Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Challenge Day 2

[Challenge Day 2 – Accepted]

Mystic Messenger Mini Oneshot Bahasa Indonesia

Love at First Sight

Story © Dark_Reason

Disclaimers © Cheritz

Pair : Jumin Han x [Name]

Genre : Friendship and Romance [Failed again, maybe]

Warning : AU!Schoolship, Jumin POV, OOC, Sudut pandang pertama, Alur cepat.

Sinopsis : Kehidupanku selalu monoton dan datar. Tidak ada sesuatu hal menyenangkan bagi diriku yang selalu bergelut dengan sesuatu yang merepotkan bagi orang lain. Aku hanya menjalani apapun yang ada di depanku dan berusaha menjadi yang terbaik. Namun, seseorang yang tidak kukenal masuk dalam pandanganku dan sesuatu menyerangku tiba-tiba. Siapakah dia?

.

.

.

.

.

Happy Reading!

.

.

.

Pagi hari yang cerah membuat sebagian besar siswa bersemangat karena hari Senin adalah hari yang memiliki lebih banyak waktu kosong daripada hari lainnya. Mereka lebih antusias untuk mengisi waktu kosong itu dengan hal yang menyenangkan. Namun, siswa harus melewati rintangan untuk mendengarkan penjelasan dari sang guru Matematika. Itulah yang kulewati selama satu tahun aku belajar di sekolah ini.

Sungguh bosan. Aku menghela napas panjang ketika guru di depan menjelaskan materi yang sudah kupelajari sampai hapal semua rumus bahkan tersulit pun aku paham. Aku melakukan pengamatan kecil untuk menghibur diriku sendiri. Walaupun begitu, ekspresi yang kukeluarkan datar seperti tak minat sama sekali.

Menoleh ke samping jendela, angin dari luar membuatku ingin tidur sejenak. Tetapi lagi-lagi aku harus menjaga sikapku sesuai perintah Ayahku yang cukup ketat dengan aturan ini dan itu.

Aku memandang kosong tanpa memerhatikan keadaan di luar. Namun, sekelebat sosok mencurigakan melewati pengawasanku. Mataku menyipit tajam untuk melihat itu, aku mengerjap sekali untuk memastikan bahwa apa yang kulihat bukan halusinasi.

Sosok gadis berada di luar gerbang sekolah, tepatnya di persimpangan arah kanan, gadis itu sedang berjongkok dan memainkan sesuatu. Tentu saja aku masih bisa melihat jelas sehingga aku mengetahui sosok lain yang lebih kecil dan mungil.

Kucing.

Binar mataku muncul memandang kucing itu gemas. Kucing berbulu hitam halus, hidung lucu, kumis kucing yng tipis, kaki yang cukup kuat untuk berjalan jauh, itulah yang kutangkap dari visualisasi kucing yang berada di depan gadis itu.

Sosok yang tidak kukenal sama sekali membuatku untuk berpikir keras. Siapakah dia? Apakah dia murid baru? Atau murid pindahan? Ah, bisa saja dari kedua pilihan itu sehingga aku belum mengenal dia. Aku menduga kalau gadis itu baru masuk hari ini. Mengapa? Karena aku sudah menghapal semua siswa di sekolah ini dengan baik. Tidak satupun terlewat bahkan guru pun ia mengingat mereka juga.

Mengetuk jariku di alas meja halus, aku sedikit tertarik untuk melihat tindakan yang akan dilakukan oleh gadis itu.

Gadis itu mengeluarkan kaleng kecil dari tas sekolahnya dan membuka sudut jepitan kaleng cepat. Setelah itu, ia menyerahkannya kepada kucing yang terlihat kelaparan. Ah, rasanya aku ingin ke sana untuk memberi makanan pada kucing tak beruntung itu. Tetapi, ingat kan kalau aku masih mengikuti kelas membosankan ini. Aku menampilkan tersenyum tipis melihat kebaikan gadis itu yang luar biasa.

Setelah dia memberikan makanan, sang gadis mengusap kepala kucing berbulu hitam dengan sayang. Entah mengapa sikap yang dilakukan oleh dia lagi-lagi membuatku tersenyum. Lalu dia berdiri cepat dan menengok jam yang melingkar di tangannya. Dia menepuk keningnya, segera berbelok arah menuju gerbang yang sudah tertutup setengah jam yang lalu dengan kecepatan lari cukup sedang.

Aku memandang prihatin kepada dia karena harus menemui guru penjaga sangat tegas terhadap peraturan sekolah. Raut wajah gadis itu tersenyum gugup seraya membungkuk tubuh seperti meminta maaf. Namun, guru tidak memberikan ampunan kepada dia walaupun gadis itu sudah melakukan sesuatu yang bisa bebas dari guru tanpa harus melewati rintangan sulit.

Guru penjaga menggeleng kepala bijak seraya menunjuk taman sisi kanan gedung. Taman yang jarang dirawat oleh sekolah dan dibiarkan begitu saja. Tanpa diberitahu pun, aku sudah tahu kejadian yang akan terjadi beberapa detik selanjutnya. Dia mengikuti petunjuk guru itu pun mengangguk lemas. Ah, dia rupanya cepat menyerap informasi tanpa harus dikatakan secara langsung.

Sang gadis kembali membungkuk sopan kepada guru dan berlari menuju taman. Ia mengambil sapu lidi yang sudah dipersiapkan di dekat pohon jambu oleh guru penjaga jikalau ada siswa terlambat datang sekolah. Kali ini gadis itu menerima titah yang menurutku cukup membuat dia jera.

Tetapi, aku tidak menyalahkan perbuatan sang gadis karena dialah penolong kucing tak beruntung itu. Justru aku mendukung sikap gadis itu sepenuh hati. Tunggu, apa yang kupikirkan? Mengapa aku terlalu memikirkan kondisi dia? Menghela napas pendek, aku menggeleng kepala sekilas. Sekali lagi memandang dia, gadis itu pasti baik-baik saja, pikirku. Setelah perdebatan tak berguna berada di pikiranku, sebaiknya aku fokus belajar daripada guru yang mengajar di kelasku melihat sikap aneh yang kulakukan. Tanpa kusadari, sulur hangat mengetuk sanubariku terdalam tanpa permisi.

------

Bel istirahat berdering nyaring, semua siswa berhamburan keluar kelas. Tidak ada mata pelajaran lain setelah ini sampai pulang sekolah. Membereskan buku ke dalam tas, aku mengambil kotak bento buatanku sendiri. Menaruh bento di meja, manikku kembali menengok keluar jendela seakan ada hal yang menarikku untuk melihat gadis itu lagi. Dia berbaring nyaman di atas rumput hijau seraya menutupi wajahnya.

Aneh, itulah yang kurasakan. Mengapa aku harus memikirkan dia? Seharusnya aku akan makan sekarang dan pergi ke perpustakaan untuk mengisi waktu luang. Aku segera berdiri cepat, mengangkat kotak bento itu ringan lalu melangkah keluar kelas. Membiarkan kakiku melangkah kemana, aku mengikutinya. Lagi, ini sungguh aneh. Ada apa denganku?

Membuka pintu belakang sekolah, menghubungkan langsung ke aku melihat gadis itu masih berbaring nyaman tanpa takut seragamnya kotor. Tidak ada siswa yang berlalu-lalang sekitar taman ini. Aku mendekati sang gadis diam-diam lalu duduk di sampingnya. Aku memandang wajah dia teliti.

Deg!

Deg!

Deg!

Deg!

Deg!

Jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya membuat diriku bingung harus melakukan apa.

.

"Jumin! Aku akan memberitahumu sesuatu!" ujar Seven mendekati Jumin yang diam saja.

Aku menaikkan garis alisku saat mendengar perkataan temanku terlalu senang. Aku membiarkan dia mengucapkan apapun yang dia inginkan.

"Kau tahu? Jika ada seseorang yang bisa membuat jantungmu berdetak cepat tanpa alasan jelas saat kamu melihat wajahnya lebih dekat, kamu menyukai dia dalam pandangan pertama! Aku yakin kamu akan berada fase ini secepatnya. Ramalan God Seven tak pernah salah!" seru Seven antusias. Aku yang menangkap perkataan dia hanya memberi balasan dengan memutar mata bosan.

.

Mengingat kilasan beberapa hari yang lalu, wajahku sedikit memanas. Segera, aku memalingkan muka seraya menutupi pipiku yang hangat.

"Suka dalam pandangan pertama? Apakah ini yang kurasakan?" batinku menengok langit biru cerah. Menggaruk pipi tak gatal, aku akan mencari jawaban ini agar aku tidak salah dalam mengambil keputusan.

"U-uh, kamu siapa?" Suara merdu dari sampingnya membuatku menoleh cepat. Kembali, jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Wajah sang gadis yang tadinya tertutupi tangan, sekarang aku bisa melihat dengan jelas. Tidak ingin memberikan kesan tak nyaman, ekspresi wajahku netral.

"Aku Jumin Han." Jawabku singkat seraya menormalkan degupan asing menyerangnya.

"Ah, akhirnya! Aku adalah [Surname] [Name]! Salam kenal, Jumin!" ujar sang gadis tersenyum ceria dan mengulurkan tangan ke arahku.

Selama beberapa detik aku terdiam. Tangan kananku bergerak menyambut tangan dia. Sengatan listrik memenuhi tubuhku saat aku memegang tangan dia. Memberikan senyuman tipisku, aku mengangguk. "Salam kenal, [name]."

Sepertinya ... aku telah menemukan jawaban sebenarnya sendiri.

.

.

.

.

.

End

.

.

A/N:

*colek HarukaNatsu* Ending yang aneh ya ^^;; //ditabok// Saya tidak tahu harus berkata apa untuk mini Oneshot kali ini. Semuanya mengalir deras saat saya mengetiknya. Saya berharap Miu-san dan pembaca menyukai karya ini dan paham alurnya :""")) Kalau belum paham, monggo tanya sini, saya tak akan gigit ^^ Well, lagi-lagi telat sekali :""")))) Pengen nimpuk diri sendiri T_T Sampai jumpa part challenge selanjutnya. ^^

.

.

[Challenge Day 2 – Done]

.

Cheer~
Dark_Reason
29/30/2017

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro