFG.
Syco juga bercerita kalau dia menghadapi seorang pemilik Clothes of Chaos di laboratorium. Kemungkinan orang itu juga anggota TFG.
Apa itu berarti teroris TFG adalah teroris yang anggotanya memiliki Clothes of Chaos.
Kemudian, bapaknya Tech bilang kalau dia ingin mengajakku untuk ikut menyelidiki TFG bersama dengan Tech. Dia tahu kalau aku pernah menghadapi salah satu anggotanya, berarti aku akan bisa menghadapi anggota TFG yang lain.
Bapaknya Tech juga mempercayaiku sebagai temannya Tech dan pemilik Clothes of Chaos untuk membantu pekerjaannya menyelidiki teroris TFG.
Bukannya tidak mau. Tapi, nyawa menjadi taruhan untuk menyelidiki teroris seperti ini. Aku harus berdiskusi dengan orang tuaku dulu sebelum memutuskan.
Bapaknya Techpun pamit dan pergi dengan mobil polisinya.
***
Setelah bapaknya Tech pergi, bapakku mendatangiku. Dia bertanya tentang apa yang terjadi selama aku tinggal di Academy of Super Ability.
Ada 2 kemungkinan di sini. Jawaban jujur atau jawaban bohong.
Jawaban bohong adalah salah satu temanku berurusan dengan teroris TFG dengan mengatasnamakan namaku. Karena itu aku terkena masalah dan bapaknya Tech ingin mengonfirmasi hal ini.
Jawaban jujur adalah akademi pernah diserang oleh sekelompok orang tidak dikenal yang membawa senjata api. Menurut bapaknya Tech, sepertinya mereka memiliki hubungan dengan teroris TFG.
Jawaban jujurlah yang kukatakan kepada bapakku. Tidak mungkin aku membohongi bapakku sendiri.
Bapakku tidak puas dengan jawabanku. Sudah pasti orang tua khawatir jika anaknya kenapa – kenapa. Karena itulah aku menduga kalau bapakku tidak memperbolehkanku untuk bekerja dengan bapaknya Tech.
Bapakku pasti masih ingat kalau aku sering terkena masalah semacam ini.
Saat festival olahraga tahun yang lalu, alun – alun kota tiba – tiba diserang oleh sekelompok orang tidak dikenal yang sama dengan yang menyerang akademi.
Mereka adalah kumpulan pria berkacamata hitam, memakai jas hitam dengan dasi, dan membawa senapan serbu.
Ada satu orang yang paling menonjol di antara mereka. Dia tidak membawa senapan serbu seperti yang lainnya. Orang itu muncul secara tiba – tiba di atas tribun dan menantangku bertarung.
Sebenarnya, aku tidak begitu yakin apakah kejadian itu benar – benar kualami atau hanya mimpi.
Namun, melihat orang yang paling menonjol itu kembali menantangku bertarung saat di museum fosil membuatku yakin kalau kejadian itu bukan mimpi.
Setelah bapakku selesai bercerita, akupun menyambung cerita bapakku dengan cerita tentang penyerangan di restoran saat libur musim panas.
Lagi – lagi, pelaku penyerangan itu adalah sekelompok pria berjas hitam yang sama dengan yang menyerang akademi.
Bapakku bertanya – tanya, kenapa aku sering terkena masalah. Apakah hanya kebetulan. Kalau kebetulan, kenapa orang yang paling menonjol itu selalu muncul.
Diskusi berakhir dengan bapakku bilang kalau dia ingin berdiskusi dulu dengan ibuku soal masalah ini. Diskusi mereka pasti berlangsung seharian.
Bapakku mendatangi ibuku yang sedang menyiapkan makan siang di dapur. Sementara mereka berdiskusi, aku akan istirahat sambil menonton TV.
Sebelum itu, aku harus berganti baju. Jaket dan celana panjang yang kupakai dibasahi keringat setelah berolahraga.
Akupun berjalan ke kamar untuk berganti baju. Setelah mengunci pintu dan membuka restleting jaket, aku mendengar suara ringtone.
Suara itu berasal dari HP yang kuletakkan di atas kasur. Akupun mengurungkan niat untuk melepas jaket dan berjalan ke samping kasur untuk melihat siapa yang menelpon.
Dashlah yang menelpon. Sepertinya dia melupakan sesuatu saat berolahraga tadi.
Daripada membuat Dash menunggu lama, akupun mengangkat telepon itu. Sebelum aku bertanya ada urusan apa sampai menelponku, Dash menyela dengan bertanya tentang mobil polisi yang terparkir di depan rumahku.
Jadi, dia sempat melihat mobil polisi itu. Kupikir Dash sudah masuk ke dalam rumahnya saat kami berpisah di perempatan.
Akupun menjawab kalau mobil polisi itu punyanya bapaknya Tech. Tech adalah teman sekamarku di akademi yang selalu memakai headphone dan memainkan game di HPnya.
Tapi, Dash salah mengira kalau Tech adalah Clone. Aku mewajarinya karena Dash tidak pernah bertemu keduanya secara langsung dan mereka memiliki kesamaan, sama – sama malas berolahraga.
Perbedaannya adalah Tech selalu memakai headphone, sementara Clone tidak punya headphone. Clone bermain game dengan mengandalkan earphonenya yang rusak sebelah.
Tech memakai jaket berwarna biru, sementara jaketnya Clone berwarna hijau. Model jaket mereka juga berbeda. Jaketnya Clone memiliki hoodie.
Kemudian, Dash bilang kalau setelah dari rumahku, mobil polisi itu pergi ke rumahnya. Saat dia menelponku sekarang, orang tuanya sedang berbicara dengan bapaknya Tech.
Dash juga bertanya apa yang dilakukan bapaknya Tech di rumahku.
Akupun menceritakan segalanya kepada Dash, mulai dari penyerangan di akademi oleh sekelompok pria berjas hitam, sampai ke teroris TFG sebagai dalang di balik penyerangan itu.
Aku juga mengatakan kalau bapaknya Tech mengajakku untuk membantu penyelidikannya tentang teroris TFG. Kemungkinan dia akan mengajak Dash juga.
Dash menutup telepon setelah puas dengan jawabanku. Sekarang, barulah aku bisa berganti pakaian.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro