Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

35 - SELAMAT ULANG TAHUN ALENA

Assalamualaikum teman-teman Pasukan Pembaca. Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga sehat selalu yaa ^^

SIAPA YANG DARI KEMARIN NUNGGU CHAMOMILE UPDATE?

SUDAH SIAP BACA CHAMOMILE PART 35?

Sebelumnya aku mau info dulu ke teman-teman. Finally official Film 12 Cerita Glen Anggara rilis ^^

SUDAH SIAP UNTUK NONTON BARENG FILM 12 CERITA GLEN ANGGARA?

JANGAN LUPA TANGGAL 18 AGUSTUS 2022 NONTON FILM 12 CERITA GLEN ANGGARA DI BIOSKOP TERDEKAT KAMU YAA ^^

DAN, SELAMAT MEMBACA CHAMOMILE. SEMOGA SUKA ^^

******

Hari ulang tahun Alen akhirnya tiba. Halaman rumah Alen yang berukuran tujuh kali enam meter telah disulap oleh Kanara seperti pesta kebun. Banyak bunga dan banyak makanan.

Satu persatu teman-teman Alen berdatangan. Sedangkan, Alen masih sibuk mendandani dirinya di kamar, ditemani Ara dan Sanda.

"Sudah cantik, Len. Ayo buruan turun. Acaranya mau dimulai," seru Ara mulai lelah menunggu Alen.

"Gulungan rambut gue berantakan banget nggak?" tanya Alen.

"Nggak, udah cantik, Len," tambah Sanda ikut-ikutan lelah.

Alen segera berdiri, merapikan gaun merah mudahnya.

"Beneran udah cantik, kan?"

Ara dan Sanda menghela napas panjang sembari melipat kedua tangan di depan dada dan memberikan tatapan jengah ke Alen.

"Lo mau dandan secantik apa lagi sih Len?" sunggut Sanda.

"Pokoknya yang paling cantik," jawab Alen.

"Emang dandan paling cantik mau ditunjukin ke siapa?" goda Ara.

Alen terdiam, kali ini tidak bisa langsung menjawab.

"Siapa? Mantan?" sahut Sanda terang-terangan.

Alen tersipu malu, ia pun segera berjalan mendekati Ara dan Sanda, menggandeng lengan sahabat-sahabatnya.

"Ayo ke halaman. Kita mulai pestanya."

*****

Alen keluar dari pintu rumah bersama Ara dan Sanda, semua pasang mata hanya tertuju ke Alen saat ini. Banyak decak kagum dengan kecantikan seorang Alen. Alen yang biasanya mereka lihat menggunakan seragam sekolah sudah cantik menurut mereka, apalagi saat ini mengenakan sebuah gaun panjang dengan rambut di gulung ke belakang, pastinya lebih cantik dan elegant.

Dari kejauhan Alfin, Gesa, Jaka dan Alan tak luput ikut memandang kedatangan Alen. Tak bisa pungkiri juga, mereka semua mengakui kecantikan Alen.

"Cie ada yang terpesona," goda Gesa menyenggol lengan Alan.

Alan tak menanggapi hanya tersenyum kecil.

"Pantes aja Alan nggak bisa move-on, lawannya kayak dewi gitu," tambah Jaka sembari geleng-geleng, masih mengagumi sosok Alen.

"Mau naksir juga Jak?" goda Gesa.

Jaka langsung menggeleng cepat sembari menangkupkan kedua tangannya.

"Mohon maaf nasi goreng masih enak dan gurih. Saya tidak ingin dihajar habis oleh pawangnya," seru Jaka menolak.

"Emang Alen bakalan mau Alan ajak balikan?" Alfin yang sedari tadi diam akhirnya mengeluarkan ucapan mautnya.

Pandangan Alan, Gesa dan Jaka langsung beralih ke Alfin, terutama Alan. Cowok itu menatap Alfin dengan tatapan yang tidak bisa dijabarkan hanya satu kata.

"Bener, kan, ucapan gue?" lanjut Alfin menantang Alan.

"Iya, bener," jawab Alan terlihat begitu tenang.

Gesa yang merasakan ketegangan sesaat tersebut buru-buru menghampiri Alan dan Alfin segera merangkul keduanya.

"Gue yakin kok, Lan. Alen pasti mau lo ajak balikan," ucap Gesa penuh semangat.

Alfin dan Alan terkekeh mendengar ucapan canggung Gesa. Mereka kembali fokus ke acara ulang tahun Alen yang segera di mulai.

****

Happy birthday Alen

Happy birthday Alen

Happy birthday

Happy birthday

Happy birthday Alen.

Setelah lagu ucapan selamat dinyanyikan oleh semua tamu. Alen mulai memotong kuenya dengan hati-hati dibantu oleh Kanara, sang Mama.

"Oke, potongan kue pertama mau dikasih untuk siapa Alen?" tanya sang pemandu acara.

Tanpa pikir panjang Alen langsung menatap Mamanya dan memberikan kue potongan pertamanya.

"Buat Mama Kanara."

"Yakin nggak buat orang yang kamu suka?" bisik Kanara pelan ingin menyindir sang putri.

"Mama, buruan terima," pekik Alen, Mamanya masih saja sempat-sempatnya membuat dirinya salah tingkah.

Kanara pun menerima kue dari Alen dan memeluk putrinya.

"Selamat ulang tahun putri Mama. Ingat, jangan sampai berat badan kamu naik lagi dan malam ini kamu nggak boleh nyentuh kue sama sekali," peringat Kanara dengan bisikan lirih.

Alen menghela napas berat, Mamanya tetap saja layaknya ibu tiri yang jahat.

"Mama nggak ada ucapan doa lain gitu untuk Alen?" protes Alen.

"Nggak ada," jawab Kanara singkat dan melepaskan pelukannya.

Alen geleng-geleng pelan berusaha untuk sabar. Alen pun memilih memotong kuenya yang kedua.

"Oke, kue yang kedua kali ini mau diberikan kepada siapa Alen?" tanya sang pembawa acara lagi.

Alen terdiam, mendadak bingung. Alen mengedarkan pandangannya ke sekitar mencari seseorang.

Dan, pandangan Alen berhenti ketika dia melihat Alan yang ada di meja ujung belakang bersama teman-temannya. Alan juga sedang menatapnya saat ini.

"Buruan kasih, Len," pekik Ara dari samping Alen dengan tidak sabar.

Sedangkan, Alen masih dilanda kembimbangan. Haruskah dia memberikan kue keduanya untuk Alan? Alen takut Alan salah paham atau pun menolaknya. Terlebih lagi, Alen takut dia dan Alan akan menjadi perbincangan kembali semua warga SMA Savana.

"Alen, untuk siapa?" tanya pembawa acara lagi karena Alen tak kunjung menyebutkan nama.

Alen menghela napas panjang, memantapkan pilihannya. Senyum Alen mengembang kecil kemudian bersiap menyebutkan satu nama.

"Untuk Kak Alan."

Semua mata langsung tertuju ke Alan. Tak hanya teman-teman Alen yang kaget, Alan sendiri terlihat tidak menyangka jika namanya akan disebut oleh Alen.

Ya, Alen melawan semua rasa takutnya dan ingin sekali memperjelas hubungannya dengan Alan. Oleh karena itu, Alen memberanikan diri memberikan kue keduanya untuk cowok tersebut.

"Kak Alan di mana kamu? Silahkan maju," seru pembaca acara terlihat ikut heboh.

Tubuh Alan langsung di dorong oleh Gesa dan Jaka yang ikut senang dan ingin sekali menggoda Alan habis-habisan.

"Setelah ini ada yang balikan nih," goda Gesa semakin menjadi.

"Pajak balikan jangan lupa, Lan," tambah Jaka.

Alan tak membalas apapun, ia segera maju ke depan menghampiri Alen. Seruan dan sorak dari tamu-tamu lainnya terdengar kencang, membuat Alen malu sendiri.

Alan akhirnya berdiri tepat di depan Alen, kedua matanya tak lepas dari sosok Alen.

"Buat Kak Alan," ucap Alen sembari menyodorkan kuenya dengan malu-malu.

Alan tak langsung menerimanya, dia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak persegi berukuran 5 cm cm x 5 cm dan menyerahkannya ke Alen.

"Selamat ulang tahun, Alen."

Alen terkejut melihat kado yang diberikan oleh Alan. Mereka pun saling bertukar, Alan mengambil kue yang diberikan oleh Alen dan Alen pun mengambil kado yang diberikan oleh Alan.

"Cie..... Ada yang bakalan balikan nih," goda beberapa teman-teman kelas Alen.

Alen tertunduk malu, tak berani lagi menatap Alan. Sedangkan Alan masih terlihat begitu tenang, ia kembali ke tempatnya semula sembari membawa sepotong kue dari Alen.

"Cie balikan nih," goda Ara dan Sanda dari belakang.

Alen memberikan senyum gugup. Pandangan Alen beralih dan tak sengaja menatap Mamanya yang memberikan sorot mata seperti orang yang butuh penjelasan.

"Nanti Alen ceritain," ucap Alen pelan.

Kanara mengangguk singkat. Acara pun kembali dimulai dengan beberapa permainan yang di pandu oleh pembawa acara.

Acara ulang tahun Alen berjalan sangat sukses dan ramai. Banyak makanan enak dan design tema yang menarik. Alen sangat berterima kasih kepada Mamanya yang menyiapkan semuanya sendirian dan berterima kasih juga kepada teman-temannya yang bersedia datang.

****

Acara ulang tahun akhirnya selesai. Para tamu undangan dipersilahkan untuk makan atau pun berpamitan. Namun, banyak tamu undangan yang masih memilih menetap, sibuk berfoto maupun makan.

Alen memaksakan senyumnya, merasa mulai lelah sedari tadi tak ada hentinya berfoto dengan teman-temannya. Apalagi kakinya yang memakai sandal high heels, Alen tak terbiasa memakainya namun sang Mama terus memaksanya dengan alasan agar Alen terlihat semakin menawan.

Dari kejauhan, Alan terus mengamati Alen.

"Dilihatin terus dari tadi, nggak bakalan ilang Lan, tenang aja," goda Gesa.

Alan menoleh ke teman-temannya yang sedang menatapnya dengan tatapan bersiap menyerangnya.

"Lo semua bisa diam?"

"Nggak bisa," tolak Gesa dan Jaka cepat.

Alfin menunjuk ke Alen.

"Nggak mau foto bareng Alen?" tanya Alfin menawari.

Alan menggeleng.

"Nggak."

"Di bibir, nggak, namun di hati mau itu Pin," tambah Jaka tak ingin ketinggalan ikut menggoda Alan.

"Buruan panggil Alen, Pin. Kita foto bareng, eh, maksudnya biar Alan bisa foto bareng," seru Gesa tak sabar.

Alan menatap Alfin tajam saat cowok itu bersiap berdiri. Namun, Alfin tetaplah Alfin yang tak pernah ada takutnya dengan Alan. Dengan santainya, Alfin langsung memanggil Alen.

"Alen, sini," panggil Alen.

Alen membalikkan badan, melihat Alfin melambaikan tangannya. Alen pun segera pamitan dengan teman-temannya dan menghampiri Alfin, Alan, Gesa dan Jaka.

"Kak, makasih sudah datang malam ini," ucap Alen tulus.

"Kita juga makasih sudah diundang Dewi Alen," balas Jaka lebih tulus.

Alen tersipu mendengar panggilan dari Jaka.

"Buruan Lan," ucap Alfin dengan tak tau dirinya.

"Apa?" bingung Alan.

"Katanya tadi ingin foto bareng sama Alen?" Bukannya menolong, Gesa semakin mengompori.

Sial! Alan melirik Gesa tajam, merasa malu karena sahabat-sahabatnya.

"Ayo Kak foto bareng," ajak Alen memberanikan diri.

Tatapan Alan langsung melunak seketika. Dia menatap Alen sebentar, gadis itu tengah tersenyum kepadanya dan Alan tak bisa memungkiri bahwa Alen terlihat semakin cantik.

"Iya," balas Alan singkat. Ia segera berdiri dan mendekati Alen.

"Kalau Alen yang bilang aja langsung mau! Dasar beruang kutup!" dengus Gesa tak terima.

Alfin langsung mengambil kamera yang di bawa oleh Alan. Bersiap memotret Alan dan Alen.

"Lo berdua bisa lebih berdekatan, nggak, berdirinya? Udah kayak musuhan aja," protes Gesa.

"Be... Berdekatan?" bingung Alen terbata.

"Kan mereka dulu emang musuan," celetuk Alfin dengan tak berdosanya.

"Diem, Pin," peringat Alan. Alfin tersenyum puas sembari mengangkat jempolnya.

"Lan, buruan! Gerak dulu, kek. Udah malam nih," sahut Jaka tak sabar.

Alan menghela napas panjang, ingin sekali menendang sahabat-sahabatnya. Karena tak ingin semakin membuat sahabat-sahabatnya menjadi, Alan memilih menurut saja.

Alan langsung mendekatkan dirinya di samping Alen, bahkan tanpa pikir panjang Alan merangkulkan tangan kirinya di bahu Alen.

Apa yang dilakukan oleh Alan barusan berhasil membuat Alen membeku di tempat, sangat terkejut.

"Sudah siap, Len?" tanya Alfin, menahan tawa karena wajah Alen yang tegang.

Alen mengangguk cepat, berusaha untuk bersikap biasa walau sulit.

"Gue mulai bidik ya," seru Alfin.

Alan dan Alen sama-sama mengembangkan senyum mereka saat flash kamera menyala. Alfin mengambil gambar mereka beberapa kali.

"Ayo kita foto bareng juga, Kak," ajak Alen ke Alfin, Gesa dan Jaka.

Setelah berfoto berdua dengan Alan, mereka berlima juga befoto bersama. Alen merasa sangat bahagia dan lengkap hari ini. Semua orang yang dia sayang berada di sampingnya dan memberikan kenangan yang bahagia kepadanya.

Mamanya, Ara, Sanda, teman-temannya, kakak-kakak kelasnya, terutama Alan.

Malam ini terasa begitu indah. Aku harap akan tetap bertahan indah. Bisa, kan?

*****

Setelah berfoto, Alan tiba-tiba langsung menarik lengan Alen, membuat Alen bingung. Namun, Alen mengikuti saja Alan dari belakang dengan langkah tertatih.

"Duduk," suruh Alan.

Alan membawa Alen ke kursi paling ujung akan tak terlihat oleh tamu lainnya. Alen menurut, ia duduk di kursi yang ada di sampingnya dengan perasaan masih bingung sekaligus gugup.

Saat Alen sudah duduk, Alan tiba-tiba berjongkok di hadapannya dan melepaskan sendal high-heelsnya, kedua mata Alen terbuka sempurna, sangat terkejut.

"Kak Alan mau apa?" bingung Alen ingin menarik kakinya namun dengan cepat dicegah Alan.

"Kaki lo luka," ucap Alan singkat. Tangannya mulai sibuk menempelkan plaster di bagian tumit kaki Alen.

Alen merasakan detakan jantungnya berpacu begitu cepat, merasakan manisnya sikap Alan saat ini. Alen berusaha mengalihkan perasaanya namun sangat susah. Alen merasa semakin jatuh hati dengan sosok Alan.

"Kak Alan," panggil Alen memberanikan diri.

"Apa?" balas Alen dengan pandangan masih fokus menempelkan plaster di kaki Alen.

"Kak Alan tadi kasih kado apa?" tanya Alen ingin tau.

"Lihat sendiri."

"Gue lihat sekarang, boleh?"

Alan mengangkat kepalanya dan mendapati Alen sudah memegang kotak hadiah yang diberikannya. Alan tidak menyadari bahwa gadis itu sedari tadi membawa kotak hadiahnya kemana-mana.

Alan tersenyum kecil.

"Buka aja."

Alen mengangguk semangat dan segera membuka hadiah dari Alan. Saat kotak tersebut sudah terbuka, Alen langsung terdiam lama, tak menduga Alan akan membawakan gantungan kunci beruang yang pernah ia inginkan di toko perlengkapan ulang tahun.

Alen tak bisa untuk tidak tersenyum, sangat suka dan sangat bahagia mendapatkan hadiah tersebut. Apalagi saat Alen melihat hanya ada satu gantungan kunci beruang di kotak tersebut. Alen segera mengambil gantungan kunci beruang itu.

"Gantungan kunci beruang," seru Alen seperti anak kecil memamerkan hadiahnya ke Alan.

"Suka?"

Alen mengangguk-angguk cepat.

"Suka."

"Syukurlah."

"Boleh tanya, nggak?"

"Apa?"

"Gantungan kunci beruang satunya di mana?"

Alan terdiam sebentar, tak langsung menjawab.

"Ada di gue," jawab Alan jujur.

Alen kembali merasakan tubuhnya menegang. Sebuah perasaan aneh terus menjalar di sekujur tubuhnya. Kegugupan Alen semakin bertambah.

Keadaan mendadak hening, baik Alan dan Alen tiba-tiba terdiam dengan sorot mata masih saling menatap satu sama lain.

"Kak Alan sudah tau arti dari gantungan kunci beruang ini?" Alen mengumpulkan semua keberaniannya untuk bertanya.

Alan mengangguk.

"Tau."

"Apa?"

"Uang lo nggak cukup untuk beli gantungan beruang ini," jawab Alan enteng.

Kedua mata Alen langsung melotot tak santai, adegan romantis yang sudah ada di kepalanya dan kegugupannya mendadak sirna seketika karena ucapan Alan.

"Kak Alan!!!" pekik Alen langsung kesal.

Alan terkekeh pelan, terlihat puas dengan wajah kesal Alen. Alan segera berdiri setelah mengenakan kembali sandal Alen.

Alan berjalan mendekat kemudian tangannya terulur mengelus pelan rambut Alen.

"Selamat ulang tahun Alena Chamomile."

*****

Pesta Alen akhirnya benar-benar berakhir dengan sukses. Semua tamu undangan banyak yang sudah pulang. Terkecuali Alen, Alfin, Gesa dan Jaka memilih untuk membantu membersihkan halaman rumah Alen bersama dengan Ara dan Sanda.

"Kak Alan, Kak Alfin, Kak Gesa dan Kak Jaka nggak apa-apa pulang aja, nggak perlu bantuin," ucap Alen nggak enak.

"Nggak apa-apa Len. Masa kita nggak bantuin pacar dari sahahabat kita," ucap Gesa dengan tak tau dirinya.

Alan langsung menyenggol lengan Gesa cepat.

"Diem," bisik Alan tajam.

Gesa, Jaka dan Alfin hanya terkekeh puas. Sedangkan Alen sudah tersipu malu.

"Ka.. Kalau gitu, gue bantuin Mama dulu di dapur ya Kak. Mama tadi siapin cookies dan minum di meja teras rumah. Jangan lupa di makan dulu sebelum pulang, ya."

"Oke," serempak Alan, Alfin, Jaka dan Gesa bersamaan.

Setelah itu, Alen buru-buru masuk ke dalam rumah dengan perasaan kembali gugup.

*****

Pukul sepuluh lebih lima belas menit, hari semakin malam. Halaman rumah Alen sudah kembali bersih dan semua tamu undangan juga sudah pulang terkecuali Ara, Sanda, Alan, Alfin, Gesa dan Jaka yang masih setia membantu di rumah Alen.

Alen mendekati Mamanya yang masih sibuk menyimpan dekorasi ulang tahun di gudang dengan bantuan Ara dan Sanda.

"Ma, di dalam kulkas masih ada buah apel, kan?" tanya Alen.

"Masih. Kenapa?"

"Alen kasih ke Kak Alan, Kak Alfin, Kak Gesa dan Kak Jaka boleh?"

Kanara menghentikan aktivitasnya kemudian menoleh menatap putrinya.

"Kamu masih ada hutang sama Mama, ya," ucap Kanara mengingatkan.

"Hutang apa?" bingung Alen.

"Dasar Alen, kecil-kecil sudah punya hutang," sindir Ara dari belakang.

Alen memberikan pelototan tajam ke Ara yang terlihat puas mengerjainya.

"Hutang penjelasan hubungan kamu dengan Alan."

Alen terbungkam, tak bisa langsung menjawab.

"I... Itu... Ma..."

Alen menatap Ara dan Sanda yang berdiri di belakang Mamanya, memberikan kode meminta bantuan. Namun, kedua sahabatnya itu malah membuang muka seolah tak ingin membantunya.

"Sial!" pekik Alen dalam hati.

"Alan itu mantan kamu waktu SMP dulu, kan?"

"Ma jelasinnya nanti ya. Alen janji akan ceritain semuanya. Sekarang, Alen mau bawakan apelnya ke kakak-kakak kelas Alen. Kasihan mereka pasti capek sudah bantuin bersihin halaman," ucap Alen mencari jalan aman.

Kanara menghela napas panjang dan dengan terpaksa mengangguk.

"Oke. Bawakan juga mereka jus jeruk yang ada di kulkas," ucap Kanara.

Alen tersenyum lebar, sangat lega.

"Baik, Mama. Alen bawakan sekarang!"

*****

Alan dan Alfin menyenderkan tubuh mereka di sofa yang ada di teras rumah Alen. Mereka cukup kelelahan setelah membersihkan halaman rumah Alen yang cukup luas.

"Gesa dan Jaka mana?" tanya Alan menyadari hanya ada dirinya dan Alfin.

"Toilet," jawab Alfin singkat.

Alan mengurutkan kening.

"Berdua?"

Alfin yang semula ingin mengambil minum, mengurungkan niatnya. Ia menoleh ke Alan dengan tatapan yang sama seperti Alan.

"Iya, berdua."

Alan dan Alfin langsung terkekeh pelan, sembari geleng-geleng. Padahal keduanya sudah tau sifat Jaka yang penakut dan tidak suka pergi sendirian kemana pun.

Alan dan Alfin saling menatap ke depan dengan pandangan kosong, mereka memilih untuk diam dan menikmati suasana malam yang cerah meskipun sedikit dingin.

"Gue boleh tanya, Lan?" Alfin tiba-tiba membuka suara.

"Tanya apa?" balas Alan tenang.

"Lo masih suka, kan, sama Alen?" Alfin tanpa ragu melemparkan pertanyaanya.

Alan pun tanpa ragu mengangguk.

"Iya, gue masih suka Alen," jawab Alan sangat jujur.

Alfin tersenyum kecil, sudah sangat menduga.

"Lo udah bilang ke Alen?"

Alan kembali mengangguk.

"Gue udah bilang ke Alen kalau gue masih suka sama dia."

"Terus gimana?"

"Apanya?"

"Lo bakalan ajak Alen balikan?"

Hening! Alan langsung terdiam tak memberikan jawaban. Alfin perlahan menoleh ke Alan, bingung dengan arti diamnya Alan.

"Alan," panggil Alfin.

Alan menghela napas panjang, kemudian perlahan menatap ke arah Alfin dengan sorot mata yang tidak bisa Alfin artikan.

"Gue nggak akan ajak Alen balikan."

*****

#CuapCuapAuthor

BAGAIMANA CHAMOMILE PART TIGA PULUH LIMA-NYA?

SATU KATA UNTUK ALAN DARI TEMAN-TEMAN PASUKAN PEMBACA !!!!

CHAMOMILE PART 36 MAU UPDATE HARI APA NIH? KAMIS ATAU JUMAT?

SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA ^^

JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN COMMENT YA. SELALU PALING DITUNGGU DARI TEMAN-TEMAN PASUKAN PEMBACA ^^

Jangan lupa juga untuk pantengin info-info tentang cerita Chamomile di Instagram luluk_hf dan lulukhf_stories yaa ^^

MAKASIH BANYAK PASUKAN PEMBACA SEMUA. SAYANG BANGET SAMA KALIAN SEMUA. SEMOGA TEMAN-TEMAN PASUKAN PEMBACA SELALU SUPPORT DAN SUKA KARYA-KARYAKU YAA. DAN, JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN ^^

Salam,

Luluk HF

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro