16 - LOKASI
Assalamualaikum Teman-Teman Pasukan Pembaca. GIMANA KABARNYA? SEMOGA SEHAT SELLAU YA ^^
KANGEN NGGAK SAMA CHAMOMILE?
Sebelumnya aku mau ucapin, Minal Aidzin Wal Faidzin ya. Mohon maaf lahir dan batin buat teman-teman Pasukan Pembaca semua. Dan, semoga teman-teman Pasukan Pembaca juga selalu dalam keadaan sehat selalu dan bahagia selalu. Amin.
Aku juga minta maaf banget ya, hampir sepuluh hari tidak bisa update karena harus mudik dan rayain lebaran bareng keluarga. Semoga teman-teman Pasukan Pembaca mengerti dan tetap suka dengan CHAMOMILE.
SUDAH SIAP UNTUK BACA CHAMOMILE PART 16 MALAM INI? TUNJUKAN EMOJI BUNGA KALIAN ^^
DAN, SELAMAT MEMBACA CHAMOMILE. SEMOGA SUKA ^^
****
Alen tidak bisa duduk dengan tenang sedari tadi, bahkan untuk mendongakkan kepalanya saja dia tak berani. Kejadian kemarin di Perpustakaan masih terasa memalukan untuknya. Ia ditolak mentah-mentah oleh Alan! Sungguh bodoh!
"Sepulang sekolah kita kumpul dulu di parkiran, setelah itu kita berangkat bersama ke rumah Rendi dan Ara. Setuju?" tanya Aldo memandu Alan dan Alen.
"Setuju," jawab Alan.
Aldo menoleh ke Alen yang tak menjawab.
"Lo gimana Len?"
"Sori, nanti gue sepertinya telat. Lo dan Kak Alan berangkat dulu aja ke rumah Rendi nanti gue nyusul."
"Lo ada pelajaran tambahan?" tanya Aldo.
Alen menggeleng kecil.
"Ada ujian ulang pelajaran Pak Rudi," jawab Alen sedikit malu karena ada Alan di sebelahnya tapi dia juga tidak menemukan jawaban lain.
"Oke nggak apa-apa Len. Nanti lo nyusul aja ke rumah Rendi. Gue kirim lokasi mapsnya."
"Thanks, Do."
"Sama-sama Len."
Alen tidak berani melirik ke arah Alan, entah cowok itu tengah menatapnya atau tidak peduli kepadanya, Alen tidak tau. Dipikirannya saat ini, dia masih sangat malu dengan kejadian kemarin.
Aldo kemudian mengangkat tiga lembar kertas di tangannya.
"Gue dan Alen sudah buat beberapa pertanyaan semalam dan sudah direvisi juga sama Kak Alan pagi ini. Kita pakai pertanyaan-pertanyaan ini untuk bahan ke narasumber."
"Semua list narasumber aman?" tanya Alan memastikan.
"Aman Kak, semuanya sudah gue list dan gue tanyakan ke siswa-siswi berangkutan, orang tua mereka juga setuju untuk diwawacancarai," jawab Aldo.
"Oke. Gue cuma harus bawa kamera aja, kan?" tanya Alan lagi.
"Iya Kak, kamera aja cukup. Nanti buat jaga-jaga gue juga bawa kamera gue."
Alan mengangguk singkat, meskipun sedari tadi tidak menatap ke arah Alen, Alan bisa merasakan gadis itu gugup dan gelisah. Alan bisa menebak, pasti karena kejadian kemarin.
"Oke, rapat singkat pagi ini gue akhiri. Sampai jumpa nanti sore," ucap Aldo dan langsung keluar duluan.
Alen mendecak pelan karena tingkah Aldo yang sangat suka meninggalkannya berdua dengan Alan setelah selesai rapat. Alen tetap diam, ia tidak berani berdiri atau keluar duluan.
"Lo nggak balik kelas?" tanya Alan.
Alen tersentak kaget dan langsung menoleh ke Alan yang sedang berdiri menghadapnya.
"Hah? Apa Kak?"
Alan tak membalas apapun hanya geleng-geleng saja. Kemudian, Alan berjalan keluar, meninggalkan Alen begitu saja.
Sepeninggal Alan, Alen hanya bisa merutuki dirinya. Lagi-lagi hanya kebodohan yang menyelimuti otak dan tingkahnya.
"Kenapa gue semakin bodoh kalau di depan Kak Alan?"
*****
Setelah hampir tiga minggu jarang bertemu dengan Sanda, akhirnya trio flower berkumpul kembali. Alen, Ara dan Sanda.
Sanda pulang dengan membawa kabar gembira, kemenangannya dengan mendapatkan medali emas.
"Kita harus adakan pesta malam ini, gue akan siapkan semua," seru Ara mulai heboh. Dia terlihat begitu bahagia mendengar kabar kemengan Sanda.
"Nggak bisa malam ini, lo lupa sore ini ada wawancara bersama Mama lo?" balas Alen mengingatkan.
Senyum di wajah Ara langsung menghilang, kecewa dengan kenyataan tersebut.
"Wawancaranya nggak bisa ditunda Len?" melas Ara.
"Nggak bisa Ara."
"Pestanya bisa besok-besok aja, yang penting gue seneng akhirnya bisa bertemu kalian lagi," ucap Sanda sangat senang.
"Jelaslah, lo pasti kangen dengan wajah cantik gue, kebaikan hati mulia gue dan...."
"Mulut berapi lo!" potong Alen dan Sanda bersamaan.
Ara berdecak pelan, sedikit sebal mendengar ucapan teman-temannya.
"So, apa kegiatan lo setelah ini? Masih ada latihan? Nggak ada liburan?" tanya Ara sangat ingin tau.
Sanda berdeham pelan, mengingat-ingat jadwalnya.
"Gue hanya dapat libur satu minggu, setelah itu gue harus persiapan untuk seleksi tim nasional," jawab Sanda.
"Seriusan lo bakalan masuk tim nasional? Demi apa? Demi apa? Lo bakalan ikut Asian Games dan lomba-lomba internasional lainnya?" Ara semakin heboh sendiri.
"Kalau gue bisa masuk tim nasional," jawab Sanda dengan raut penuh harap.
Alen menghela napas panjang, tangannya menepuk pelan bahu Sanda.
"Lo pasti bisa masuk San. Lo udah sejauh ini. Jangan patah semangat."
Ara berdiri, berpindah ke samping Sanda dan merangkul sang sahabat.
"Sahabat gue nggak ada yang ngecewain Sanda. Cukup kebodohan Alen aja yang ngecewain, lo jangan ikut-ikutan ya," ucap Ara dengan tak berdosanya.
Kini giliran Alen yang mendecak kesal, menahan umpatannya untuk Ara.
"Lo beneran pengin gue bunuh sekarang?" amuk Alen tak terima.
Sanda tak bisa menahan tawanya yang keluar begitu saja. Ia benar-benar merindukan Alen dan Ara. Dua gadis itu selalu bisa menaikkan moodnya menjadi lebih baik.
"Gimana perkembangan lo?" tanya Sanda menghentikan pertikaian Ara dan Alen.
Baik Ara dan Alen kembali fokus menatap Sanda.
"Perkembangan apa? Kebodohan Alen? Dia semakin bodoh dan nggak ada perkembangan baiknya," jawab Ara mewakili.
Alen tak sengan melemparkan bukunya ke Ara dan berhasil mengenai dahi Ara.
"Hubungan lo dan Kak Alan," tambah Sanda menegaskan.
Alen mengangkat kedua bahunya, tak tau harus memberi jawaban apa.
"Ya gitu," jawab Alen ambigu.
"Ya gitu apa?"
"Sepertinya nggak baik San."
Sanda menghela napas panjang, sudah cukup menduga hasil jeleknya. Kini giliran Sanda yang menepuk pelan bahu Alen.
"Gue tetap nggak akan narik permintaan gue. Jadi, lo harus berusaha lebih keras, mengerti Alen?"
Alen mengerucutkan bibirnya.
"Seriusan nggak mau narik, San?" lirih Alen memelas.
"Nggak akan."
"Nggak bisa diganti dengan permintaan lainnya?"
"Nggak bisa."
Alen hanya bisa melengos pasrah, ia hanya bisa berdoa dalam hati semuanya bisa berjalan lebih lancar. Setidaknya dia bisa menuruti permintaan Sanda, sangat cukup. Tidak perlu dia baikan ataupun balikan dengannya. Alen hanya berharap Alan memiliki sedikit rasa iba kepadanya dan akhirnya mau datang bersamanya ke Dies Natalis SMA Savana.
"Guys, gue juga ada berita membahagiakan," ucap Ara tiba-tiba.
"Apa?" balas Alen dan Sanda bersamaan.
Ara tersenyum malu-malu, kemudian menunjukkan sebuah pesan email dari Alfin.
From : [email protected]
Thank you, Ara.
Alen dan Sanda mengerutkan kening, tak paham.
"Bagian membahagiakannya sebelah mana?" tanya Sanda heran.
"Alamat Email dia seriusan masih itu?" Alen malah gagal fokus.
Ara mendecak kesal, ia menatap tajam teman-temannya.
"Serius kalian nggak bisa nemuin kabar bahagiannya di mana?" gemas Ara ke Alen dan Sanda.
Keduanya menggeleng dengan polosnya.
"Nggak."
"Kak Alfin nyebut nama gue. Dia tau nama gue," heboh Ara entah keberapa kalinya.
"Semua orang di sekolah ini tau lo, Ra. Bahkan Abang Bakso pojok kantin juga tau," ucap Sanda menaydarkan.
"Gue nggak seterkenal itu Sanda," elak Ara.
"Orang tua lo alumni SMA ini dan salah satu penyumbang donasi banyak di sekolah ini. Hampir setiap tahun Papa atau Mama lo datang kasih seminar kesehatan di sekolah ini," tambah Alen mengingatkan.
Ara menahan untuk tidak mengumpat, ia masih tidak terima kebahagiaannya dihancurkan sekejap oleh dua sahabatnya.
"Kak Alfin juga bilang makasih ke gue. Lo berdua baca kan tadi emailnya? Kak Alfin bilang Thank you, Ara. Ya ampun pasti gue ngabantu Kak Alfin banget sampai dia repot-repot makasih ke gue," tambah Ara tak mau kalah.
Alen dan Sanda menghela napas panjang bersamaan. Mereka berdua memberikan tatapan prihatin ke Ara.
"Sanda, bisa ambilkan buku gue yang tadi gue gunain untuk nampol wajah Ara?" pinta Alen.
"Dengan senang hati Alen." Sanda buru-buru mengambil buku Alen dan menyerahkannya ke Alen.
Alen segera menerimanya dengan mata berbinar-binar.
"Thank you, Sanda. Ya Ampun, lo ngebantu banget hari ini. Gue nggak tau apa jadinya buku gue kalau lo nggak ambilin," balas Alen dengan lebainya.
Ara mengepalkan kedua tangannya kuat, dengan jelas ia melihat kedua sahabatnya sengaja mengolok-oloknya saat ini. Baik Sanda dan Alen terlihat menahan tawa mereka.
Ara mengebrak meja di depannya dan langsugn berdiri.
"Bilang aja lo berdua iri karena nggak diucapin makasih sama Kak Alfin seperti gue!"
Setelah itu, Ara langsung pergi ke luar kelas, mencari udara segar. Sedangkan, Alen dan Sanda langsung tertawa terbahak-bahak sangat puas!
"Lo iri Len nggak diucapin makasih sama si Alpin?" tanya Sanda masih tak bisa berhentikan tawanya.
Alen mengangguk-angguk cepat.
"Iri banget gue San. Ya ampun kapan ya gue diucapin makasih sama Kak Alfin."
Tawa keduanya semakin keras, tak mempedulikan siswa dan siswi lainnya yang menatap keduanya dengan aneh.
****
Alen melirik jam tangannya, menunjukkan pukul setengah empat sore. Dia buru-buru ke arah parkiran. Dia harus menyusul Alan dan Aldo ke rumah Rendi saat ini juga. Gara-gara Pak Rudi menceramahinya setelah ujian ulang, Alen semakin telat.
Alen menaiki motornya dan menyelakannya. Dengan hanya bermodalkan maps dan nekat, Alen segera beranjak mencari rumah Rendi.
*****
Alen dengan cepat menghentikan motornya saat mendengar letusan dari ban motornya, Alen turun dari motornya dan kedua matanya langsung melotot saat melihat ban morotnya bocor.
"Sungguh hari yang menyebalkan," sunggut Alen mendesah berat.
Alen melirik jam tangannya, menunjukkan pukul empat. Ia mengadarkan pandangnya, tidak tau di mana dia saat ini. Selain bodoh pelajaran, Alen juga bodoh membaca maps.
Alen yakin dia pasti tersesat karena dia sudah memutari jalan ini tiga kali. Entah dia yang memang bodoh atau mapsnya yang eror.
"Mampus gue. Pasti Kak Alan marah banget," lirih Alen bertambah gelisah.
Alen segera mengeluarkan ponsel dari saku, tanpa pikir panjang dia menelfon Aldo. Hanya Aldo satu-satunya harapan Alen saat ini.
Nada panggilan tersambung, tapi Aldo tak kunjung mengangkatkanya. Hingga Alen ingin menyerah dan menutup panggilan tersebut, tapi tiba-tiba suara dari sebrang sana terdengar. Panggilan Alen diterima.
"Halo, Aldo sori banget gue telat. Lo bisa tolongin gue nggak? Gue kayaknya tersesat dan nggak tau di mana sekarang. Terus, ban motor gue juga bocor. Gue bingung banget dan panik. Kak Alan pasti marah sama gue karena gue telat banget. Lo bisa kesini nggak bantuin gue?" seru Alen tanpa henti saking gelisahnya.
Sejenak, tak ada balasan dari orang disebrang, membuat Alen bingung.
"Aldo, lo dengerin gue, kan?"
"Kirim lokasi lo sekarang. Gue jemput."
Kedua mata Alen langsung membelalak lebar, bahkan lebih lebar saat dia menatap ban motornya bocor. Alen dapat merasakan bulu-bulu di tangannya semua berdiri. Alen sangat tau suara siapa yang barusan menjawab panggilanya.
Alen yakin, itu bukan Aldo. Melainkan, Alan.
Alen menatap ponselnya dengan hampa, panggilan sudah berakhir sejak tadi tapi Alen semakin diselimuti kegelisahan.
"Kak Alan yang jawab? Kenapa? Aldo di mana?" lirih Alen masih kaget.
Ting!
Ada sebuah pesan masuk ke ponsel Alen. Dari layar depan Alen bisa melihat nama Alan tertera di sana. Ya, Alen memang masih menyimpan nomor Alan dan cowok itu pun masih belum mengganti nomornya sejak dulu.
Alen segera membuka pesan tersebut dengan hati tak karuan.
Alan Wistana
Kirim lokasi lo
Dengan tangan sedikit gemetar, Alen segera mengirim lokasinya ke Alan saat itu juga. Alen pun hanya bisa diam dan menunggu Alen datang dengan hati gelisah.
"Kak Alan mau jemput gue? Demi apa?"
****
Alen langsung berdiri tegap saat motor Alan datang, cowok itu sudah tiba dengan waktu yang menurut Alen tidaklah lama. Kurang dari lima belas menit.
Alen memilih tetap diam, bingung harus menyapa atau menjelaskan seperti apa. Alan sendiri langsung turun dan mengecek motor Alen tanpa menyapa atau bertanya ke Alen terlebih dahulu.
"Maaf Kak ngerepotin." Alen memberanikan diri untuk bersuara.
Alan tidak membalas, ia sibuk menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari bengkel motor terdekat. Sedangkan Alen kembali diam, takut membuat Alan marah kepadanya.
"Bawa motor gue," suruh Alan tiba-tiba.
Alen mematung kaget, entah sudah berapa kalinya dia dibuat kaget hari ini. Alen menatap kunci motor di tangan Alan dengan bingung.
"Bawa motor Kak Alan?" tanya Alen memastikan sekali lagi.
"Iya, lo duluan ke rumah Ara."
"Terus Kak Alan gimana?"
"Gue bawa motor lo ke bengkel dulu."
Alen bingung harus senang atau takut. Namun ada yang bisa Alen yakini, detakan jantungnya tiba-tiba terasa aneh, lebih cepat.
"Gue bareng Kak Alan aja. Gue ikut tungguin mot..."
"Kasihan Aldo wawancara sendiri di rumah Ara," potong Alan cepat.
"Wawacanra di rumah Rendi sudah selesai Kak?" tanya Alen dengan bodohnya. Tentu saja sudah selesai Alen! Ingat berapa lama kamu telat datang! Hampir satu jam setengah!
"Sudah."
Alen diam sekejap, ia tak bisa membantah atau berkata lagi. Sejenak, Alen mengalami dilema, di sisi lain dia tidak ingin merepotkan Alan, sisi lainnya Alan pasti akan terus memaksanya untuk pergi duluan.
"Gue duluan ke rumah Ara nggak apa-apa, Kak?" tanya Alen terakhir kalinya.
"Iya, gue nyusul."
Alen mengangguk pasrah, tidak berani melawan Alan apalagi melihat tatapan dinginnya sekarang.
"Kalau gitu, gue ke rumah Ara dulu Kak. Kalau ada apa-apa kabari."
Alan menjawab dengan anggukan singkat. Setelah itu, Alan langsung menaiki motor Alen dan menjalankannya pelan-pelan untuk mencari bengkel.
Alen menatap kepergian Alan dengan tatapan hampa. Kadang, Alen bingung dengan sikap Alan kepadanya.
"Kak Alan sebenarnya ingin nolong gue atau nggak ingin deket-deket sama gue?"
*****
#CuapCuapAuthor
BAGAIMANA CHAMOMILE PART INI? SUKA NGGAK?
KANGENNYA TEROBATI NGGAK?
PART INI SUDAH CUKUP BUAT BAPER? ATAU KURANG? ^^
CHAMOMILE PART 17 MAU UPDATE LAGI BESOK ATAU LUSA? ^^
SAMPAI JUMPA DI PART BERIKUTNYA ^^
JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN COMMENT YA. SELALU PALING DITUNGGU DARI TEMAN-TEMAN PASUKAN PEMBACA ^^
Jangan lupa juga untuk pantengin info-info tentang cerita Chamomile di Instagram luluk_hf dan lulukhf_stories yaa ^^
SELALU BACA CHAMOMILE, SELALU SUKA CHAMOMILE DAN SELALU SUPPORT CHAMOMILE ^^
SHARE DAN AJAK JUGA TEMAN-TEMAN KALIAN UNTUK BACA CHAMOMILE ^^
TERIMA KASIH BANYAK SEMUANYA. SELALU SAYANG KALIAN SEMUA DAN KANGEN KALIAN SEMUA JUGA. JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN YAA. DAN, SEMOGA TEMAN-TEMAN PASUKAN NGGAK PERNAH BOSAN BACA CERITA-CERITAKU DAN SELALU SUKA DENGAN CERITA-CERITAKU. LOVE YOU ALL ^^
Salam,
Luluk HF
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro