Robot Pompom
Judul : Robot Pompom
Karya :
Diana
Iska
Thasha
Orang-orang berkeliaran, seakan-akan dikejar oleh sesuatu. Mereka berlalu lalang sambil membawa tumpukan berlas-berkas penuh coretan yang terlihat amat sangat penting.
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, tapi di gedung ini masih berkeliaran banyak orang yang bekerja. Entah itu benar-benar bekerja ataupun hanya berpura-pura.
"Bagaimana jadinya? Sudah selesai?" tanya perempuan berambut keriting itu kepada Anton.
Antan menundukkan wajahnya, tangannya mengepal rambutnya. Ia terlihat frustasi.
"Entahlah, beberapa perhitunganku belum tepat untuk ditempatkan di masa lalu, memperbaiki bumi di masa lalu lebih tepatnya," ujar Anton dengan nada meringis. Dia sudah mulai lelah.
Meneguk air mineralnya sampai tuntas, Anton kembali berujar, "Apapun itu. Robot Pom-Pom harus selesai."
Frustrasi, memang. Namun, tekad Anton sudah bulat.
"Sudahlah, An. Ini sudah tengah malam. Kita bisa rehat sejenak." Lagi, perempuan berambut kririting mengingatkan Anton namun untuk keberapa kalinya Anton mengedikkan bahu. Pria itu tak mau menyerah sebelum robot pompom selesai di tangannya.
"Mungkin. Sedikit sentuhan akan lebih baik. Biar kuperbaiki lagi."
Anton. Selalu seperti itu. Keras kepala. Dan, ambisius.
*****
Butuh waktu lama sampai akhirnya robot mini yang diberi nama Pom Pom itu bisa selesai. Anton menatap mahakaryanya dengan tatapan penuh kebanggaan.
Akhirnya, setelah lebih dari tiga tahun berkutat dengan segala perhitungan rumit, robot berbentuk telur dengan sepasang tangan dan kaki itu bisa berdiri tegak di hadapannya.
"Pom Pom siap melayani, Tuan!"
Anton menyeringai, di otaknya sudah berkeliaran berbagai macam hal yang akan ia perbuat bersama robot ciptaannya tersebut.
"Baiklah, Pom Pom! Sekarang sudah saatnya kamu mengerjakan tugas pertamamu! Pastikan kamu melaksanakan tugas ini sebaik dan secepat mungkin. Jangan sampai ada orang yang curiga." Anton menyipitkan mata, kemudian berdeham sebentar, "Lakukan tanpa jejak."
Mata robot yang sebelumnya berwarna kebiruan itu seketika berubah merah. Bersamaan dengan itu, seringai di wajah Anton semakin melebar.
Akhirnya, rencana yang dari dulu ia susun akan menjadi nyata mulai sekarang.
Akhirnya.
Penantiannya selama ini tidak sia-sia.
*****
"WOI! MAU DIBAWA KEMANA CELANA DALAM GUE!"
Pom Pom melesat secepat angin. Seorang wanita berambut pirang mengejarnya dari belakang sambil membawa sebuah pentungan besar.
Anton yang mengintip dari layar komouternya mendecak kesal. Sepertinya Pom Pom masih butuh banyak perbaikan.
Robot itu masih belum ahli melakukan tugasnya. Ck, bisa-bisanya ia ketahuan! Bikin malu saja!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro