12 - TSUNDERE
Selamat pagi teman-teman semua. Sudah sahur belum bagi teman-teman yang sedang puasa?
Maaf ya aku baru bisa update dini hari. Semoga teman-teman selalu menati updatenya CHAMOMILE ^^
Aku juga mau makasih banyak kepada teman-teman Pasukan Pembaca yang selalu antusias dengan cerita CHAMOMILE. Beneran terharu banget dan buat aku jadi semangat setiap kali baca komen-komen kalian tentang CHAMOMILE di wattpad maupun Instagram ^^
Jangan pernah bosan untuk baca CHAMOMILE ya. Semoga teman-teman semua selalu suka dan selalu baca CHAMOMILE ^^
SUDAH SIAP BACA CHAMOMILE PART 12?
PALING NUNGGUIN COUPLE SIAPA?
DAN, SELAMAT MEMBACA CHAMOMILE ^^
*****
Alen masuk ke dalam ruang Jurnalistik. Sudah ada Alan, Aldo dan Vanya. Alen segera mengambil duduk di kursi samping Vanya.
"Maaf Kak telat, tadi ada tugas tambahan," ucap Alen tidak enak kepada ketiga kakak kelasnya.
"Nggak apa-apa, Len. Kita mulai ya sekarang," balas Vanya sang ketua jurnalistik.
Vanya pun mulai menjelaskan Lomba Madding Nasional yang akan mereka ikuti kepada Alan, Aldo dan Alen. Ketiga-tiganya mendengarkan penjelasan Vanya dengan seksama dan cermat.
"Ada yang mau ditanyakan?"
Alan mengangkat tangannya.
"Berarti tema maddingnya harus ditentukan terlebih dahulu dari sekarang untuk bisa menyeimbangi objek apa yang harus didapat untuk menyempurnakan puisi itu?"
"Benar sekali. Kerja sama lo dan Alen sangat penting di sini, Lan. Aldo juga bakalan siap ngebantu lo," jawab Vanya.
Kini giliran Alen yang memberanikan diri untuk mengangkat tangannya.
"Kak berarti kita harus dapatkan objek dulu baru bisa buat puisinya. Karena kalau puisinya yang gue buatkan dulu takut feelnya nggak bisa sampai dan kolaborasinya nggak dapat."
Vanya sekali lagi mengangguk semangat, bersyukur baik Alan dan Alen langsung cepat mengerti dengan keinginannya.
"Iya Alen. Karena waktu kita hanya sebulan, pertama kita harus menentukan tema terlebih dahulu. Setelah itu, kita mencari objek sesuai tema yang kita inginkan. Terakhir, yang paling penting ada di tangan lo, Len. Lo buatkan puisi-puisi untuk objek yang dihasilkan oleh Alan."
Alen mengangguk-angguk, tak lupa mencatat hal penting di notes kecil yang dipegangnya.
"Gue rasa tema yang diambil harus benar-benar menyentuh. Bukan hanya sesuatu yang bagus tapi juga sesuatu yang indah. Bukan juga hanya indah untuk dilihat tapi indah untuk dirasakan," tambah Aldo.
"Bener banget. Maka dari itu, gue berharap kerja sama kalian semua di lomba madding tahun ini. Kita mengikuti dua macam lomba seperti tahun kemarin. Madding 3D dan 2D. Untuk 2D gue banyak berharap ke lo bertiga. Karena gue dan tim lainnya akan lebih sibuk untuk handle yang 3D," jelas Vanya penuh harap.
"Kita usahakan untuk kasih terbaik Kak," ucap Aldo.
Vanya tersenyum senang mendengar semangat dari Aldo.
"Baiklah, tugas pertama kalian bertiga cari tema. Kalian bisa memikirkan temanya dan besok kita rapat lagi untuk memilih tema mana yang paling menarik. Kita voting, gimana?" tanya Vanya menatap Alan, Alen dan Aldo bergantian.
"Oke," jawab Alan dan Aldo bersamaan.
"Siap Kak," tambah Alen berusaha mengikuti cara kerja Vanya yang menurutnya sangat cepat.
Vanya mengangkat jempolnya, kemudian berdiri.
"Rapat pertama berakhir sampai di sini. Kita bertemu lagi besok sepulang sekolah di ruang jurnalistik."
Rapat lomba madding berjalan sangat cepat dari yang Alen kira. Alen memang sudah mendengar banyak tentang sosok Vanya yang sangat profesional, cerdas dan gesit. Tapi, Alen tetap saja takjub saat bekerja sama secara langsung dengan Vanya seperti sekarang. Pantas saja, banyak adik-adik kelas yang mengangumi sosok Vanya.
"Semuanya, gue balik dulu," pamit Aldo dan meninggalkan ruang jurnalistik duluan.
Alan dan Alen masih sibuk membereskan barang-barang mereka.
"Lan, lo punya beberapa objek gunung yang bagus, nggak?" Vanya tiba-tiba menghampiri Alan, mencegah cowok itu beranjak.
"Buat apa?" balas Alan begitu tenang.
"Untuk contoh madding 3D, kita lagi usung tema alam tapi kekurangan contoh. Gue denger-denger dari anak-anak jurnalistik yang lain, lo cukup sering mendaki gunung."
Alen berusaha untuk tidak penasaran dengan apa yang dibicarakan oleh Alan dan Vanya. Meskipun ada sesuatu yang aneh dirasanya ketika melihat Alan berbicara dengan cewek lain.
"Kak, gue pulang dulu," pamit Alen ke dua kakak kelasnya.
Alan dan Vanya menghentikan obrolan mereka dan menoleh ke Alen yang sudah bersiap beranjak.
"Alen, boleh minta bantuan nggak sebelum pulang?" pinta Vanya.
"Bantuan apa Kak?" bingung Alen.
Vanya menunjuk ke tumpukan koran di dekat lemari.
"Bawa koran-koran bekas itu ke ruang osis. Mereka mau pinjam untuk buat video VCR."
Alen menoleh menatap tumpukan-tumpukan koran yang cukup banyak.
"Se... Semuanya, Kak?" tanya Alen memastikan.
"Iya, tadi setengah sudah dibawa Aldo, kayaknya dia lupa bawa sisanya. Lo mau bantu kan?"
Alen bukannya ingin menolak, tapi tumpukan koran-koran itu cukup banyak. Jika dia mengangkat sendiri butuh tiga kali bolak balik.
"Gue aja yang bawa Van," ucap Alan tiba-tiba.
Sontak baik Vanya dan Alen menatap Alan dengan terkejut.
"Lo mau bawa? Serius? Lo nggak langsung pulang habis ini?"
"Gue mau ke ruang osis dulu."
"Yakin lo mau bawa semuanya? Banyak banget korannya, Lan."
Satu sudut bibir Alan sedikit terangkat, sangat samar namun cukup menakutkan untuk dilihat. Tatapan Alan seketika berubah tajam ke Vanya.
"Sudah tau banyak, kenapa lo nyuruh Alen bawa sendiri?"
Skakmat! Vanya langsung tersudutkan, ia mendadak tak bisa menjawab pertanyaan dari Alan. Sedangkan, Alen sendiri hanya diam, masih terheran mendengar Alan mau menggantikannya.
"Ma... Maksud gue Alen bisa bawa setengah dulu, kar..."
"Gue kirim foto-foto yang lo butuhin ke email nanti malam," potong Alan cepat. Setelah itu bergegas menghampiri tumpukan koran-koran tanpa mempedulikan Vanya yang masih terlihat bingung karena serangan tak terduga dari Alan.
Alen sendiri merasa tidak nyaman dengan situasi saat ini. Apalagi melihat Vanya yang terlihat sedikit kesal.
"Kak Vanya, gue bantuin Kak Alan biar nggak kesusahan bawa koran-korannya," ucap Alen berusaha tidak membuat Vanya semakin kesal.
Vanya hanya mengangguk singkat. Alen pun segera menghampiri Alan yang sudah mengambil dua tumpuk koran-koran tersebut.
Alan diam saja saat Alen membantunya, membiarkan gadis itu mengikutinya ke ruang osis.
*****
Alan dan Alen sampai di ruang osis yang sangat sepi tak seperti biasnya. Alen mengekori di belakang Alan.
"Ditaruh di mana Kak korannya?" tanya Alen memberanikan diri bertanya ke Alan.
Alan tak langsung menjawab, ia menaruh tumpukan koran di ujung ruangan.
"Taruh sini," suruh Alan.
Alen mengangguk, segera mendekati Alan dan ikut menaruh tumpukan koran di tempat yang Alan sebutkan.
Alen menghela napas panjang, tangannya terasa sangat pegal. Alen tidak bisa membayangkan jika dia sendirian yang membawa semua koran-koran tersebut.
"Makasih banyak Kak sudah bantuin," ucap Alen merasa harus mengatakannya.
"Gue nggak bantuin lo."
"Hah?" Alen terkejut mendengar balasan dingin Alan.
Alan menoleh ke Alen, seperti tatapannya kemarin, cukup dingin.
"Gue memang mau ke ruang osis."
Ah! Alen mengangguk kecil dengan senyum tipis yang dipaksakannya. Sepertinya tidak ada guna bagi Alen untuk mengucapkan kata terima kasih.
"Kalau gitu gue pulang dulu, Kak," pamit Alen, merasa tidak ada lagi yang perlu ia bicarakan dengan Alan.
Alan mengangguk singkat, tanpa menatap Alen sedikit pun. Cowok itu sudah fokus dengan ponselnya. Alen hanya bisa melengos pasrah, semakin hari Alan terasa begitu jauh dan dingin.
Apakah Alen bisa terus bertahan dan melakukan permintaan itu?
Alen segera melangkah keluar dari ruang osis, meninggalkan Alan sendiri.
****
Alan mendudukan dirinya dengan helaan napas panjang. Alan menatap ke tumpukan koran-koran yang ada di ujung, semua kejadian hari ini terjadi begitu mendadak. Alan sendiri tak menyangka harus terlibat dengan Alen lagi.
"Apa yang gue lakuin?" lirih Alan merutuki dirinya sendiri.
Pintu ruang osis terbuka, sosok Rendi sang adik kelas sekaligus junior Alfin di robotik terlihat masuk dengan tatapan bingung.
"Lo ngapain Kak di ruang osis? Ada rapat lagi sama Pak Ketua? Tapi, bukannya hari ini semua anak osis lihat pertandingan bakset di SMA sebelah?" bingung Rendi. Selain ikut club robotik, Rendi juga seorang anggota osis.
Alan sedikit terkejut mendengar pertanyaan-pertanyaan Rendi yang berbondong.
"Gu.. Gue ambil barang yang ketinggalan," jawab Alan berbohong.
"Kamera lo ketinggalan?"
"Bukan,pouch kamera," jawab Alan berusaha setenang mungkin.
Rendi mengangguk-angguk langsung percaya.
"Lo sendiri ngapain? Nggal ikut lihat pertandingan?" tanya Alan langsung mengalihkan pembicaraan.
Rendi menggeleng.
"Biasa, jadi babu si Alfin!"
Alen terkekeh mendengar jawaban Rendi. Alfin memang cukup banyak menceritakan tentang Rendi, adik kelasnya yang selalu kena sembur Pak Jaya di club robotik.
Rendi dengan cepat membungkam mulutnya, baru menyadari jika Alan adalah teman dekat Alfin.
"Kak, lo nggak bakal ngaduh ke Kak Alfin, kan?" tanya Rendi dengan tatapan memohon.
Alan mengangguk. "Iya."
Rendi bernapas lega, ia mengurungkan niatnya untuk mengambil buku catatananya yang tertinggal di ruang osis. Rendi mengambil duduk di kursi sebrang Alan.
"Kak, temen lo emang seambis itu ya sama dunia robotik?"
"Siapa? Alfin?"
"Iya! Gila tuh orang. Kelihatan santai di luar, tapi kalau sudah di dalam ruangan robitik berasa gue ketemu Tony Stark versi dunia nyata! Dia udah kayak orang yang mau ciptain robot tercanggih di dunia!" heboh Rendi mengeluarkan unek-uneknya.
Alan tak kaget mendengar kehebohan Rendi. Pertama kali Alan berjumpa Alfin pun dibuat takjub dengan personaliti sahabatnya itu.
"Tapi keren, kan?"
Rendi mengangguk tanpa ragu dengan dua jempol terangkat.
"Gue akui, Kak Alfin keren banget. Kalau gue cewek, pasti gue jatuh cinta sama dia."
"Najis!" gidik Alan.
Rendi membulatkan kedua matanya dengan sorot serius.
"Gue nggak bercanda, Kak! Makanya kalau lo punya pacar atau cewek yang lo suka, jangan bolehin deket-deket Kak Alfin. Bisa-bisa dia selingkuhin lo dan berlain hati ke Kak Alfin."
Alan geleng-geleng, tak ingin menggubris ucapan Rendi yang makin lama makin kemana-mana. Alan segera berdiri, menenteng tasnya.
"Gue balik," pamit Alan.
****
Alan berjalan membelah lorong sekolah yang sudah sangat sepi. Hanya tertinggal siswa dan siswi yang ikut ekstrakulikuler.
"Alan."
Langkah Alan terhenti, ia membalikkan badan dan melihat sosok Vanya melambaikan tangan dan berjalan cepat ke arahnya.
"Lo udah mau pulang?" tanya Vanya.
"Iya."
Vanya bergumam pelan, ekspresinya terlihat sedikit canggung.
"Sori banget masalah di ruang jurnalistik. Gue nggak bermaksud jahat ke Alen. Gue udah kirim pesan maaf ke Alen tadi."
"Lo nggak perlu jelasin," balas Alan tak peduli.
"Iya, gue hanya takut lo salah paham."
Alan mengerutkan kening, merasa aneh dengan sikap Vanya. Alan pun mengangguk saja, malas untuk memperpanjang.
"Ada yang mau lo omongin lagi?" tanya Alan.
"Ada."
"Apa?"
"Jangan lupa foto-fotonya. Gue tunggu nanti malam."
"Oke."
Setelah itu, Alan langsung kembali melangkah, tak memberikan celah bagi Vanya untuk berbicara kepadanya lagi. Alan sangat lelah hari ini. Dia hanya ingin cepat sampai rumah dan istirahat.
*****
Alen merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu, pikirannya masih dipenuhi dengan sosok Alan. Semua hidupnya seketika berubah arah hanya karena seorang Alan. Bahkan, ketenangannya perlahan sirna.
"Padahal, dia dulu nggak sedingin itu," lirih Alen. Tatapanya menerawang ke dinding langit-langit.
Perlahan, pikiran Alen kembali mengingat masa-masa indah saat Alan pertama kali mendekatinya, meminta nomor ponselnya dan mengajaknya kenalan. Suaranya yang sangat hangat dan sikapnya yang manis.
"Apa sikap manis itu bisa gue lihat lagi?"
*****
#CuapCuapAuthor
BAGAIMANA PART DUA BELASNYA? BAPER TIPIS-TIPISNYA KERASA? ^^
SATU KATA UNTUK ALAN DI PART INI !!!!
Maaf ya part ini pendek, aku usahakan part berikutnya lebih panjang yaa ^^
CHAMOMILE PART 14 UPDATE HARI RABU SETUJU?!!!
SAMPAI JUMPA DI CHAMOMILE PART 14 PASUKAN SEMUA
JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN COMMENT YA. SELALU PALING DITUNGGU DARI TEMAN-TEMAN PASUKAN PEMBACA ^^
Jangan lupa juga untuk pantengin info-info tentang cerita Chamomile di Instagram luluk_hf dan lulukhf_stories yaa ^^
SELALU BACA CHAMOMILE, SELALU SUKA CHAMOMILE DAN SELALU SUPPORT CHAMOMILE ^^
SUDAH SHARE DAN AJAK TEMAN-TEMAN KAMU BUAT BACA CHAMOMILE? JANGAN LUPA BUAT RACUNIN CERITA CHAMOMILE KE TEMAN-TEMAN KALIAN YAA ^^
MAKASIH BANYAK SEMUANYA. SELALU SUPPORT CHAMOMILE YAA. SAYANG KALIAN SEMUA DAN JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN YAA ^^
Salam,
Luluk HF
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro