Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

52 - NILAI

Assalamualaikum Teman-teman Pasukan Pembaca semua. Bagaimana kabarnya? Semoga sehat selalu ^^

KAGET NGGAK AKU UPDATE SIANG-SIANG? Sebenarnya aku ingin update semalam, tapi maaf ya ternyata gak bisa. Makanya aku ganti siang ini ^^ 

SEBELUM BACA CHAMOMILE PART 52 AKU ADA INFO PENTING NIH ^^

AKHIRNYA NOVEL CHAMOMILE AKAN SEGERA TERBIT DI BULAN DESEMBER YA. SUDAH SIAP PELUK NOVEL CHAMOMILE? 

Tenang saja, Chamomile akan tetap aku selesaikan di Wattpad ya. Dan, dijamin kalian pun tidak akan menyesal juga kalau beli Novelnya. KARENA APA? 

KARENA.... COVER NOVELNYA CANTIK BANGET, ISI NOVELNYA LEBIH SERU DAN PASTINYA BONUS-BONUS MERCHNYA LUCU-LUCU BANGET, GEMESIINN ^^

YUK, MULAI NABUNG YA DARI SEKARANG. MASIH ADA DUA BULAN LAGI BUAT NABUNG ^^

DAN, SELAMAT MEMBACA CHAMOMILE ^^ 

****

Alen membuka kaca kecilnya, kemudian merapikan sedikit rambutnya dan memeriksa bedaknya terlalu kebanyakan atau tidak. Alen terlihat begitu senang dan semangat pagi ini. Dan, tentu saja Kanara bisa mengetahuinya.

"Kamu kenapa?" tanyaKanara tanpa basa basi.

Alen menurunkan kaca kecilnya, menatap sang Mama dengan bingung.

"Emang Alen kenapa?"

"Ada kabar bahagia?" tebak Kanara.

Alen seketika menyadari senyumnya yang terlalu bersemangat, ia menatap Mamanya dengan gugup.

"Iya," jawab Alen ingin jujur.

"Apa?"

Alen terdiam sejanak, mempertimbangkan untuk memberitahu sang Mama atau tidak.

"Alen balikan sama Kak Alan, Ma," jawab Alen hati-hati.

Kini giliran Kanara yang terdiam, tatapanya menyorot lebih lekat.

"Alan mantan kamu itu?"

Alen mengangguk kecil, semakin gugup.

"Iya, Ma. Alen boleh, kan, pacaaran sama Kak Alan?" Alen memutuskan untuk meminta izin. Alen tidak ingin hubungannya dengan Alan rusak seperti dulu.

Tanpa Alen sangka, Sang Mama langsung mengangguk tanpa ragu.

"Boleh, dengan satu syarat."

Senyum Alen seketika mengembang dengan semangat lagi.

"Apa itu Ma?"

"Berat badan kamu tidak boleh naik dan selalu hati-hati dengan makanan yang kamu konsumsi," pesan Kanara serius.

Alen mengangguk-anggukan kepalanya dengan cepat, menyetujui persyaratan Mamanya.

"Alen janji Ma. Kali ini Alen akan selalu jaga berat badan Alen," sumpah Alen.

"Oke."

"Mama beneran, kan, restuin Alen pacaran sama Kak Alan?" tanya Alen memastikan sekali lagi.

"Iya, Alena."

Alen bersorak tanpa sadar, tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Kanara geleng-geleng menatap ekspresi putrinya.

Kanara mengakhiri sarapannya, ia segera berdiri.

"Kapan-kapan ajak Alan ke toko bunga," ucap Kanara sebelum beranjak.

Alen menatap Mamanya dengan senyum masih mengembang.

"Ngapain ajak Kak Alan ke toko bunga, Ma? Mau ajak Kak Alan makan bareng?" tanya Alen semakin semangat.

Kanara menggeleng.

"Bukan."

"Terus kenapa?" Alen mengerutkan kening bingung.

Kini giliran Kanara yang mengembangkan senyumnya, tipis nan licik.

"Bantu jualan bunga!"

Seketika kedua mata Alen langsung melebar, sorot matanya mengikuti punggung Mamanya yang semakin menjauh dari meja makan.

"MAMAAA!!!"

*****

Alen buru-buru keluar dari rumah ketika mendapatkan pesan dari Alan jika cowok itu sudah sampai di depan rumahnya. Ya, hari ini Alan menjemput Alen dan mengajak Alen untuk berangkat sekolah bersama.

Alen melambaikan tangannya ke Alan dengan canggung.

"Pagi, Kak," sapa Alen masih merasa tak terbiasa dengan status mereka. Jujur Alen merasa bahagia, deg-degan sekaligus gugup. Semuanya bercampur jadi satu. Sudah lama Alen tidak merasakan perasaan seperti ini.

Apakah perasaan ini juga yang dirasakan oleh orang-orang yang sedang jatuh cinta?

Alan membalas dengan senyum kecil.

"Udah sarapan?" tanya Alan sembari memberikan helm untuk Alen.

Alen mengangguk sekaligus menerima helm tersebut.

"Sudah Kak."

Alan tersenyum senang dan lega mendengarnya. Nyatanya, Alen memang sangat sulit untuk sarapan, apalagi diet ketat yang diharuskan dari Mamanya.

"Ayo berangkat," ajak Alan.

Alen pun segera memakai helmnya dan naik motor Alan. Sedangkan, Alan terus mengamati Alen dari kaca spion motornya.

"Sudah, Kak," seru Alen dari belakang.

Alan mengerutkan kening kecil, seolah ada yang kurang.

"Beneran udah?"

Alen mengangguk tanpa ragu.

"Iya, udah."

Alan menghela napas pelan, tanpa membalikan badanya, kedua tangan Alan bergerak ke belakang mencari tangan Alen, lantas menaruhnya tangan Alen di pinggangnya.

"Pegangan, biar nggak jatuh."

Alen merasakan kedua pipinya langsung merona.

"Iya, Kak," balas Alen malu-malu.

Setelah itu, Alan segera menjalankan motornya. Mereka berangkat menuju sekolah.

*****

Banyak pasang mata yang memperhatikan Alan dan Alen di parkiran. Pasalnya siswa dan siswi SMA Savana memang beberapa kali melihat Alan dan Alen boncengan, apalagi setelah gosip tentang hubungan mereka. Namun, mereka baru pertama kali ini melihat Alan dan Alen berangkat sekolah bersama.

"Mereka berangkat bareng?"

"Mereka pacaran lagi?"

"Hah? Serius mereka balikan?"

"Gue yakin mereka balikan."

Baik Alan dan Alen berusaha untuk tidak peduli dengan bisikan-bisikan siswa dan siswi lainnya. Alan dan Alen sudah sepakat untuk tidak menyembunyikan status hubungan mereka dan membiarkan saja orang membicarakan hubungan mereka asalkan tidak keterlaluan.

"Gue duluan ya, Kak, ," ucap Alen ingin beranjak setelah melepaskan helmnya.

"Mau kemana?" cegah Alan.

Alen menghentikan langkahnya, menatap Alan bingung.

"Kelas."

"Nggak bareng?"

Kening Alen semakin mengerut.

"Kelas kita beda arah, Kak," jawab Alen dengan polosnya.

Alan berjalan mendekati Alan, tersenyum kecil.

"Nggak apa-apa. Gue anterin ke kelas," ucap Alan.

Kedua mata Alen langsung membuka lebih lebar. Alen melihat Alan yang berjalan lebih dulu ke arah kelasnya. Sebenarnya bisa saja Alan lewat kelas Alen, tapi akan berputar lebih jauh dibandingkan Alan melewati lorong sebelah selatan sekolah.

"Kak nanti makin dibicarin sama siswa dan siswi lain," bisik Alen sangat pelan, mencoba menyeimbangkan langkahnya dengan Alan.

"Biarin," jawab Alan santai.

"Kak Alan nggak masalah kalau gosip Kak Alan dan gue makin besar?"

Alan terkekeh mendengar ucapan Alen yang penuh ke khawatiran. Alan menoleh ke Alen.

"Nggak apa-apa, asalkan itu lo."

Seketika rasa khawatir di diri Alen sirna, digantikan dengan senyum senang mendengar ucapan Alen yang menenangkan.

"Kalau sama cewek lain nggak mau?" tanya Alen iseng.

Alan langsung menghentikan langkahnya, membuat Alen pun ikut berhenti. Mereka berhenti tepat di tengah lorong. Alan menghadapkan tubuhnya ke Alen, membuat Alen sangat gugup. Alen takut dia sudah kelewatan.

Alan mengulurkan tangannya, kemudian mengacak-acak rambut Alen dengan gemas, bahkan tidak mempedulikan beberapa siswa dan siswi yang melewati mereka atau pun memandangi keduanya.

"Maunya cuma sama kamu, Alena."

****

Alen masuk ke dalam kelas dengan senyum mengembang begitu lebar. Ara dan Sanda yang menangkap ekspresi Alen langsung mendecak sinis sembari geleng-geleng.

"Percaya deh yang nggak sendiri lagi, yang udah balikan, yang udah punya pacar," cibir Ara.

Ucapan Ara sama sekali tidak berpengaruh kepada Alen, gadis itu semakin melebarkan senyumnya. Alen duduk manis di kursinya.

Alen menatap Ara yang masih menatapnya dengan sinis.

"Percaya deh yang tetap sendiri dan ngejar orang yang disuka nggak bisa-bisa," balas Alen ingin balas dendam.

Perkataan Alen berhasil menusuk dada hingga ulu hati Ara. Gadis itu langsung mengumpat tanpa ragu. Ara memberikan tatapan lebih berkobar ke Alen.

"Ternyata adik satu ini yang cantik cuma wajahnya, ya. Bibirnya sepertinya perlu disekolahin lagi," tajam Ara.

Alen tertawa puas melihat Ara yang langsung terpancing emosi.

"Makanya buruan gerak, bilang suka. Beraninya cuma suka diam-diam aja!" seru Alen gemas.

Ara menghela napas panjang.

"Nggak semudah itu Len berurusan sama Kak Alfin. Lo belum tau sih ajaibnya seorang Alfian!"

Alen mengangguk setuju.

"Gue setuju sih kalau Kak Alfin itu ajaib orangnya. Nggak terdua," tambah Alen.

Sanda menatap Ara dan Alen bergantian, baru tau info tersebut.

"Emang sesusah itu dekat sama Kak Alfin?" tanya Sanda memastikan.

Ara dan Alen mengangguk kompak.

"Banget, San! Gue sudah berusaha deketin dia tetap saja belum ada hasilnya," jawab Ara hampir frustasi.

"Emang susahnya gimana?"

Ara berdeham pelan, mencoba mengingat-ingat kejadian paling ajaib yang dilakukan seorang Alfin.

"Lo ingat minggu lalu gue bawa sandwich tuna banyak. Dan, gue sengaja bagikan ke teman-teman robotik, biar nggak ketahuan banget kalau gue lagi deketin Kak Alfin," ucap Ara mulai bercerita.

"Gue ingat, lo bawa banyak banget."

Ara menghela napas berat, mengingat kejadian itu kembali membuat hidupnya terasa berat.

"Gue, kan, sengaja kasih Kak Alfin lebih banyak dan taruh di paper bag berbeda. Gue kasihkan ke Kak Alfin sandwich itu. Dan, lo tau apa yang dia lakuin?"

Alen dan Sanda seketika mendekat ke Ara.

"Apa?" tanya keduanya sangat penasaran.

Raut wajah Ara langsung memelas.

"Dia keluar ruang robotik, terus dia duduk di teras, terus dia suapin sandwich tunanya ke kucing yang biasanya nongkrong di depan ruang robotik. Pedih nggak lo jadi gue!"

"Sumpah?" kaget Alen dan Sanda hampir tak percaya dengan cerita Ara.

Ara langsung menunjuk ke dirinya dengan dramatis.

"Ternyata kucing di depan robotik lebih berharga statusnya dibanding gue. Dan, saat itu juga rasanya gue ingin berubah jadi kucing!"

Alen dan Sanda menahan agar mereka tidak tertawa, apalagi saat melihat ekspresi Ara yang begitu lucu dan penuh drama.

"Kalau dirasa sudah nggak ada lampu hijau, mending mundur Ra. Dari pada lo yang sakit," ucap Alen memberikan saran.

Ara seketika melotot lebar, semangatnya langsung membara kembali.

"Apa itu mundur!! Nggak ada kata mundur dalam kamus seorang Aira!" seru Ara tak terima.

Alen sontak memundurkan sedikit tubuhnya, tak ingin mendapatkan semprotan Ara.

"Lo tetap mau kejar Kak Alfin?"

Ara mengangguk dengan kedua mata bergetar.

"Tetap mau! Gue merasa ini belum akhirnya. Gue hanya perlu lebih berusaha!"

Sanda geleng-geleng takjub melihat semangat Ara. Sanda menoleh ke Alen yang masih menatap Ara dengan prihatin.

"Lo sendiri gimana?" tanya Sanda tiba-tiba.

Alen menoleh ke Sanda dengan tatapan bingung.

"Gue kenapa?"

"Gimana rasanya balikan sama Kak Alan?" perjelas Sanda.

Alen langsung mengembangkan senyumnya.

"Sangat bahagia. Tadi pagi gue cerita ke Mama gue dan Mama gue izinin gue pacaran sama Kak Alan."

"Wah, tumben baik banget Mama tiri lo," cibir Ara.

Alen langsung memberikan tatapan tajam ke Ara.

"Mama Kanara itu Mama kandung gue ya, Ara. Bukan Mama tiri!"

"Sekarang aja lo akuin. Awas aja kalau dia berubah jadi Mama tiri. Nggak akan gue nolongin lo!"

Alen tidak mempedulikan dan kembali menatap ke Sanda dengan semangat.

"Terus tadi pagi juga Kak Alan jemput gue. Kita berangkat bareng ke sekolah. Kata Kak Alan dia nggak masalah dibicarin murid-murid lainnya asalkan itu sama gue," cerita Alen dengan senyum malu-malu.

Ara dan Sanda cukup terkejut mendengar cerita Alen. Tak menyangka seorang Alan punya sisi seperti itu. Mereka berdua menahan untuk tidak tertawa walau pun cerita Alen terdengar sangat menggelikan.

"Bisa ya Kak Alan kayak gitu," takjub Ara masih merinding.

Alen mendekatkan sedikit tubuhnya.

"Gue juga kaget. Sumpah Kak Alan yang dulu jauh beda dengan sekarang," ucap Alen dengan suara sangat pelan.

Ara dan Sanda mau tak mau ikut memajukan tubuh mereka, penasaran.

"Bedanya apa?"

Alen tersenyum penuh arti.

"Kalau dulu perhatian banget, kalau sekarang gemesin banget."

Ara dan Sanda seketika mengumpati Alen dan memundurkan tubuh cepat. Semakin merinding mendengarnya.

"Gini ya rasanya ngomong sama orang kasmaran!" decak Ara frustasi.

Sanda mengangguk setuju.

"Gue nyuruh lo baikan sama Kak Alan bukan untuk melihat hal seperti ini, Len."

"Emang lo ngelihat apa?" tanya Alen sok tak tau.

"Gue ingin lihat lo bahagia, bukan lihat lo kayak cacing kepanasan!"

Ara tiba-tiba menyenggol bahu Sanda, ingin menyuarakan ide yang baru saja muncul di pikirannya.

"San, lo mau makan gratis lagi, nggak hari, ini?" ajak Ara.

Sanda dengan cepat mengangguk.

"Mau," jawab Sanda tanpa ragu.

"Gue ada ide."

"Apa?"

Alen menatap Sanda dan Ara bergantian, hatinya mendadak was-was dengan obrolan kedua sahabatnya.

"Kemarin, kan, kita udah minta traktiran Alen. Hari ini kita juga harus minta traktiran Kak Alan, biar adil!"

Sanda langsung mengangkat kedua jempolnya, sangat setuju dengan ide Ara.

"Ide lo paling top Ra!" puji Sanda.

Sedangkan Alen langsung kaget mendengarnya, kedua matanya melotot lebar.

"Lo berdua udah gila?" sinis Alen tak setuju.

Ara dan Sanda tak menggubris ucapan Alen.

"Kak Alan anak orang kaya, gue jamin dia akan mau traktir kita. Siapa tau, gue juga bisa makan satu meja dengan Kak Alfin," ucap Ara penuh semangat.

"Oke, kalau gue yang penting makan gratis."

"Oke, istirahat nanti kita langsung ke kantin dan samperin Kak Alfin," ucap Ara memberikan misi terbaiknya.

"Oke, gue setuju!"

Alen menghela napas panjang, kedua temannya memang sudah tak waras. Alen juga sangat tau mereka serius dengan misi tersebut. Alen merasa tidak ada gunanya melarang Ara dan Sanda, karena mereka berdua akan tetap melakukannya.

Alen tersenyum dengan paksa.

"Oke, setidaknya gue juga bisa makan gratis."

*****

Dipertengahan pelajaran, Alen izin ke toilet. Alen terpaksa harus ke toilet sendiri karena Sanda dan Ara tidak ada yang mau mengantarnya.

Alen masuk ke toilet cewek, langkahnya terhenti saat tak sengaja melihat Vania sang kakak kelas juga ada di toilet tersebut.

Vania menatap Alen dengan tak ramah. Sedangkan, Alen berusaha bersikap tetap tenang dan tetap tersenyum ramah ke Vania.

"Lo tadi pagi berangkat bareng sama Alan?" tanya Vania mencegah Alen untuk lebih masuk.

Alen terkejut mendengar pertanyaan dadakan Vania, sekaligus bingung juga harus menjawab apa apalagi saat Vania semakin mendekatinya.

"Lo balikan sama Alan?"

Alen menahan napas beberapa detik, sangat gugup. Suara Vania terdengar emosi dan mengintimidasinya. Alen berusaha mengumpulkan semua keberaniannya. Toh, Alan juga tidak mempermasalahkan jika hubungannya diketahui banyak orang.

Alen memberanikan diri menatap Vania.

"Iya, Kak. Gue balikan sama Kak Alan," jawab Alen dengan berani.

Sontak tatapan Vania berubah lebih ganas, kini giliran dia yang terkejut mendengar jawaban Alen.

"Lo ngerasa diri lo pantas buat Alan? Dengan otak lo yang bodoh itu lo harusnya sadar kalau lo nggak punya nilai apapun selain wajah cantik lo. Lo kira dengan cantik aja cukup? Hah?"

Jujur Alen tidak tau kesalahan apa yang dia perbuat kepada Vania sampai harus mendengar kata-kata kejam dari Vania. Padahal saat awal masuk ekskul jurnalistik, Alen kagum dengan sosok Vania yang cantik dan cerdas. Namun, Alen tak menyangka Vania memiliki sifat menyebalkan seperti ini.

Keberanian Alen perlahan menipis, apalagi saat mendengar ucapan Vania yang menurut Alen tak sepenuhnya salah. Alen tau dia memang bodoh.

"Kenapa diam? Lo juga ngerasa ucapan gue bener, kan? Lo sangat bodoh!"

Kedua tangan Alen tanpa sadar sudah terkepal kuat. Tubuhnya mulai bergetar saat Vania mendekat lagi satu langkah dengan senyum sinis yang menakutkan.

"Gue akan tunjukan ke Alan, kalau lo sangat sangat nggak pantas buat dia!"

Setelah itu, Vania langsung keluar dari toilet, meninggalkan Alen yang masih membeku di tempat dengan kedua mata berkaca-kaca. Alen tak menyangka akan menerima hujatan yang menyakitkan seperti ini.

Alen terduduk lemah.

"Apa gue sama sekali nggak punya nilai karena gue bodoh?"

****

#CuapCuapAuthor

BAGAIMANA CHAMOMILE PART LIMA PULUH DUA?

SATU KATA DONG UNTUK VANIA!!!! 

KAMU KALAU JADI ALEN BAKAL NGAPAIN NIH? 

CHAMOMILE PART 53 MAU UPDATE HARI APA? BESOK ATAU LUSA NIH? 

DAN, JANGAN LUPA NOVEL CHAMOMILE AKAN SEGERA TERBIT BULAN DESEMBER YA. AYO NABUNG DARI SEKARANG. BAKALAN BANYAK KEJUTAN DI NOVEL CHAMOMILE NANTI ^^

SUDAH SIAP BUAT NABUNG DAN PELUK CHAMOMILE???? ^^

JANGAN LUPA JUGA TINGGALKAN VOTE DAN COMMENT YA. SELALU PALING DITUNGGU DARI TEMAN-TEMAN PASUKAN PEMBACA ^^

Terus  pantengin info-info tentang cerita Chamomile di Instagram luluk_hf dan lulukhf_stories yaa ^^

MAKASIH BANYAK TEMAN-TEMAN PASUKAN PEMBACA SEMUA. SELALU JAGA KESEHATAN YAA DAN SELALU SAYANG KALIAN SEMUAAA. SEMOGA KALIAN SELALU SUKA CHAMOMILE ^^ 


Salam,


Luluk HF

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro