14 - BUSY!
Assalamualaikum teman-teman pasukan semua. Bagaimana kabarnya hari ini?
Kejutaan buat teman-teman Pasukan semua. Aku update lagi CHAMOMILE malam ini ^^
SIAPA YANG NUNGGUIN CHAMOMILE UPDATE LAGI TUNJUKAN EMOJI LOVE KALIAN ^^
SUDAH SIAP BACA CHAMOMILE PART 14?
Sebelumnya, aku mau cerita. Aku dua hari ini nulis short-story yang sedih banget. Menurut aku hehe. Ceritanya tentang seseorang yang bisa kembali ke masa lalu dan ingin menemui seseorang di masa lalu. Makanya, kemarin aku sempat tanya ke teman-teman pembaca. Dan, apakah teman-teman Pasukan berkenan untuk baca cerita tersebut?
Kalau banyak yang berkenan, aku akan segera update ceritanya di KARYAKARSA ^^
Teman-teman Pasukan bisa follow akun karyakarsaku yaa : luluk.hf
SEMOGA SEMUA PASUKAN PEMBACA SELALU SUKA DAN BACA KARYAKU.
DAN, SELAMAT MEMBACA CHAMOMILE ^^
*****
Alen tak berhenti mengoceh, meluapkan frustasinya ke Ara karena perbuatan Alfin di lorong sekolah. Alen mengutarakan semua unek-uneknya tanpa tersisa.
"Ra, bayangin! Kak Alfin bilangnya di lorong sekolah. Nggak tau waktu dan nggak tau tempat! Oke, kalau Kak Alfin bicaranya di kelas yang sepi atau di taman belakang sekolah. Gue bisa ngerti, Ra. Tapi...."
Alen menghela napas panjang, kekesalanya semakin memuncak.
"Kak Alfin bilangnya tepat di lorong sekolah yang ramai. Saat banyak siswa dan siswi sileweran, Ra. Bayangin!!!"
Ara mengangguk-angguk, bersikap seolah dia mengerti perasaan Alen.
"Iya Len, gue bayangin sekarang."
"Bukan hanya gitu Ra. Di sana juga ada Kak Alan! Gue malu banget! Sumpah!! Kesal banget gue sama Kak Alfin!"
"Gue juga sedang berusaha ikut kesal Len, walau susah," ucap Ara jujur.
Alen menatap Ara tajam.
"Lo seriusan suka sama cowok macam Kak Alfin?" tanya Alen.
"Iya, gue sangat suka," akuh Ara tanpa ragu.
"Apa yang lo suka, Ra? Dia aneh banget! Suka seenaknya! Dan, nggak tau malu!"
Ara menggeleng, tak setuju dengan ucapan Alen.
"Kak Alfin ganteng, Kak Alfin pintar dan Kak Alfin menawan di mata gue."
"Minus mata lo!"
"Mata gue memang minus dua, Alen. Tapi cintaku pada Kak Alfin nggak ada duanya."
Alen mendesis bertambah kesal.
"Pokoknya gue kesal sama cowok yang namanya Alfin!"
"Gue juga cinta sama cowok yang namanya Alfin!"
"Lo bisa nggak sih hibur gue, Ra! Ikut katain Kak Alfin, kek, biar gue makin legah!"
Ara menepuk pelan bahu Alen.
"Len, gue selalu setia kawan, tapi kalau urusan perasaan dan rasa sayang, gue nggak bisa bohong," dramatis Ara. "Apa yang bisa gue katain dari cowok se-keren Kak Alfin?"
Alen dengan cepat menepis tangan Ara dari bahunya.
"Keren, mbahlo!" kesal Alen menjadi.
Ara langsung melotot tak santai mendengar umpatan kesal Alen.
"Astaghfirullah Alen, Mbah Uti dan Mbah Kung gue udah tenang di sana. Nggak baik umpat orang yang sudah meninggal."
Alen dengan cepat menangkupkan kedua tangannya dengan tatapan berubah bersalah.
"Mbah Uti dan Mbah Kungnya Ara, Alen minta maaf, ya."
Ara tersenyum senang mendengar ucapan Alen.
"Mbah pasti maafin lo, Len."
Alen menghela napas panjang, berusaha mendinginkan kepalanya. Meskipun masih belum puas mengata-katai Alfin, setidaknya Alen sudah cukup meluapkannya. Alen tiba-tiba teringat dengan lomba madding-nya.
"Ra, mau tolongin gue nggak?"
"Mau dong, jangankan tolongin. Kasih lo uang jajan aja gue mampu," sombong Ara.
Alen menahan umpatannya, berusaha untuk tidak terpancing. Alen pun mulai menjelaskan tema lomba madding-nya ke Ara.
"Jadi, gue butuh banget wawancara Papa atau Mama lo. Kira-kira bisa nggak?" tanya Alen penuh harap setelah menjelaskan ke Ara.
Ara mengangguk tanpa ragu.
"Tentu saja mau. Punya Papa dan Mama yang sempurna seperti gue tentu saja harus banget di pamerkan ke orang-orang seperti lo dan Sanda."
Alen memaksakan senyumnya. Kini Alen semakin menahan tangan kanannya yang ingin ia pukulkan ke kepala Ara agar berhenti bersikap menyebalkan.
"Atur waktu ketemu Mama atau Papa lo."
"Oke, gue akan sampaikan nanti malam."
Alen mengangkat jempolnya, merasa lega sudah mendapatkan satu narasumber.
"Siapa lagi ya yang mau gue ajak wawancara? Gue masih butuh dua murid lagi," lirih Alen mempertimbangkan.
"Jangan Sanda. Kasihan dia yatim piatu," celetuk Ara dengan tak berdosanya.
"Hm, dari awal dia udah gue blacklist!"
"Gimana kalau Ibu tiri lo?" ucap Ara memberikan saran terbaiknya.
Alen menatap ke Ara dengan tatapan memastikan.
"Lo serius dengan ucapan lo?"
"Serius dong! Siapa tau lo bisa lebih memperbaiki hubungan lo dan ibu tiri lo dan akhirnya lo bisa dapat uang jajan lagi setiap harinya."
Alen menggeleng cepat.
"Nggak! Mending gue nggak dapat uang jajan satu minggu dari pada wawancara Mama gue," jelas Alen.
"Yakin nggak apa-apa lo nggak dapat uang satu minggu?" cibir Ara tak percaya.
Alen mengembangkan senyumnya semanis mungkin.
"Yakin dong. Kan ada Kakak Ara yang kaya raya dan suka menolong tanpa pamrih."
"Busuk memang otak lo, Len!"
Tawa Alen langsung meledak melihat wajah kesal Ara. Setidaknya ia puas membalas sikap menyebalkan Ara.
Ara segera turun dari kasur Alen dan mengambil ponselnya yang ia charger di atas meja belajar.
"Ibu tiri lo kemana Len? Belum pulang?" tanya Ara.
"Belum, masih di toko bunga."
"Keren Ibu tiri lo."
Alen mengerutkan kening.
"Tiba-tiba lo kagum sama Mama gue?"
Ara mengangguk.
"Iya."
"Kenapa?"
Ara tersenyum kecil.
"Betah kerja keras hanya untuk anak bodoh kayak lo."
Tanpa berkata apapun lagi, Alen segera berdiri dan menghampiri Ara secepat mungkin. Tak ada ampun lagi untuk mulut api gadis licik itu!
"AMPUUUNNN ALEENN!!"
Pergulatan, percekikan dan per-smackdown-an pun terjadi di kamar Alen. Dengan kemenangan telak dipegang oleh Alen Chamomile!
****
Alen tak bisa berhenti menguap. Semalam dia tidur jam tiga pagi hanya karena sibuk menamatkan drama korea yang sedang trend di Netflix twenty five twenty one.
"Alen, sini kamu."
Alen menghentikan langkahnya saat mendapatkan panggilan dari Pak Rudi. Alen mendadak tak bisa menguap lagi, perasaannya berubah was-was. Kenapa Pak Rudi tiba-tiba memanggilnya?
Alen menunjuk ke dirinya sendiri.
"Saya Pak?" tanya Alen memastikan sekali lagi.
"Iya, kamu."
Dengan pasrah Alen berjalan mendekati Pak Rudi yang berdiri di depan kelasnya, seolah sedang menunggu ke datangannnya.
"Ada apa, Pak?" lirih Alen gugup.
Pak Rudi menyerahkan sebuah kertas ke Alen, dengan berat hati Alen menerima kertas tersebut dan membacanya.
"Itulist buku-buku dasar matematika untuk kelas satu. Kamu cari sekarang di perpustakaan dan pelajari semuanya sebelum ujian tengah semester," suruh Pak Rudi.
Alen kembali membaca satu persatu judul buku tersebut, total ada empat buku yang tertulis di sini.
"Semua buku ini, Pak?" tanya Alen memastikan.
"Iya, semuanya. Biar nilai matematika kamu bisa lebih baik."
Alen meneguk ludahnya dengan susah payah.
"Carinya sekarang Pak di perpustakaan?"
"Iya sekarang. Masih ada tiga puluh menit sebelum bel masuk. Kamu sekarang juga kesana dan cari bukunya."
Alen pun lagi-lagi hanya mengangguk pasrah.
"Iya, Pak."
Tanpa ingin mendengarkan lagi ceramah pagi dari Pak Rudi, Alen segera beranjak menuju perpustakaan sekolah. Untuk pertama kalinya Alen datang ke perpustakaan sepagi ini. Sungguh menakjubkan!
*****
Alen masuk ke dalam perpustakaan yang tentu saja sangat sepi. Bukan hanya sepi, bahkan tidak ada siswa dan siswi satu pun yang nampak di mata Alen. Orang aneh mana yang datang ke perpustakaan sepagi ini?
"Mau cari apa?" tanya salah satu penjaga perpustakaan.
"Buku dasar matematika kelas sepuluh," jawab Alen.
Penjaga tersebut menunjuk ke arah rak paling belakang.
"Kamu bisa cari di sekitar Rak nomer dua dari belakang."
Alen mengangguk, merasa terbantu.
"Makasih."
Alen pun segera ke rak yang ditunjuk oleh pegawai perpustakaan tersebut. Alen berjalan sembari membaca kembali judul buku-buku yang ada di kertas pemberian Pak Rudi.
"Memahami dasar logaritma, dasar-dasar him..."
Alen menghentikan langkahnya saat tubuhnya tak sengaja menabrak seseorang. Alen segera memundurkan langkahnya dan mendongakkan kepalanya melihat siapa yang ditabraknya.
"Kak Alan," kaget Alen bukan main. Padahal Alen yakin tidak ada siapapun saat dia masuk. Sejak kapan cowok ini ada di perpustakaan? Dan, apa yang dilakukannya.
Alan pun terlihat sama terkejutnya seperti Alen, namun Alan lebih tenang dari pada Alen.
"Maaf Kak, gue nggak lihat ada Kak Alan di depan," ucap Alen lagi karena tak ada respon dari Alan.
"Nggak apa-apa," jawab Alan singkat kemudian berjalan menjauhi Alen.
Alen menghela napas panjang, merasa umurnya berkurang lima tahun. Berhadapan dengan Alan sudah seperti berhadapan dengan malaikat pencatat dosa-dosa, menakutkan!
Alen melirik ke samping, melihat Alan yang sudah fokus kembali mencari buku di rak paling belakang. Alen berusaha untuk tetap tenang dan memilih melanjutkan tujuan utamanya.
Alen menahan segala kegugupannya dan mulai mencari buku-buku yang dicarinya.
*****
"Kok nggak ada, ya?" bingung Alen mulai kelelahan. Dia sudah mencari dari ujung ke ujung tetap saja tidak ketemu.
Alen keluar dari rak kedua dari belakang, ingin bertanya lagi ke pegawai perpustakaan. Namun, dia tak menemukan siapapun di meja penjaga. Alen melihat jam tangannya, waktunya tinggal lima belas menit lagi.
"Mampus gue, mana jam pelajaran pertama waktunya Pak Rudi," gerutu Alen mulai panik.
Alen berbalik badan, ingin melanjutkan mencari. Namun, ia dikagetkan dengan Alen yang sudah berdiri di belakangnya, menatapnya dengan tatapan tenang.
"Nyari apa?" tanya Alan seolah tau Alen sedang mengalami kesulitan.
Alen tertegun sesaat, terkejut Alan menanyainya.
"Buku dasar Matematika Kak. Pak Rudi nyuruh cari buku-buku ini," jawab Alen sembari menunjukkan kertas yang diberi Pak Rudi.
Alan menarik kertas Alen dan membaca semua judul buku-buku tersebut.
"Tunggu di sini."
Alen menatap Alan semakin bingung, belum sempat Alen bertanya lagi, Alan sudah beranjak sembari membawa kertasnya. Alen pun memilih mengikuti ucapan Alan, diam di tempat sembari mengamati Alan yang mulai sibuk mencarikan buku-buku tersebut.
Alen merasakan jantungnya tiba-tiba berdetak cepat. Entah gugup atau senang karena Alan membantunya.
"Kak Alan beneran bantuin gue?"
****
Hanya butuh waktusepuluh menit bagi Alan menemukan ke empat buku tersebut. Alan kembali berjalan mendekati Alan.
"Buku yang lo cari," ucap Alan.
Alen segera menerimanya dengan ekspresi takjub. Alan bisa menemukannya sangat cepat, berbeda dengan dirinya. Entah, Alen yang terlalu bodoh atau Alan yang terlalu pintar. Jawabannya diantara dua pernyataan tersebut!
"Makasih banyak Kak," ucap Alen sedikit tak enak.
"Kenapa Pak Rudi nyuruh lo cari buku-buku ini?" tanya Alan.
Kesekian kalinya Alen terkejut karena Alan mengajaknya berbicara lagi. Tidak biasanya Alan berlama-lama berhadapan dengannya seperti sekarang. Apa jangan-jangan ucapan Alfin kemarin berdampak bagi Alan?
Kalau tidak bisa balikan, setidaknya kalian baikan.
Alen segera menyadarkan dirinya.
"Pak Rudi ngasih tugas lagi. Gue harus bisa dapatkan nilai Matematika minimal tujuh puluh semester ini," jawab Alen.
Alen mengangguk singkat.
"Sepertinya susah," ucap Alan terlalu jujur. Tanpa berkata apapun lagi, Alan berbalik badan hendak beranjak. Seolah pertanyaannya tadi hanya untuk mengolok Alen.
Alen mendadak kesal sendiri mendengar ucapan Alan yang terdengar meremehkannya. Dengan berani, Alen mendekati Alan dan menarik lengan cowok itu.
"Kalau sudah tau susah, mau bantuin, ngggak?"
Alen seperti orang kerasukan yang dengan berani meminta bantuan Alan. Perlahan, Alan kembali berbalik, menatap Alen dengan ekspresi heran. Alen sendiri tersadarkan, merutuki spontanitasnya.
Alen segera melepaskan tangannya dari lengan Alan.
"Kenapa gue harus bantuin lo?" suara Alan berubah dingin.
"N... Nggak ada alasan. Siapa tau Kak Alan mau bantuin. Gue juga sadar diri nggak mungkin bisa dapatkan nilai itu walaupun belajar sendiri mati-matian," jawab Alen berusaha tetap tenang.
Alan tersenyum tipis dan tentu saja bukan sebuah senyum yang ramah. Dan, dari senyum itu saja Alen sudah tau jawaban apa yang akan Alan berikan kepadanya.
"Gue sibuk."
****
#CuapCuapAuthor
BAGAIMANA PART INI? SUKA NGGAK?
YANG GREGETAN SAMA DINGINNYA ALAN SINI KUMPULL ANGKAT TANGANNYAAA ^^
SATU KATA UNTUK ALAN DONG ^^
AKU MAU CERITA. AKU SENENG BANGET TEMAN-TEMAN SEMUA BANYAK YANG INGIN AKU CEPET-CEPET UPDATE CHAMOMILE LAGI. KARENA MEMANDAKAKAN KALIAN SUKA SAMA CERITA CHAMOMILE. SUMPAH TERHARU BANGET. JANGAN BOSAN-BOSAN UNTUK TUNGGU CHAMOMILE UPDATE YAA. ANTUSIAS KALIAN BENAR-BENAR BUAT AKU SEMANGAT UNTUK NULIS CHAMOMILE ^^
CHAMOMILE PART 15 MAU UPDATE KAPAN NIH? HARI SENIN ATAU SELASA? ^^
SAMPAI JUMPA DI PART BERIKUTNYA YAA TEMAN-TEMAN PASUKAN PEMBACA SEMUA.
JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN COMMENT YA. SELALU PALING DITUNGGU DARI TEMAN-TEMAN PASUKAN PEMBACA ^^
Jangan lupa juga untuk pantengin info-info tentang cerita Chamomile di Instagram luluk_hf dan lulukhf_stories yaa ^^
SELALU BACA CHAMOMILE, SELALU SUKA CHAMOMILE DAN SELALU SUPPORT CHAMOMILE ^^
SHARE DAN AJAK JUGA TEMAN-TEMAN KALIAN UNTUK BACA CHAMOMILE ^^
MAKASIH BANYAAKK SEMUAANYA DAN SELALU SAYANG KALIAN SEMUAA. SELALU JAGA KESEHATAN YAAA. SEMANGAAT ^^
Salam,
Luluk HF
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro