10 - BERPAPASAN
Assalamualaikum teman-teman Pasukan Pembaca semua. Bagaimana kabarnya?
SIAPA YANG SUDAH NUNGGU CHAMOMILE UPDATE LAGI? TUNJUKAN EMOJI LOVE KALIAN ^^
SUDAH SIAP BACA CHAMOMILE PART 10?
Aku juga mau infoin lagi kalau "OUR MARIPOSA PART SATU" sudah update di aplikasi KARYAKARSAKU YA. USERNAME : lulukhf
SPOILER OUR MARIPOSA PART SATU :
AYO BACA OUR MARIPOSA YAA ^^
SEMOGA TEMAN-TEMAN PASUKAN PEMBACA SELALU SUKA, SELALU BACA DAN SELALU SUPPORT KARYA-KARYAKU. CHAMOMILE DAN OUR MARIPOSA ^^
DAN, SELAMAT MEMBACA CHAMOMILE ^^
*****
Alen dan Ara masuk ke dalam perpustakaan, mereka melihat sosok Alfin yang sudah duduk di bangku paling ujung, keduanya tak menyangka Alfin tiba lebih dulu. Alen dan Ara buru-buru mendekati Alfin.
"Kak maaf nunggu," ucap Alen sedikit tidak enak.
Alfin menutup komik yang sedang dibacanya lalu menatap dua adik kelasnya. Ekspresi Alfin sedikit bingung saat mendapati kehadiran Ara juga. Dan, Ara bisa mengkap kebingungan sang pangeran.
"Gue juga mau ikutan belajar Matematika sama Kak Alfin. Boleh kan Kak?" tanya Ara penuh harap.
Alfin mengangguk tanpa mempemasalahkan.
"Mana kertas jawaban yang sudah ditulis Alan?" tanya Alfin.
Alen segera mengeluarkan kertas soal dan kertas jawaban dan memberikannya ke Alfin. Setelah itu Alen dan Ara dudu di hadapan Alfin.
Mereka memperhatikan Alfin yang sibuk memahami kertas jawaban. Jujur, Alen sedikit gugup, ia merasa tidak enak merepotkan Alfin. Sedangkan Ara? Jangan ditanya. Gadis itu malah tidak tau diri seperti tamu tak diundang dan hanya senyum-senyum tak jelas ketika melihat Alfin.
"Gue jelasin nomer pertama," ucap Alfin.
Alen dan Ara mengangguk, mereka bersiap mengeluarkan kertas dan bolpoin masing-masing.
"Lo ngapain?" bisik Alen ke Ara.
"Ikut belajar," jawab Ara.
"Bukannya lo udah bisa? Katanya soal-soal ini gampang banget buat lo!" sinis Alen.
Ara memberikan senyum paling manis.
"Lo mending fokus sama penjelasan Kak Alfin. Daripada lo semakin bodoh," peringat Ara.
Alen mendesis pelan, ia kembali menatap Alfin yang mulai menjelaskan. Alen mendengarkan baik-baik semua yang diajarkan oleh Alfin yang menurutnya cukup mudah dimengerti dibandingkan saat Ara yang menjelaskan.
"Lo cukup fokus diketahuinya kemudian masukan definisi nilai mutlaknya. Terpenting jangan sampai salah pemindahan plus dan minusnya. Baru diakhir bisa ditemukan himpunan penyelesaiannya," simpul Alfin menjelaskan soal pertama.
Alen mengangguk-angguk, Alfin menjelaskan dan menuliskan ulang jawabannya lebih detail daripada punya Alan bahkan memberikan note penjelasan yang menurut Alen cukup sulit dimengerti.
"Ada yang masih lo nggak ngerti?" tanya Alfin ke Alan dan Ara.
"Gue udah paham Kak, ternyata nggak serumit itu," ucap Alen merasa lega.
"Kalau paham dasarnya, sebenarnya nggak susah-susah banget."
"Kak gue boleh tanya? Ada yang sedikit gue nggak paham," ucap Ara tiba-tiba mengangkat tangan.
"Apa?"
Ara menunjuk ke tulisan Alfin di kertas jawaban.
"Kak Alfin bisa jelasin lagi nggak 1/p ini dari mana?" tanya Ara malu-malu.
Kedua mata Alen langsung melebar sempurna mendengar pertanyaan Ara. Alen jadi teringat hujatan Ara kemarin hanya karena dia mempertanyakan asal 1/p. Dan, kini dengan tidak sopannya dan tak berdosanya gadis itu pura-pura menayakan ke Alfin.
"Dasar gadis licik!"pekik Alen dalam hati.
Alen pun hanya bisa menghela napas pasrah tak mau banyak berkomentar. Apalagi melihat Alfin yang begitu sabar menjelaskan lagi ke Ara. Padahal, Alen sangat tau jelas Ara sudah paham semua jawaban soal-soal ini.
"Sudah paham?" tanya Alfin setelah menjelaskan ke Ara.
"Paham banget Kak. Ya ampun Kak Alfin pinter banget ngejelasinnya," puji Ara.
Alfin tersenyum kecil sembari mengangguk singkat. Bagi Alfin tidak sulit untuk menjelaskan jawaban-jawaban tersebut.
"Lanjut soal kedua Kak," pinta Alen.
Alfin mulai menjelaskan lagi. Kali ini berganti ke soal nomer dua. Alen kembali untuk fokus tak ingin melewatkan satu pun penjelasan Alfin. Hidup matinya sedang dipertaruhkan hari ini agar dia bisa selamat dari Pak Rudi.
*****
Butuh waktu lebih dari empat puluh menit bagi Alfin mengajari Alen. Untung saja Alfin sangat sabar menjawab dan menjelaskan ke Alen dan Ara. Alfin seperti guru dadakan bagi dua bocoh di hadapannya ini.
"Gue ke toilet dulu ya," pamit Ara langsung nyelonong ke kamar mandi.
Alen dan Alfin hanya menatap kepergian Ara dengan bingung. Alen merasa sedikit canggung berdua seperti ini dengan Alfin. Keadaan tiba-tiba sunyi.
"Apa lagi yang mau lo tanyakan?" tanya Alfin memecah keheningan antara dia dan Alen.
Alen menggeleng, merasa puas dengan pengajaran Alfin siang ini.
"Sudah paham semua Kak. Nanti di rumah gue pelajari lagi," jawab Alen.
"Kapan lo serahkan ke Pak Rudi?" tanya Alfin lagi.
"Mungkin besok Kak. Biar nggak semakin lupa juga."
Alfin mengangguk-angguk kecil.
"Lo jelasin aja seperti yang gue jelasin tadi. Waktu jelasinnya juga nggak usah gugup dan ragu. Biar Pak Rudi merasa lo memang sudah bisa." Alfin memberikan saran terbaiknya.
Alen tersenyum senang mendepatkan saran yang begitu membantu.
"Makasih Kak."
Alfin lagi-lagi hanya membalas dengan anggukan singkat. Keduanya mulai sibuk membereskan barang-barang mereka dan memasukannya ke dalam tas.
DRRTTDRTT
Ponsel Alfin tiba-tiba berdering, ada sebuah panggilan. Alfin segera menerimanya tanpa pikir panjang.
"Gue di perpustakaan. Lo kesini aja."
Setelah itu, panggilan ditutup begitu saja oleh Alfin. Alen sendiri tak ingin ikut campur untuk menanyakan Alfin sedang berbicara dengan siapa.
"Kak Alfin langsung pulang?" tanya Alen memberanikan diri.
"Nggak. Gue harus bantu Alan buat video untuk acara Dies Natalis sekolah."
Deg! Alen merasakan tubuhnya langsung mematung saat mendengar nama Alan dan kata Dies Natalis sekolah. Alen diingatkan dengan permintaan Sanda yang harus dikabulkannya.
"Waktu SMP, lo kenal dekat sama Alan?" tanya Alfin, sedikit ingin mengetes Alen.
Alen tersadarkan, kaget dengan pertanyaan Alfin.
"Dekat sebagai Senior dan Junior Kak," jawab Alen mencari kalimat paling aman.
"Alan orangnya seperti apa saat di SMP? Gue baru kenal dekat dengan dia waktu di SMA."
Alen terdiam sejenak, bingung harus menjawab apa. Kenangannya dulu pun harus kembali diingatnya.
"Orang yang baik, cerdas dan perhatian," jawab Alen berusaha tetap tenang.
"Perhatian? Alan orang yang perhatian?" pincing Alfin, memojokkan Alen tanpa ia sadari.
"E... Enggak ya, Kak?" ringis Alen mulai gugup dan takut salah bicara.
Alfin menatap Alen lekat, senyumnya mengambang kecil.
"Mungkin aja. Kalau sama orang yang Alan suka."
Bibir Alen langsung tertutup rapat dengan kedua tangan dipenuhi keringat dingin. Alen merasa bahwa Alfin mengetahui tentang hubungannya dan Alan.
"Lo udah tau Kak?" tanya Alen langsung ingin memastikan.
"Apa?" balas Alfin berpura-pura.
"Hubungan gue dan Kak Alan."
Alfin kembali terkekeh, ternyata Alen sepeka itu. Alfin mengangguk singkat.
"Iya. Lo dan Alan pernah pacaran saat SMP."
Alen menghela napas pelan, kegugupannya sedikit berkurang. Setidaknya dia tidak perlu menyembunyikan atau beralasan lagi kepada Alfin jika cowok itu menyuruhnya meminta bantuan ke Alan.
"Alan sebentar lagi datang. Lo mau tetap di sini atau pergi sekarang biar nggak papasan sama Alan."
Alen langsung melebarkan matanya, terkejut dengan ucapan Alfin.
"Kenapa Kak Alfin nggak bilang dari tadi!!" gerutu Alen langsung segera berdiri dan tergesa untuk mengambil tasnya.
Alfin tertawa melihat Alen yang langsung panik.
"Lo nggak nungguin Ara?" tanya Alfin.
"Nggak! Dia bisa terbang sendiri," jawab Alen dengan tega.
"Sebegitu takutnya lo ketemu Alan?"
Alen sudah bersiap menenteng tasnya, ia menatap Alfin sebentar sebelum beranjak.
"Bukan takut. Hanya mencoba mendamaikan kehidupan di dunia ini," ucap Alen sok bijak. "Gue pamit ya Kak. Makasih banyak sudah mau bantuin."
"Iya. Hati-hati papasan sama Alan di depan perpustakaan," goda Alfin.
"Gue yakin nggak akan papasan Kak. Karena gue akan lewat pintu samping. Bye Kak Alfin!"
Tanpa menunggu jawaban dari Alfin, Alen langsung beranjak secepat mungkin. Bahkan tanpa menunggu Ara kembali ke toilet. Alfin hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah Alen.
Alfin terus memperhatikan punggung Alen yang semakin menjauh. Senyum Alfin mengembang tipis.
"Sepertinya bakalan papasan."
****
Alen mengikat rambutnya sebentar yang sedikit berantakan. Kemudian bersiap membuka pintu samping perpustakaan. Namun, saat Alen sudah memegang knop, pintu tersebut tiba-tiba dibuka dari depan. Mau tak mau Alen harus memundurkan langkahnya.
Pintu semakin terbuka, sosok Alan terlihat jelas berada di depan pintu membuat Alen langsung mematung di tempat.
Baik Alen dan Alan saling bertatapan, keduanya sama-sama terkejut. Alen bahkan tanpa sadar menahan napasnya.
Alen memberanikan diri untuk menyapa Alan. Namun, lagi-lagi keberanian Alen harus sirna karena Alan langsung pergi begitu saja. Tanpa menyapanya bahkan sekedar basa-basi.
Alen menghela napas panjang sembari tersenyum masam.
"Tentu saja dia sangat benci lo, Len."
Alen memilih segera menlanjutkan langkahnya yang tertunda. Keluar dari perpustakaan.
*****
Alan menemukan keberadaan Alfin. Cowok itu tengah menatapnya sambil senyum-senyum tak jelas.
"Hasil ulangan Matematika lo," ucap Alan memberikan kertas ulangan Alfin.
Alfin menerimanya tanpa mengalihkan pandangan dari Alan.
"Papasan?" tanya Alfin.
"Maksud lo?" tanya Alan balik, bingung.
"Sama mantan," goda Alfin.
Ck! Alan mendecak pelan, jijik dengan tatapan menyebalkan Alfin yang terlihat puasa menggodanya. Alan duduk di meja sebrang.
"Udah lo bantu?" tanya Alan berubah serius.
"Siapa? Mantan lo?"
"Gue serius Fin!"
Alfin terkekeh pelan, ia menegakkan tubuhnya.
"Kalau lo khawatir, kenapa nggak dari awal lo sendiri yang ngajarin?"
"Gue nggak khawatir," elak Alan.
"Terus?"
"Hanya memastikan."
Kini giliran Alfin yang mendecak sinis.
"Udah gue ajarin semuanya. Tinggal Alen bisa atau nggak presentasikan ke Pak Rudi. Kalau dia bisa sepertinya aman-aman aja," jelas Alfin.
"Baguslah."
Alfin mengerutkan keningnya, sorot matanya berubah seperti orang penasaran.
"Gue baru tau kalau standar tipe lo seperti Alen," ucap Alfin tiba-tiba.
"Ma... Maksud lo?"
"Alen memang cantik, tapi..." Alfin memberikan kode dengan mengetuk kepalanya.
"Dia hanya lemah di angka," ucap Alan.
"Cie, ada yang belain mantan," goda Alfin menjadi.
Alan mendecak kedua kalinya, merutuki dirinya sendiri yang mudah terjebak dengan kelicikan Alfin.
"Buruan siap-siap. Anak osis udah nunggu dari tadi," ucap Alan langsung mengalihkan topik.
Alfin tertawa sembari mengangguk. Ia segera mengambil tasnya.
"Alen mana, Kak?"
Alfin dan Alan langsung menoleh saat mendengar suara cempreng Ara. Gadis itu berdiri di samping meja dengan tatapan bingung.
"Pulang," jawab Alfin dengan entengnya.
Ara membelalak kaget.
"Pulang?" ulang Ara memastikan.
"Iya."
"Alen beneran ninggalin orang baik hati dan tanpa pamrih seperti gue?" tanya Ara lebih dramatis.
Alfin mengangguk dengan yakin.
"Iya."
Ara menghela napas berat, merasa dikhianati oleh Alen.
"Jahat banget Alen, bisa-bisanya ninggalin gue!" gerutu Ara sebal.
Alfin dan Alan hanya bisa menatap Ara yang terus menggerutu sembari memasukan buku-bukunya ke dalam tas. Gadis itu terlihat kesal.
Setelah selesai membereskan buku-bukunya, Ara langsung mengangkat kepalanya hendak pamitan ke Alfin. Akan tetapi, niatnya tertunda saat Ara baru menyadari keberadaan Alan.
"Sejak kapan Kak Alan ada di sini?" tanya Ara dengan beraninya.
"Sejak Alen pergi," jawab Alfin mewakili.
Ah! Ara manggut-manggut mengerti.
"Pantesan Alen langsung kabur," cibir Ara dengan sorot sinis.
Ara dengan cepat membuang mukanya dari Alan. Raut wajahnya langsung berubah ramah saat menatap Alfin.
"Kak Alfin makasih buat hari ini. Gue Ara pamit undur diri," ucap Ara dengan suara dimanis-maniskan.
Alfin mengangguk singkat sebagai balasan.
"Oke."
Ara melangkah menjauh perlahan-lahan sembari melambaikan tangannya ke Alfin. Hingga gadis itu hilang dari pandangan Alfin dan Alan.
"Dia nggak pamitan sama gue?" tanya Alan merasa aneh dengan situasi barusan.
"Sepertinya iya," jawab Alfin.
"Dia kayak kesal sama gue?"
"Sepertinya iya."
Alan menatap Alfin meminta penjelasan.
"Gue salah apa ke Ara?"
*****
Alen memainkan kakinya, menendangi batu-batu kecil yang ada di hadapannya. Sedari tadi Alen belum beranjak pulang, ia menunggu Ara di parkiran. Alen tak tega untuk langsung meninggalkan Ara. Gadis itu sudah banyak membantunya sejak kemarin.
"Alen!"
Alen tersentak kaget, ia langsung menoleh dan lega melihat keberadaan Ara. Alen segera menangkupkan kedua tangannya.
"Sori, gue langsung pergi," sesal Alen.
Ara mendecak pelan.
"Iya gue tau. Kak Alan, kan?" tebak Ara.
Alen mengangguk dengan senyum masamnya.
"Iya."
"Berarti lo nggak sempat ketemu Kak Alan tadi?" tanya Ara penasaran.
"Ketemu," jawab Alen lemah.
"Beneran?"
"Gue nggak sengaja papasan di pintu perpustakaan. Dan, Kak Alan langsung pergi gitu aja. Dia ngelewatin gue tanpa nyapa gue."
Ara menghela napas pelan, merasa kasihan dengan sahabatnya. Apalagi saat melihat ekspresi sedih Alen saat ini, Ara bisa menebak apa yang dirasakan Alen. Ara segera mendekati Ara dan menepuk-nepuk punggung Alen.
"Lo sedih karena Kak Alan nggak nyapa lo?"
Alen menggeleng.
"Wajar dia nggak nyapa gue. Dia pasti benci banget kan sama gue?"
Kali ini Ara tak berani menjawab, lebih tepatnya tidak berani memberikan harapan palsu ke Alen.
"Apa yang harus gue lakukan sekarang? Bagaimana gue bisa kabulkan permintaan Sanda? Kak Alan aja nggak mau nyapa gue!!" pasrah Alen tak tau harus berbuat apa.
Ara melebarkan kedua tangannya dan langsung memeluk Alen, memberikan kekuatan kepada Alen. Ara berpikir sejenak, memikirkan cara agar Alen tidak kesusahan seperti ini.
Ah! Ara tiba-tiba mendepatkan sebuah ide yang snagat briliant. Ara segera melepaskan pelukannya. Tangannya memegang erat bahu Alen.
"Alen, lo selalu percaya sama gue, kan?"
Alen menatap Ara dengan was-was.
"Mu... Mungkin."
"Lo harus percaya sama gue!"
"Lo mau ngapain, Ra?"
Ara melebarkan senyum liciknya. Genggaman tangannya semakin kencang di kedua bahu Alen.
"Gue akan buat lo dan Kak Alan bisa dekat lagi."
*****
#CuapCuapAuthor
BAGAIMANA PART INI? SEMOGA SUKA YA ^^
KIRA-KIRA APA YANG BAKALAN DILAKUKAN SAMA ARA? ADA YANG BISA NEBAK?
PART INI SUDAH LEBIH PANJANG KAN DARIPADA PART KEMARIN? ATAU KURANG PANJANG? ^^
CHAMOMILE PART 11 AKU UPDATE HARI JUMAT YA. SETUJU KAN?
OH YA, ADA YANG NUNGGUIN FILM 12 CERITA GLEN ANGGARA TAYANG GAK? BAGI YANG MAU TAU INFO TANGGAL TAYANGNYA PANTENGIN INSTAGRAMKU LULUK_HF BESOK SIANG YA. BAKALAN ADA KEJUTAN ^^
JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN COMMENT YA. SELALU PALING DITUNGGU DARI TEMAN-TEMAN PASUKAN PEMBACA ^^
Jangan lupa juga untuk pantengin info-info tentang cerita Chamomile di Instagram luluk_hf dan lulukhf_stories yaa ^^
SELALU BACA CHAMOMILE, SELALU SUKA CHAMOMILE DAN SELALU SUPPORT CHAMOMILE ^^
SHARE DAN AJAK JUGA TEMAN-TEMAN KALIAN UNTUK BACA CHAMOMILE ^^
MAKASIH BANYAK TEMAN-TEMAN PASUKAN SEMUA. SELALU SAYANG KALIAN SEMUA DAN JAGA KESEHATAN YAA ^^
Salam,
Luluk HF
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro