Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

37 - AVOID

Assalamualaikum teman-teman Pasukan Pembaca semua. Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga sehat selalu yaa ^^

HAPPY CHAMOMILE'S DAY SEMUANYAA ^^

Sudah siap baca CHAMOMILE part 37? 

Oh ya, sebelumnya aku mau tanya nih. Para Pasukan Pembaca ada yang mau datang ke Galapremiere Film 12 Cerita Glen Anggara, nggak?

 Bagi yang mau dan ingin banget datang terus pantengin Instagram luluk_hf atau novelmariposa dan Channel Telegram "PASUKAN LULUK HF" yaa. 

Aku bakalan share info cara untuk datang ke Galapremiere Film 12 Cerita Glen Anggara. Galapremiere Film 12 Cerita Glen Anggara di Jakarta ya. DAN INI TERBATAS ^^ 

DAN, SELAMAT MEMBACA CHAMOMILE. SEMOGA SUKA ^^ 

****

Alen mendengus sebal karena banyak menangis semalaman kedua matanya malah sembab. Alen menepuk-nepukkan bedak di kedua matanya, berharap wajahnya terlihat lebih membaik.

Alen menghela napas panjang, berusaha untuk menguatkan hatinya.

"Semangat Alena! Lo pasti bisa jauhi Kak Alan!"

Senyum sok semangat di wajah Alen seketika runtuh, berubah dengan senyum cemberut.

"Gue pasti bisa, kan?"

*****

Alen membolak-balikan roti gandum di hadapannya dengan malas, dia tak ada semangat apapun hari ini. Rasanya Alen ingin tetap di kamar dan terus manngis saja.

Kanara yang sedari tadi menatap putrinya, bisa merasakan ada sesuatu yang terjadi dengan Alen.

"Kamu kenapa?" tanya Kanara tidak ada basa-basi.

Alen tersentak, ia langsung menatap Mamanya dengan bingung.

"Apa Ma?"

"Kamu kenapa? Habis nangis?" tebak Kanara.

Alen terdiam, takut untuk menjawab.

"Karena Alan?" Kedua kalinya Kanara menjawab tepat sasaran.

Alen pun mau tak mau mengangguk pasrah daripada Mamanya kembali menyerangnya.

"Iya."

Kanara menggeleng-geleng kecil, tak kaget melihat cinta monyet anak remaja saat ini. Alen menatap Mamanya pelan-pelan, ingin melihat langsung reaksi Mamanya.

"Mama," panggil Alen lirih.

"Apa?"

"Mama nggak marah?" tanya Alen gugup.

"Marah kenapa?"

"Alen dekat lagi sama Kak Alan," jawab Alen memberanikan diri.

Kanara terdiam sejenak, memperhatikan putrinya lekat. Detik berikutnya, Kanara menjawab.

"Nggak. Kamu sudah beranjak remaja sekarang. Yang terpenting nggak boleh ganggu sekolah kamu dan berat badan kamu," jelas Kanara.

Kedua mata Alen langsung terbuka sempurna, terkejut mendengar jawaban dari Kanara yang sama sekali tak diduganya.

"Ja... Jadi, Mama izinin kalau Alen pacaran?"

Kanara mengangguk tanpa ragu.

"Iya. Asal persyaratan yang Mama sebutin tadi tidak dilanggar."

Alen buru-buru mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya sembari tersenyum lebar.

"Alen janji Ma. Alen akan tetap semangat belajar dan berat badan Alen nggak akan naik," sumpah Alen.

Kanara berdeham pelan sembari mengangguk kecil.

"Iya. Sekarang buruan habisin makanmu. Mama anter kamu ke sekolah."

Alen menatap Mamanya heran, jarang sekali Mamanya mau mengantarkannya.

"Mama anterin Alen?"

"Iya, motor kamu waktunya diservice. Udah nggak enak dipakai," jelas Kanara.

Alen manggut-manggut mengiyakan saja. Alen senang dengan mood bagus Mamanya beberapa hari ini. Jadi, dia tidak perlu mendengarkan ceramahan dari Mamanya.

"Iya Mama."

Energi Alen yang hilang beberapa menit yang lalu seketika sedikit pulih. Setidaknya ia tidak akan takut menghadapi Mamanya jika suatu saat dia memiliki pacar. Namun, kenyataan Alan yang tidak mau balikan dengannya, kenyataan Alan yang masih menyimpan rasa sakit yang cukup besar karenya, tidak bisa Alen lupakan.

Alen masih tetap ingin menjauhi Alan. Alen merasa semua itu demi kebaikan Alan dan dirinya.

****

Setelah berpamitan dengan Mamanya. Alen segera masuk ke gerbang sekolah. Namun, ketika Alen melewati parkiran sekolah, langkahnya terhenti sejenak saat melihat sosok Alan yang baru saja memarkikan motornya, tak jauh dari Alen berdiri saat ini.

Kedua mata mereka saling bertatapan beberapa detik. Alen mengepalkan kedua tangannya tanpa sadar, kemudian berusaha menyadarkan dirinya. Alen membuang muka duluan dan segera melanjutkan langkahnya, belagak seperti tidak melihat sosok Alan.

Sedangkan, Alan terlihat resah melihat sikap Alen kepadanya. Kedua matanya terus mengikuti Alen sampai gadis itu tidak terlihat lagi.

****

Alen mempercepat langkahnya menuju kelas dengan bibir terus komat-kamit tak jelas. Ia sangat gugup saat melihat Alan tadi. Alen takut hatinya mudah rapuh. Apalagi, perasaan Alen kepada Alan mulai semakin besar.

"Lo bisa Alen! Lo pasti bisa!"

Alen masuk ke dalam kelas dan segera duduk. Ia menatap ke depan dengan kedua mata masih panik dan napas sedikit ngos-ngosan.

"Lo habis dikejar apaan? Beruang?" heran Ara melihat keadaan Alen.

Alen mengangguk cepat.

"Iya, beruang jantan!" jawab Alen asal.

"Busyet. Nakutin nggak beruangnya?" tanya Ara ngaco.

Alen mengangguk lebih cepat.

"Nakutin banget."

"Ganteng juga beruangnya?" lanjut Ara mulai bisa menabak siapa 'beruang' yang dimaksud Alen.

"Iya, Ganteng banget."

Ara tersenyum licik.

"Pasti Alan kan nama beruangnya?"

"Iya, namanya Kak Al...."

Alen langsung tersadarkan, ia menoleh ke Ara. Gadis itu tertawa puas melihat kebodohan Alen yang mau saja dikejainya.

Alen mendecak sebal.

"Sialan lo Ra!"

Sanda yang sedari tadi sebagai penonton hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah absurd dua sahabatnya. Sanda menatap Alen yang masih terlihat gusar.

"Lo takut ketemu Kak Alan?" tanya Sanda pelan.

Alen menoleh ke Sanda, kedua matanya berubah menyorot kesedihan.

"Iya. Gue takut gue nggak mampu jauhi."

"Nggak usah terlalu dipaksa. Pelan-pelan aja."

Alen mengangguk lemah.

"Keputusan gue udah benar, kan, San?"

Sanda tersenyum kecil.

"Gue nggak bisa bilang itu benar atau nggak, Len. Lo yang rasain. Kalau lo merasa yang lo lakuin ini malah nyakitin lo, berarti itu nggak benar. Jadi, lo pikirkan baik-baik sekali lagi."

Ara melemparkan biji kuaci ke wajah Alen dengan sengaja, membuat kesedihan Alen seketika berubah menjadi kekesalan.

"Ara!!!" rengek Alen tak terima.

Ara terkekeh lebih puas.

"Len, lo juga jangan lupa," ucap Ara menggantung.

"Apaan?" bingung Alen.

Ara menunjuk ke Sanda.

"Janji permintaan Sanda. Lo harus bawa Kak Alan ke acara ulang tahun sekolah," jelas Ara.

Alen mendesis pelan, ia hampir lupa dengan itu. Perlahan, Alen kembali menatap Sanda dengan wajah memelas.

"Sanda..."

Sanda menggeleng.

"Nggak akan pernah gue rubah permintaan gue."

Alen menghela napas panjang, sangat pasrah. Alen merubuhkan tubuhnya dan menaruh dagunya di atas meja. Tatapanya berubah hampa.

"Gue hanya nggak mau nyakitin Kak Alan lagi. Kalian paham, kan?"

*****

Alen tak bisa fokus memakan baksonya, sedari tadi ia merasa seseorang terus memperhatikannya dari meja paling pojok. Alen memberanikan diri untuk menoleh dan memang benar, sosok Alan sedari tadi memandanginya dari jauh.

Alen cepat-cepat kembali menatap ke depan bersamaan dengan rasa gugupnya yang langsung datang.

"Kak Alan dari tadi lihatin lo mulu," ucap Ara memberitahu.

"Iya gue tau," jawab Alen lirih.

"Dia kayaknya beneran suka sama lo Len," ungkap Ara.

"Gue juga tau."

Ara menatap Alen dengan iba.

"Gue bingung harus dukung lo atau Kak Alan. Satunya ingin jauhin karena nggak mau nyakitin. Satunya lagi bilang suka tapi nggak mau balikan. Keinginan hidup macam apa ini?" resah Ara.

Sanda terkekeh mendengar ucapan Ara yang memang cukup benar sekaligus lucu.

"Len," panggil Sanda.

"Apa?"

"Kalau seandainya nih..." Sanda menggantungkan ucapannya, membuat Alen dan Ara seketika fokus ke Sanda, penasaran.

"Seandainya apa? Buruan San!" suruh Ara tak sabar.

"Seandainya kalau Kak Alan ngajak lo balikan, lo mau, nggak? Atau tetap akan jauhi Kak Alan?"

Alen menghela napas berat. Jujur Alen tak ingin berharap apapun lagi.

"Lo tau nggak apa yang gue pikirin setelah denger pertanyaan lo?" ucap Alen serius.

"Apa?" serempak Sanda dan Ara.

"Pada akhirnya, gue akan semakin sakit jika berharap tidak pasti. Maka dari itu, gue nggak ingin mikirin hal itu. Toh, sekarang Kak Alan sudah jelas bilang kalau nggak mau balikan sama gue."

Ara dan Sanda memberikan tatapan semakin iba kepada Alen. Mereka merasa Alen benar-benar terlihat sedih dan gusar.

Ara dan Sanda menyentuh tangan Alen bersamaan, memberikan kekuatan.

"Lo pasti bisa, Alen."

Alen tersenyum kecil, sangat bersyukur ada Ara dan Sanda yang selalu setia mendengarkan curhatannya dan memberikan semangat kepadanya.

Ya, berharap yang tidak pasti sama saja dengan menciptakan kesakitan tanpa tau cara menyembuhkannya.

*****

Jam pulang sekolah sudah sejak dua jam yang lalu. Namun, Alen masih duduk di perpustakaan. Sedari tadi dia sedang berusaha mempelajari materi yang diberikan oleh Pak Rudi sang guru matematika. Apalagi minggu depan ada ulangan Matematika lagi. Alen tidak mau mendapatkan omelan dari Pak Rudi untuk ratausan kalinya.

Alen melototkan kedua matanya.

"Ini tadi darimana? Kok bisa jawabannya 5?" lirih Alen pedih.

Alen mempelajari tulisan Ara, satu jam yang lalu Ara dengan rasa iba mengajari Alen. Namun, kebaikan Ara tidak bertahan lama karena terlalu kesal dengan Alen yang tak paham-paham, menyebabkan Ara langsung kabur duluan.

"Ara tadi jelasinnya gimana, ya?"

Alen menghela napas berat, hampir pasrah.

"Ini memang gue yang bodoh atau Ara yang nggak bisa ajarin orang?"

Alen meletakkan ponselnya, kali ini benar-benar pasrah. DIa memang tidak jago belajar sendiri. Alen melirik jam tangannya, menunjukkan pulul setengah empat sore, waktunya dia untuk pulang.

Alen pun bersiap memasukan buku-bukunya. Namun, tiba-tiba sosok cowok datang dan langsung duduk di kursi depannya.

Alen terkejut bukan main saat melihat Alan yang sudah ada di hadapannya dan menatapnya begitu lekat. Jantung Alen seketika berdetak cepat.

"Lo beneran ingin jauhin gue?" Alan langsung melayangkan pertanyaan ke Alen.

Alen terdiam, bingung harus menjawab apa.

"Jawab Alen," pinta Alan.

"Iya," jawab Alen memberanikan diri.

"Gue nggak mau. Hubungan kita sudah membaik, Len. Ja..."

"Gue juga nggak mau buat nyakitin Kak Alan lagi," potong Alen cepat.

"Gue baik-baik saja Alen. Dan, gue ingin kita bisa berteman baik. Gue..."

"Berteman baik?" sinis Alen, hatinya terasa sakit saat mendengar ucapan Alan. Bagaimana bisa ia berteman baik dengan orang yang dia suka? Bukan, lebih tepatnya orang yang sudah pernah ia lukai.

Alen segera memasukan semua bukunya kemudian berdiri.

"Gue harap Kak Alan juga jauhin gue."

Setelah itu, Alen langsung pergi keluar perpustakaan begitu saja. Alan pun bergegas berdiri dan mengikuti Alen.

"Alen, tunggu!!"

****

Alen mendecak sebal, hari ini tidak ada yang berjalan lancar untuknya. Bahkan, hanya untuk menghindari Alan saja dia tidak bisa. Alen terjebak hujan hingga membuatnya tak bisa langsung pulang. Apalagi hari ini Alen tidak membawa motor.

"Gue anterin pulang."

Alen tersentak kaget, ia menoleh ke samping sosok Alan sudah ada di sebelahnya. Alen buru-buru menjauh.

"Nggak perlu," tolak Alen.

"Hujan Len. Deras juga. Gue bawa dua helm dan dua jas hujan," jelas Alan.

"Gue tungguin hujannya sampai berhenti," kekuh Alen.

"Kalau hujannya baru berhenti malam. Lo tetap tungguin?"

Alen meneguk ludahnya susah payah, sedikit kualahan dengan serangan Alan. Alen berusaha menguatkan pertahanannya, tak mau kalah.

"Iya. Gue akan tetap tunggu."

Alan menghela napas panjang, berusaha mengontrol emosinya. Alan sedikit mendekat.

"Alen, berhenti bersikap seperti ini. Gue nggak ingin hubungan kita rusak lagi."

"Hubungan kita nggak akan rusak Kak. Hanya saling menjauh aja. Nggak usah saling peduli lagi antara satu sama lain."

"Gue nggak mau."

"Kenapa nggak mau?"

"Gue suka sama lo."

Alen merasakan emosinya sudah sampai di ubun-ubunnya. Alen menghadap ke Alen dengan tatapan tajam.

"Lo egois ya, Kak." Alen mengepalkan kedua tangannya, untuk menguatkan tubuhnya yang mulai bergetar.

"Maksud lo?"

"Lo nggak ngin terluka tapi lo masih mendekati luka itu.Apa yang lo mau? Jangan buat gue semakin merasa bersalah. Jangan buat gue semakin terlihat seperti orang jahat!"

Alan terdiam, tertegun mendengar ucapan yang keluar cukup tajam dari bibir Alen.

"Gue mau kita tetap saling peduli."

Alen mendecak kesal.

"Lo nggak takut gue nyakitin lo lagi?" serang Alen tanpa takut.

Alan menggeleng.

"Gue berusaha yakin, lo nggak akan nyakitin gue lagi."

Alen tertawa miris mendengar perkataan Alan yang menurutnya sangat-sangat lucu.

"Kalau lo merasa yakin, kenapa lo nggak mau balikan? Lo mau menggantungkan hubungan? Lo mau permainin gue? Ah...."

Alen mengangguk-angguk seolah paham akan sesuatu.

"Jangan-jangan lo ingin balas dendam untuk permainin gue?" terang Alen tak bisa lagi menahan emosinya.

"Len, bukan itu tujuan gue. Gue ben...."

"Berhenti Kak. Sudah cukup buat gue."

"Dengerin gue dulu, Alena."

"Gue udah dengerin lo dari tadi. Menurut gue sudah sangat jelas apa yang lo inginkan. Dan, gue juga sudah sangat jelas ngasih tau apa yang gue inginkan."

Alan terdiam, tak mampu melawan Alen yang semakin dipenuh dengan emosi. Alan mengembangkan senyumnya tipis, mencoba mendinginkan kepalanya. Ia tak ingin semakin memperparah hubungannya dengan Alen.

"Gue akan tetap berusaha memperbaiki hubungan kita, Alen," ucap Alan sungguh-sungguh.

Alen membuang wajah jengah, lelah dengan pikiran Alan yang keras kepala. Ya, mungkin bisa dibilang hampir sama dengannya.

"Terserah," ketus Alen.

Hening sesaat. Keduanya hanya diam. Alen fokus menatap ke depan dengan sisa emosinya yang berusaha dia redam. Sedangkan, Alan sedari tadi terus menatap Alen.

"Alen," panggil Alan dengan suara lembutnya.

"Hm?" jawab Alen malas-malasan tanpa memalingkan wajahnya.

Alan mendekat satu langkah, perlahan tangan Alan bergerak menyentuh rambut Alen dan membelainya pelan.

"Jangan jauhi gue, Alena."

*****

#CuapCuapAuthor

BAGAIMANA CHAMOMILE PART TIGA PULUH TUJUH? SUKA NGGAK? 

SATU KATA DONG UNTUK ALAN!!

KALIAN TIM ALEN ATAU ALAN NIH? 

CHAMOMILE PART 38 MAU UPDATE HARI APA?

JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN COMMENT YA. SELALU PALING DITUNGGU DARI TEMAN-TEMAN PASUKAN PEMBACA ^^

Jangan lupa juga untuk pantengin info-info tentang cerita Chamomile di Instagram luluk_hf dan lulukhf_stories yaa ^^

MAKASIH BANYAK PASUKAN PEMBACA SEMUA. SELALU SAYANG KALIAN SEMUA. DOAIN YA AKU TERUS SEMANGAT, TERUS SEHAT DAN IDENYA LANCAR TERUS BIAR BISA SERING-SERING UPDATE CHAMOMILE. KALIAN SEMUA JUGA SELALU JAGA KESEHATAN YAA ^^ 


Salam,


Luluk HF

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro