Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

56 - BISIKAN

Assalamualaikum teman-teman Pasukan Pembaca semua? Apa kabar? Semoga sehat selalu ya ^^

SUDAH SIAP BACA CHAMOMILE?

DAN, SELAMAT MEMBACA. SEMOGA SUKA ^^

****

Alen memainkan kakinya di bawah meja, entah kenapa ia merasa gugup sore ini karena Alfin akan mengajarinya. Alen mengambil tumblr di sebelahnya dan meminum teh chamomile untuk kesekian kalinya.

"Lo kenapa sih Len? Dari tadi nggak bisa diem dan minum terus?" heran Ara.

Alen menoleh ke Ara dengan tatapan memelas.

"Nggak tau. Gue gugup aja."

"Lo suka sama Kak Alfin?" tanya Ara dengan tak berdosanya.

"Nggak gitu Ra!" balas Alen tak terima.

"Terus kenapa gugup?"

Alen menghela napas berat.

"Kayaknya gue takut kena semprotan tajam Kak Alfin karena kebdohan gue."

Ara menepuk pelan bahu Alen pelan.

"Alen," ucap Ara lirih.

"Iya, Ra?"

"Kalau itu nggak bisa dihindari. Jadi dengarkan dan terima saja," ucap Ara dengan bijak.

Alen mendecak kesal dan langsung menepis tangan Ara dari bahunya. Padahal ia mengira Ara akan menenangkannya malah gadis itu menambah-nambahi beban gugupnya.

"Sialan lo Ra, gue makin gugup!"

Ara tertawa puas mendengar ucapan Alen. Tak lama kemudian pintu kelas Alen terbuka. Sosok Alan masuk ke dalam kelas. Ya, mereka memang janjian di kelas Alen sore ini.

"Kak Alfin mana, Kak?" tanya Ara tak sabar karena hanya Alan yang datang.

Alan berhenti di ambang pintu, menatap Ara dan Alen bergantian.

"Lo nggak pulang?" tanya Alan.

Ara menggeleng cepat.

"Nggak."

"Ngapain lo di sini?"

"Gue mau juga diajarin Kak Alfin biar gue tambah pinter," jawab Ara tak mau kalah.

Alan mengerutkan kening.

"Bukannya lo dapat peringkat satu kemarin?"

Ara tersenyum lebar, sedikit mendekatkan tubuhnya ke Alen.

"Sejak kapan pacar lo jadi suka introgasi kayak gini?" pekik Ara pelan ke Alen.

Alen membalas senyum Ara.

"Salah lo sendiri. Mending lo pura-pura jadi bodoh!"

"Tenang aja, itu yang sedang gue lakuin sekarang!"

Ara kembali menjauhkan tubuhnya dari Alen, ia menatap Alan yang juga semakin bingung memperhatikannya dengan Alen.

"Gue sedang menerapkan pepatah carilah ilmu sampai ke negeri Cina, Kak Alan," ucap Ara berusaha sabar.

"Ini masih di Indonesia Ara," balas Alan.

Ara mendesis kesal, kesabarannya tak bisa ia tahan lagi.

"Kak nggak ada larangan buat gue ikut belajar juga kan, Kak? Gue juga ingin semakin pintar bahkan dapat juara satu paralel seluruh sekolah bahkan kalau bisa satu provinsi! Jadi, ambisi gue sangat tinggi sekarang Kak. Makanya gue ingin ikut belajar bareng!" jelas Ara panjang lebar. Ara menoleh ke Alen. "Bener, kan, Len?"

Alen tertegun sesaat.

"Wah lo mau juara satu provinsi, Ra? Gue aja sampai lulus kayaknya nggak akan dapat juara satu di kelas."

Senyun di wajah Ara langsung sirna begitu saja berganti dengan tatapan kesal dan penuh beban karena dua pasangan ini.

"Terserah lo, Len!"

Alan terkekeh mendengar jawaban polos pacarnya. Alan pun segera mendekati Alen dan duduk di dekat kursi sebelah Alen.

"Kak, pokoknya gue ikut! Lo nggak berhak larang gue!" ancam Ara ke Alan.

Alan hanya mengangguk-angguk saja sebagai. Toh nggak ada ruginya buat dia Ara mau ikut atau tidak.

"YES!!!!" sorak Ara sangat senang.

Ara kembali sibuk berkaca, memeriksa rambutnya, dandannya dan segala-galanya. Padahal bukan dia yang akan belajar tapi dia yang paling tidak sabar Alfin datang.

****

Alan menoleh ke Alen, memperhatikan gadisnya yang diam saja dan terlihat gugup. Alan mendekatkan kursinya ke Alen.

"Kenapa?" tanya Alan.

"Takut," jawab Alen jujur.

"Sama Alfin?"

"Iya. Gue takut dikatain sama Kak Alfin karena saking bodohnya gue," curhat Alen kedua kalinya.

Alan terkekeh pelan, tangannya terulur menyentuh rambut Alen dan membelainya.

"Ada gue. Alfin nggak akan berani."

"Beneran?"

Alan mengangguk.

"Mau gue aja yang ajarin?" tawar Alan.

Alen menggeleng.

"Nggak enak sama Kak Alfin sudah mau luangin waktunya. Yang penting Kak Alan tetap di sini ya. Jangan kemana-mana."

"Iya Alena."

Alen menghela napas pelan, merasa lebih lega dan tidak gugup karena ada Alan di sampingnya.

Tanpa Alen dan Alan sadari, sedari tadi Ara sudah memberikan lirikan tajam seolah tak suka dengan kemesraan keduanya!

"Gini amat gue lihatin orang pacaran," decak Ara.

Ia mengutup kacanya dengan sedikit kasar dan mengeluarkan bukunya.

"Ini Kak Alfin kapan datangnya sih!!!" teriak Ara tak bisa menahan kekesalannya.

*****

Pintu kelas Alen terbuka lebar, akhirnya sosok yang mereka tunggu datang juga setelah menunggu lebih dari tiga puluh menit. Alfin datang dengan wajah tak berdosanya sembari membawa robot kecil yang masih dirangkai.

"Sori gue telat. Pak Jaya manggil gue dulu tadi," ucap Alfin tidak enak.

"Iya Kak nggak apa-apa. Makasih juga sudah mau bantu lagi," balas Alen.

Alfin menoleh ke Ara dan Alan, menatap mereka berdua dengan bingung.

"Murid gue hari ini ada tiga?" tanya Alfin.

"Ada dua, Kak. Sama gue!" jawab Ara.

Alfin mengangguk-angguk tak mempermasalahkan. Alfin menunjuk Alan.

"Lo ngapain di sini?" tanya Alfin.

"Nungguin pacar gue," jawab Alan enteng.

Alfin mendesis pelan, menahan diri untuk tidak mengumpat.

"Kak Alfin kalau nggak kuat, umpat aja mereka berdua. Nggak perlu di tahan!" seru Ara bisa menangkap wajah kesal Alfin.

Alfin menghela napas berat, hanya bisa geleng-geleng melihat wajah Alan yang begitu menyebalkan. Alfin segera mengambil duduk.

Kemudian, Alfin pun mulai mengajari Alen dan Ara. Alfin berusaha sangat sabar ketika mengajari Alen yang cukup lama untuk mengerti materi yang diajarkannya. Sampai Ara pun sering keceplosan ikut mengajari Alen saking frustasinya.

"Alen bukan ditambahkan!" teriak Ara dengan kepala yang sudah berasap

*****

Alen menghela napas panjang dan langsung menyenderkan tubuhnya di kursi. Dua jam kepalanya terasa seperti dirajami banyak paku. Sangat sakit dan panas. Akhirnya penderitaannya selesai juga.

"Minum dulu," suruh Alan memberikan botol minuman Alen.

Alen langsung menerimanya dan meneguk habis teh chamomile kesukaannya. Sekejap Alen merasa lebih tenang.

Alen menoleh ke Alan yang juga sedang menatapnya.

"Kak Alan," panggil Alen lirih.

"Kenapa?"

"Gue pengin jadi telur beruang aja," aduh Alen merasa tak sanggup.

"Lo beneran bodoh, ya, Len," sahut Alfin tiba-tiba.

Semua mata langsung tertuju ke Alfin. Apalagi Alen yang merasa ingin menangis. Sudah lelah malah dapat ucapan tajam dari Alfin.

"Fin!" peringat Alan.

Alfin menoleh ke Alen dengan wajah tak berdosanya.

"Sejak kapan beruang bertelur? Beruang itu melahirkan," ralat Alfin cepat.

"Gue udah tau! Tetap aja gue pengin jadi beruang bertelur!" teriak Alen tak terima.

Alfin mengangguk-angguk masih dengan ekspresi santainya.

"Berarti lo emang bodoh."

Alen langsung membuang muka dan menatap ke Alan meminta pertolongan.

"Kak Alan gue bodoh banget, ya?" melas Alen.

"Nggak Alen," jawab Alan cepat.

Alan kembali menatap Alfin tajam, yang ditatap malah asik membereskan barang-barangnya.

"Gue hanya bicara fakta," ucap Alfin.

"Alen hanya butuh waktu untuk belajar, Fin. Dia nggak bodoh. Lo yang bodoh nggak bisa ajarin anak orang dengan cepat!" Alan malah menyalahkan Alfin.

Ekspresi Alfin langsung berubah dalam sekejap, kaget sekaligus tak terima dengan ucapan Alan.

"Kak Alan kok jadi nyalahin Kak Alfin. Bukan salah Kak Alfin dong kalau Alen belum paham-paham. Memang isi otak Alen aja yang belum memumpuni!" Ara ikutan kesal dan langsung membela Alfin.

Bukan hanya Alan yang terkejut mendengar ocehan Ara yang tiba-tiba. Alfin yang merasa namanya disebut lebih kaget.

"Enak aja otak gue belum memumpuni. Gue udah berusaha maksimal Ara!" seru Alen semakin tak terima.

"Lo lima soal aja butuh waktu dua jam! Kurang sabar apa Kak Alfin ngajari lo!"

Alfin menghela napas berat, tidak ingin hal sepele ini jadi panjang. Alfin mengetuk meja dua kali.

"Jangan ribut. Nggak ada yang bodoh dan nggak ada yang salah," ucap Alfin melerai Alen dan Alan.

"Yang ada emang Alfin aja yang kurang pinter ngajari orang," tambah Alan masih giat dengan aksi menyebalkannya.

Alfin mendesis pelan, ingin membalas Alan namun ia tahan. Hari ini mulutnya sedang tidak ingin menambah dosa-dosa.

"Bener, salah gue adik-adik semua."

"Kak Alfin nggak salah. Kak Alfin ngajari dengan benar dan cepat. Gue aja langsung paham semua yang diajari Kak Alfin hari ini," seru Ara masih tak terima.

"Makasih Ara lo paling tau kebenaran saat ini."

Ara tersenyum senang mendapat pujian dari Alfin. Ara bersorak dalam hati, ia menatap ke Alen sambil meledek penuh kemenangan.

"Gue balik dulu," pamit Alfin bersiap menenteng tasnya.

"Kak Alfin langsung pulang?" tanya Alen tiba-tiba berdiri.

Semua mata langsung menoleh ke Alen, bingung karena Alen tiba-tiba bertanya seperti itu.

"Iya," jawab Alfin seadanya.

"Kak Alfin boleh minta tolong, nggak?" melas Alen.

"Nggak boleh," tolak Alfin cepat.

"Belum juga bilang!"

"Buran apa?"

Alen menunjuk ke Ara dengan cepat.

"Anterin Ara pulang juga bisa? Kasihan supirnya Ara lagi libur hari ini. Dia nggak pernah naik ojek online atau pun taxi sendirian. Dia harus nunggu Papanya pulang kerja sore nanti baru dia bisa pulang."

Kini tatapan semua orang beralih ke Ara yang mengerjap-kerjap seperti orang bodoh.

"Bener, kan, Ara?" tambah Alen meminta dukungan.

Ara dengan cepat mengangguk-angguk tanpa menyia-nyiakan kesempatan.

"Bener banget, Kak. Gue belum ada yang jemput."

"Kak Alfin mau kan anterin Ara pulang?" tanya Alen lebih berhati-hati.

"Oke," jawab Alfin cepat.

Alen dan Ara bersorak kesenangan dalam hati, mereka saling mengedipkan mata sebagai selebrasi kerja tim yang baik sore hari ini.

Ara membereskan barang-barangnya kemudian mendekati Alen yang juga masih sibuk memasukan buku-bukunya.

"Mulai detik ini gue akan jadi Mama kandung lo, Len!" bisik Ara sungguh-sungguh.

Alen tertawa mendengar ucapan Ara. Ia menghentikan aktivitasnya sejenak. Kemudian menjulurkan tangannya ke Ara.

"Mama boleh minta uang jajan?"

Ara mengangguk cepat.

"Sangat boleh. Nak Alen mau minta uang jajan berapa?"

****

Alen, Ara, Alfin dan Alan berjalan bersamaan menuju parkiran. Keadaan sekolah sudah sangat sepi. Hanya tinggal beberapa murid yang mengikuti ekskul paskibra.

"Kapan lomba robotik lo?" tanya Alan membuka pembicaraan ke Alfin.

"Minggu depan."

"Good luck."

"Jangan lupa," peringat Alfin.

"Apa?" bingung Alan.

Alfin menghentikan langkahnya, membuat semua orang ikut menghentikan langkah dan menatap Alfin dengan penasaran.

"Bayaran dinamo gue!"

****

Alen segera mengenakan helmnya dan naik ke motor Alan. Ia ingin buru-buru meninggalkan Alfin dan Ara berdua.

"Kak Alan buruan!" paksa Alen tak sabar.

"Iya, Alena."

Alen melambaikan tangan ke Alfin dan Ara yang masih berdiri di samping motor Alfin.

"Kak Alfin nitip Ara, ya. Hati-hati di jalan," teriak Alen.

"Lo juga hati-hati, Len," balas Ara lebih keras.

Alfin hanya mengangguk saja. Kemudian, motor Alan beranjak dari parkiran, meninggalkan Alfin dan Ara di sana.

Keadaan mendadak hening. Ara tiba-tiba merasa sangat gugup. Untuk pertama kalinya dia dibonceng sama Alfin, untuk pertama kalinya dia akan pulang bersama Alfin dan untuk pertama kalinya Alfin mengantarnya pulang.

"Pakai."

Ara tersadarkan, ia melihat Alfin memberikan helm untuknya. Ara segera menerimanya.

"Terima kasih, Kak."

"Rumah lo di mana?"

"Di perumahan Merpati, Kak."

Alfin mengangguk singkat, sejenak Alfin menyadari sesuatu.

"Lo beneran anak orang kaya," lirih Alfin pelan.

"Hah? Apa, Kak?" tanya Ara karena tak dapat mendengar ucapan Alfin.

Alfin menggeleng tak menjawab, ia segera naik ke atas motornya. Ara pun segera ikut naik. Ara merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Bau parfum Alfin tercium lebih jelas bahkan Ara bisa melihat punggung Alfin yang sangat dekat.

"Kak Alfin," panggil Ara pelan.

"Hm?" balas Alfin tanpa menoleh, hanya melihat dari kaca spionnya.

"Gue nggak pernah naik motor."

"Terus?"

"Gue harus pegangan di mana?"

****

Motor Alan sampai di depan rumah Alen. Namun tidak ada tanda-tanda dari Alen turun dari motor Alan, membuat Alan akhirnya menoleh ke belakang.

"Sudah sampai, Len," ucap Alan memberitahu.

"Tau." Alen menjawab sembari melepas helmnya tanpa mau turun.

"Nggak turun?"

Alen tiba-tiba mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil.

"Masih pengin jalan-jalan sama Kak Alan," pinta Alen.

Alan terkejut mendengar jawaban Alen. Namun detik berikutnya Alan dibuat tertawa, ekspresi Alen terlalu menggemaskan untuknya. Alan perlahan turun dari motornya, membiarkan Alen masih duduk manis di kursi belakang motor.

"Mau kemana?" tanya Alan dengan suara lembutnya.

"Kemana aja. Masih malas pulang."

Alan melirik ke jam tangannya, sudah menunjukkan pukul lima sore. Namun, jam tujuh malam Alan sudah ada janji dengan teman-temannya.

"Maaf kalau hari nggak bisa," ucap Alan dengan berat hati.

"Kenapa? Mau main basket ya?"

"Iya. Sudah janji sama lainnya."

Alen menghela napas berat sembari mengangguk. Ia sendiri tidak ingin memaksa Alan.

"Ya udah nggak apa-apa."

"Sedih, ya?" tanya Alan.

"Lumayan."

Alan berpikir sejenak, hatinya terasa berat jika langsung meninggalkan Alen seperti ini.

"Besok malam minggu. Kita jalan-jalan, mau?"

Kepala Alen yang semulanya tertunduk langsung mendongak kembali. Senyumnya mengembang detik itu juga.

"Mau banget!"

Alan tersenyum lega. Tangan Alan terulur mengacak-acak pelan rambut Alen.

"Besok gue jemput, ya."

Alen mengangguk seperti anak kecil. Ia segera turun dari moto Alan dibantu oleh Alan, tak ingin gadisnya terjatuh.

Alen menatap Alan dengan kedua mata berbinar, sangat bahagia.

"Kak Alan," panggil Alen.

"Kenapa?"

"Gue bisikin sesuatu, mau?"

"Mau."

"Sini." Alen melambaikan tangannya, mau tak mau Alan sedikit mendekatkan wajahnya.

"Mau bilang apa?"

Alen pun membisikan kalimat yang ingin ia sampaikan ke Alan.

"Makasih Kak Alan sudah buat gue bahagia setiap harinya," ungkap Alen malu-malu.

Alan menjauhkan tubuhnya, menatap Alen dengan takjub. Tak menyangka akan mendapatkan pengakuan manis seperti itu dari gadis yang dia sukai.

"Gue juga mau bisikin sesuatu, boleh?"

Alen mengangguk.

"Boleh. Apa?"

Alan kembali mendekatkan wajahnya ke Alen, kemudian berbisik dengan suara lembut dan penuh ketulusan.

"Aku sayang kamu, Alena."

****

#CuapCuapAuthor

BAGAIMANA CHAMOMILE PART LIMA PULUH ENAM? SUKA NGGA?

SIAPA YANG DIBUAT BAPER KARENA ALAN?

KALAU AKU BUAT SPESIAL PART WAKTU ARA DAN ALFIN PULANG BARENG KALIAN MAU NGGAK? KALAU BANYAK YANG MAU SEGERA AKU BUATKAN!!! GIMANA? 

CHAMOMILE PART 57 MAU UPDATE HARI APA?

JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN COMMENT YA. SELALU PALING DITUNGGU DARI TEMAN-TEMAN PASUKAN PEMBACA ^^

Jangan lupa juga untuk pantengin info-info tentang cerita Chamomile di Instagram luluk_hf dan lulukhf_stories yaa ^^

MAKASIH BANYAK TEMAN-TEMAN PASUKAN SEMUA. SEMOGA AKU BISA SEGERA UPDATE LAGI YA BUAT KALIAN. SELALU SAYANG KALIAN SEMUA DAN JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN YAA ^^


Salam,


Luluk HF

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro