Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

This is an order!

Rabu, 9 September 2020
Challenge ketiga dari ZeroHyuto68

Character : Dazai Osamu x Satou Izumi (Oc)
Tema/Genre :
- Romance
- Kuro no jidai / Dark Era
- Sadistic Dazai
- Dandere Izumi

Challenge Accept

★Next★

Pagi itu seorang wanita berambut pendek hitam kemerahan, berjalan di koridor menuju sebuah ruangan. Ia diminta untuk bergabung dengan seorang eksekutif untuk sebuah misi. Sebenarnya ia sendiri tak yakin, apakah dirinya mampu untuk berada dalam misi tersebut.

Pasalnya eksekutif itu adalah Dazai Osamu. Pria yang dikenal sangat dingin dan mengerikan. Berbeda dengan dirinya yang bahkan tak tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan baik.

Knock knock

Ia akhirnya sampai dan mulai mengetuk pintu ruangan pria tersebut. Dari luar, dirinya bisa mendengar suara Dazai yang mengizinkannya untuk masuk ke dalam. Perlahan wanita tersebut membuka pintu dan berjalan masuk.

"Siapa kau?" tanya Dazai menatap langsung pada kedua mata wanita itu.

"N-namaku S-Satou Izumi. S-saya diminta untuk bergabung d-dalam misi Anda, Dazai-san. Mohon bantuannya," Izumi membungkuk di hadapan Dazai.

"Hee.. Jadi kau yang dikatakan akan bergabung," pria itu bangun dari kursinya dan berjalan mendekati Izumi. Izumi membangunkan dirinya dan memperhatikan Dazai yang berjalan mengelilinginya.

"Apa yang membuatmu pantas berada di kelompokku?"

"E-ehh..? A-aku.. Aku.."

"Aku hanya bercanda. Kudengar kau mahir menggunakan katana. Dan sepertinya kau membawanya," Dazai melirik katana yang terikat di pinggang Izumi. Izumi hanya bisa mengangguk.

"Baiklah aku menerimamu di sini. Selama kau berguna untukku, kurasa tak masalah,"

"Haa.. Syukurlah," pikir Izumi. Namun, baru selesai ia merasa lega. Wajah Dazai tiba-tiba saja berada di depan wajahnya. Sangat dekat dan hampir saling bersentuhan satu sama lain.

"Tapi.. Jika kau membuat kesalahan dan menghalangi misiku. Aku tidak akan segan segan untuk melenyapkanmu, mengerti?"

"B-baik!"
"Mengerikan.." tangis Izumi dalam hati. Tapi di saat yang bersamaan, jantungnya juga berdegup dengan kencang. Ia belum pernah begitu dekat dengan seorang pria sebelumnya.

"Baiklah kalau begitu, kau boleh pergi. Bergabunglah dengan yang lain. Aku akan ke sana begitu selesai dengan semua ini," ujar Dazai berjalan kembali ke mejanya dan duduk.

Izumi bisa melihat ada banyak dokumen di atas meja. Ternyata menjadi eksekutif memang tidaklah mudah. Tanpa sadar, dirinya terus berdiri di sana dan memperhatikan Dazai. Wajah serius Dazai yang membaca dokumen itu membuatnya terpana. Mungkin karena ia berada di masa puber dan umurnya yang masih dibilang muda. Ia merasa jatuh cinta pada pandangan pertama.

Izumi penasaran, seperti apa Dazai sebenarnya. Ia selalu mendengar rumor Dazai sangat kejam dan sebagainya. Tapi ia seperti melihat sisi yang lain dari Dazai saat itu. "Kau masih di sana? Kau tidak mendengar perkataanku?"

"Aahh.. M-maaf!" Izumi membungkuk karena panik, "Saya segera pergi. Maaf mengganggu Anda," ia pun berlari keluar ruangan.

Dazai hanya menghela napas panjang lalu kembali dengan pekerjaannya, "Satou Izumi.."

★Next★

Hari yang ditunggu akhirnya tiba, Izumi berada di dalam kelompok Dazai bersama anggota lainnya. Wanita itu hanya mengenakan kemeja putih, rompi hitam dan celana panjang. Ditambah dengan katana yang selalu ia bawa ke mana mana.

"Jadi kau anggota baru di kelompok ini," Izumi mendengar suara seorang pria berbicara padanya. Ia pun menoleh dan mendapati pria berpakaian hitam dengan kulit sedikit pucat.

"I-iya," jawab Izumi.

"Begitu rupanya. Kau tidak terlihat begitu berguna untuk Dazai-san. Uhuk uhuk.."

"M-maaf.. Tapi boss yang memintaku bergabung,"

"Begitu," jawab pria itu singkat. Izumi hanya bisa tertunduk diam. Ia takut kalau pria itu akan memperlakukan buruk dirinya. Karena ia pernah mendengar salah satu bawahan Dazai yang selalu membunuh siapapun. Dan mungkin saja itu pria yang dimaksud, Akutagawa Ryuunosuke.

Setelah dua jam, mereka akhirnya menjalankan misi tersebut dengan menyerbu sebuah markas. Semua orang menembaki satu persatu orang di sana. Sedangkan Izumi terdiam di barisan belakang. Kemampuannya menggunakan katana, tidak bisa digunakan di saat seperti ini.

"Bagaimana ini..? Aku harus bagaimana? Aku berdiri di sini seperti orang bodoh. Tapi aku tak mungkin bisa maju dan melawan mereka dari jarak dekat dengan katanaku," pikir Izumi bingung.

Dari kejauhan, ia melihat Dazai berdiri di depan tanpa melakukan apapun. Ia berdiri layaknya tak terjadi apa apa. Padahal banyak sekali peluru yang terbang ke arahnya. Bahkan sampai tubuh serta wajahnya tergores oleh peluru, ia tetap tersenyum menatap musuhnya.

"Apa dia tak merasakan sakit? Ada apa dengannya? Kenapa dia masih bisa diam dan tak bergerak di saat seperti itu?"

Tak lama, aksi saling tembak pun selesai. Mereka kembali ke markas Port Mafia setelah mendapat apa yang mereka cari. Namun, sesampainya di sana Izumi takut untuk bertatap langsung dengan Dazai.

Ia takut Dazai akan melenyapkannya. Karena ia sadar, ia tak melakukan apapun di tempat tadi. Perlahan Izumi meninggalkan tempat itu, tapi tiba-tiba..

"Kau!" tubuhnya seperti di setrum listrik beberapa ribu volt saat mendengar suara Dazai memanggilnya. Anggota lain yang bahkan tadi sibuk bicara langsung berhenti.

"Bagaimana ini.. Aku harus bicara apa..?"

Perlahan Izumi berbalik dan menemukan Dazai bicara dengan anggota lain. Ia menghembus napas lega karena itu bukan dirinya.

"Aku melihatmu berlari ke barisan belakang dan tak melakukan apapun,"

"!!" perkataan Dazai seperti menghantam dirinya juga.

"M-maaf Dazai-san. Saya--"

"Kau anggota yang tidak berguna,"

"T-tapi.. Wanita itu juga begitu! Dia tak melakukan apapun dan tetap diam di barisan belakang!" pria itu menunjuk ke arah Izumi. Arah mata Dazai langsung melirik padanya. Tentu Izumi sangat terkejut bukan main. Ia jadi terseret ke keadaan seperti ini.

"Aku harus mengatakan sesuatu. Aku tidak boleh diam saja!"

"A-aku--" belum selesai Izumi mencoba untuk menjelaskan sesuatu, Dazai sudah memotong perkataannya.

"Dia menggunakan katana. Memang tidak cocok untuk pertarungan jarak jauh. Ditambah dia seorang wanita. Kau ingin menyamai dirimu dengan seorang wanita cantik sepertinya? Jangan bercanda," jelas Dazai.

"Apa baru saja Dazai-san mengatakan aku--"

"Izumi!" tiba-tiba Dazai memanggilnya. Wanita itu langsung terkesiap dan berlari mendekati Dazai.

"Ya, Dazai-san?"

"Lenyapkan dia,"

"Maaf?" Izumi terkejut mendengar perkataan Dazai. Dazai ingin dirinya melenyapkan pria itu?

"Kau tidak dengar? Ini perintah, lenyapkan anggota yang tidak berguna. Anggota yang takut akan kematian saat bekerja, hanyalah seorang pengecut. Sekarang hadapilah kematian yang sesungguhnya,"

Izumi menarik katananya dan bersiap menebas pria itu. Tapi ia merasa sangat ragu. Ia ragu untuk membunuh seseorang. Karena pria itu tak melakukan kesalahan. Pria itu bukanlah musuh. Ia hanya mencoba untuk tetap hidup, itu saja.

"Izumi!" wanita itu refleks kembali menoleh pada Dazai.

"Kenapa? Kau tak bisa melakukannya? Hanya karena aku mengatakan katanamu tak bisa digunakan untuk serangan jarak jauh. Bukan berarti kau bebas dari hukuman ini juga. Tapi aku tak akan membunuhmu, kau harus membunuhnya untuk bebas dari hukuman ini,"

"T-tapi aku.." Izumi melirik pria yang hanya bisa terduduk menunggu kematiannya.

"Benar-benar tidak berguna," ujar Akutagawa yang berjalan dan berdiri di belakang Dazai.

"Ya, kau benar. Berikan pistolmu," Dazai menerima sebuah pistol dari salah satu bawahannya. "Jika kau tidak bisa melakukannya. Maka aku akan membunuh kalian berdua,"

"Tidak.. Aku tidak ingin mati sekarang!"

Dor dor dor dor!
Trang..trang..

Enam tembakkan yang Dazai lepaskan pada Izumi dan salah satu pria di belakangnya. Dapat dihindari dengan membelah peluru itu menjadi dua. Benar, Izumi dengan cepat membelah peluru tersebut sebelum akhirnya mengenai dirinya. Walau ada satu yang berhasil menggores pipi kirinya. Hingga darah mengalir dari bekas goresan itu.

"Haa... Haa.. Haa.." Izumi hampir kehabisan napas karena ia harus dengan cepat bergerak sebelum peluru itu mengenainya. Ia jatuh terduduk karena terlalu lelah.

"Lihat? Kau bisa melakukannya. Seharusnya kau berdiri tepat di hadapanku agar kau bisa menahan peluru itu agar tak mengenaiku,"

"Haa.. Tapi.. Aku tak bisa.. Melakukannya terlalu cepat.."

"Aku tidak peduli akan hal itu. Tapi, jika sekali lagi kau hanya berdiam tanpa melakukan apapun. Aku akan menembakkan peluru sebanyak mungkin dari segala arah, mengerti?"

"Hebat, pelurunya terbelah sempurna menjadi dua," puji seseorang dengan mengambil peluru tersebut.

Melihat Izumi hanya terdiam, Dazai langsung menarik tangan wanita itu pergi dari sana.

"Kau baik baik saja, kawan?" tanya anggota lain pada pria yang tadi hampir dihukum mati.

"Ya. Untung saja peluru itu tak mengenaiku,"

"Jika aku jadi kau, aku akan menolak permintaab Dazai-san melakukan akting berbahaya seperti itu. Beruntung wanita itu tak menebasmu. Bagaimana jika itu terjadi? Kau akan terbelah seperti peluru ini,"

"Mengerikan.."

Akutagawa hanya diam memperhatikan percakapan dua orang itu, "Izumi. Tidak buruk juga,"

★Next★

Dazai menarik lengan Izumi menuju ruangannya. Ia pun menghempaskan Izumi ke atas Sofa. Sedangkan dirinya mengunci pintu ruangan tersebut.

Izumi gemetaran, ia tak tahu apa yang akan Dazai lakukan padanya. "D-Dazai-san.. Apa yang akan Anda.."

"Kau tahu, aku akan selalu menghukum anggota yang tidak berguna,"

"Apakah yang tadi.. Tidak cukup baginya?"

Dazai mendekat Izumi seraya melepas perban yang menutupi mata kanannya. Kini Izumi bisa melihat kedua mata pria yang ada di hadapannya. Jantungnya berdebar sangat kencang. Ia mencoba untuk mengontrol perasaannya. Tapi ia tak bisa.

Lalu Dazai mengikatkan perban itu menutupi kedua mata Izumi. Pikiran Izumi mulai kacau saat ia merasakan sesuatu yang kenyal dan basah menerpa wajahnya.

"Apa dia.. Menjilat darah di wajahku?!"

"Aku sebenarnya tak ingin melakukan ini. Tapi aku tak punya pilihan lain," Dazai menarik lepas katana dari pinggang Izumi. Ia bahkan melepas rompi serta kemeja Izumi ia lepas sebagian hingga menunjukkan punggungnya yang indah dan lembut.

"A-apa yang akan ia--"

Ctass!!!

"Aaahhhh!!!" Izumi merasakan sakit dan juga perih di bagian punggungnya. Ternyata Dazai mencambuknya dengan ikat pinggang.

"Apa itu menyakitkan?"

"Hiks.. I-iya.." air mata wanita itu mulai mengalir dari kedua matanya.

Ctasss!!!

"AAAAA!!!" untuk kedua kalinya, Dazai kembali mencambuk Izumi. Di punggung wanita itu, terdapat bekas dari dua cambukkan tersebut. Setelah itu, Dazai kembali memakaikan kemeja Izumi dan memeluk wanita itu.

"Aku tahu kau tak akan menyukainya. Tapi inilah yang akan kau hadapi selama bekerja denganku, Izumi. Ikuti perintah yang kuberikan padamu,"

Izumi mengangguk sambil menahan air matanya. Ia masih tak dapat melihat karena perban itu masih menutupi kedua matanya. Tapi ia bisa merasakan kehangatan Dazai memeluk dirinya.

"Apapun yang kukatakan, kau harus mengikutinya. Karena kau terjebak bersamaku. Sekarang dan selamanya Satou Izumi,"

Sejak hari itu, Izumi menjadi sebuah boneka untuk Dazai. Ia mengikuti semua yang Dazai katakan. Izumi yang ceria walau pemalu, berubah menjadi boneka dengan tatapan yang kosong dan hanya Dazai yang ada di dalam kepalanya.

"Izumi, ini perintah. Habisi semua orang ditempat ini tanpa terkecuali,"

"Baik, Dazai-san."

The End

Upnya telat lagi, semalam malah ketiduran. Gomen ne..

Dari story sebelumnya, endingnya tidak bagus lagi ya..
Kisah cinta.. Tidak semuanya akan berakhir baik, benar bukan?

Okay, next challenge Rai usahakan sore atau siang ini. Maksudnya hari kamis. Karena di sini tanggal Rai tulis tanggal kemarin.

Okay see ya next chapter~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro