5
Tempatnya kini tidak aman lagi, dia harus segera meminta bantuan. Mengingat Forst bisa melukainya kapan saja, Putri mengambil salah satu sulur, mencengkramnya kuat lalu melompat dari menara. Gaunnya menjuntai-juntai di udara lalu terseret kasar melawati bebatuan pondasi menara.
Sambil berlari dia meniup seruling dan memainkan tiga not untuk memanggil kawanan burung peniru.
“Lindungi aku!” teriaknya kepada kawanan burung peniru yang terbang rendah.
Puluhan bahkan ratusan burung peniru membentuk formasi tempurung guna melindungi sang Putri. Kaki mungilnya menancap lumut-lumut tanpa alas, melompati akar-akar yang mengurat, dan memercikan genangan embun.
Dia harus pergi ke danau sesegera mungkin. Yang ada dipikirannya sekarang hanya menuju kemenangan yang damai, memukul Factionless dengan kekuatan alam itu sudah sepadan dengan kerusakan yang mereka bawa.
Putri terkinjat setelah bola api menyambar bagian kiri perlindungannya, dari sudut mata dia melihat bahwa itu adalah tank terbakar yang di lempar Treeant. Mereka semakin dekat dengan danau, ini tidak boleh dibiarkan. Putri terus menapak sejauh dan secepat yang dia bisa.
Namun, sensasi tersengat listrik tiba-tiba menjalari dadanya. Rasa itu menggerogoti jantung seperti ribuan semut menggigit secara serempak. Putri tersungkur sambil memegangi dada kirinya kuat-kuat, dia tahu di garis depan ada banyak pasukannya yang gugur secara drastis.
“Florest!” Putri teringat pasukan kecilnya yang anggun, ia tidak terima jika mereka gugur. “Jangan punah demi aku, Florest!”
Saat badannya berpaling ke pusat perang, Putri tak kuasa menahan air matanya yang mengalir deras. Dia baru saja melihat pasukan Florest menjadi abu yang terbang bersama serbuk-serbuk bara api.
Walau tertatih, Putri tetap memaksakan diri untuk bangkit. “Aku tidak akan menyia-nyiakan kepunahan Florest!”
Tangannya mengais apa saja yang bisa menjadi penyokong tubuhnya. Lagi dan lagi, sengatan itu datang kembali. Kali ini sampai membuatnya hampir tak sadarkan diri. Burung-burung peniru dengan sigap membentuk jalinan agar putri bisa menaiki mereka. Jalinannya terus bertambah hingga membentuk kuda dengan bulu-bulu hitam.
Jauh dari menara membuatnya sulit memantau apa yang terjadi di garis depan. Dia hanya bisa menerka-nerka pasukan mana lagi yang harus dia korbankan untuk melawan Factionless.
Burung-burung itu menghentak-hentakkan kaki, berkicau tak karuan, dan buyar seketika menjatuhkan Putri hingga gaunnya robek. “Tenanglah! Apa yang membuat kalian kacau?”
Samar-samar dia mencium bau buah yang tidak disukai burung Peniru. Blueberry!
“Kau kira kau mau ke mana?” Forst datang dengan senyum dan tatapan sinis.
Valena mundur perlahan, menjauh dari Forst yang membawa trisula dan serbuk buah blueberry untuk mengusir burung-burung peniru.
“Aku sudah buat perjanjian yang mudah untukmu. Tapi kau menolak!” Segera trisula itu meluncur dari genggaman dan mendarat di batang pohon. Senjata itu menancapakan gaun sang Putri beserta daging lengannya. Tampak raut kesakitan yang teramat di paras pucatnya.
“Seharusnya kau berperang seperti seorang Amity, Forst!" Meski lengannya terluka parah, Putri berhasil membuat sulur untuk mengantung kaki Fort lalu menarik trisula dan pergi membawanya.
“Tidak semudah itu, Valena!”
Seperti magnet yang didekatkan dengan besi, trisula itu melesat menghampiri pemiliknya dan berhasil membuat Fort lolos dari jerat. Sekali loncatan, Forst berhasil membuat Valena terjatuh. Ia mengunci kedua tangan Valena dengan lutut, menduduki perut, dan mengancungkan trisulanya tepat di leher Valena.
“Asal kau tahu, Valena. Aku tidak berperang seperti orang Amity, karena aku memang bukan seorang Amity!” jeritnya membuat burung-burung kecil berterbangan. “Aku dilahirkan di keluarga Amity bukan berarti aku Amity! Amity membuatku muak!”
Satu tusukan berhasil terelak berkat debu-debu yang dilemparkan Valena tepat di mata Forst, setelah susah payah meloloskan tangannya. Debu-debu tersebut membuatnya mengaduh dan melemah. Cepat-cepat Valena bersembunyi dengan menyeret tubuh lemahnya di balik semak yang rimbun.
"Kerja bagus Valena! Kerja bagus!" dengus Forst. "Tahukah kau? Kelakuanmu membuat pasukan batang pohon bodohmu hangus! Factionless meledakkan mereka dengan rudal! Sebentar lagi, parit-parit, tumbuhan tak bergunamu, bahkan penduduk yang kau cintai akan rata setelah di bumihanguskan dengan nuklir mereka!"
Valena tetap merunduk di balik semak, mencari cara agar Forst menjauh. "Kau pengkhianat!"
"Aku memang pengkhianat dari dulu!" katanya bengis dan sinis. "Aku sudah lama ikut Factionless! Ketika ada berita seluruh faksi akan diserang, betapa gembiranya aku mendengar itu. Artinya jika mereka menang ... aku akan dapat wilayahku sendiri dan mendapatkan kekuatan metal dari klan tertinggi yaitu kau!”
"Tidak semudah itu!" Valena terus merangkak dari satu semak ke semak lain. Mencari batu supaya bisa digunakan untuk senjata dan terus memancing Forst berbicara.
"Jika Factionless menang semua akan mudah!" ujarnya penuh keyakinan. "Kau ingat saat aku diutus ke perkumpulan seluruh faksi? Salah satu pegawai lab bilang aku tak punya sifat dan gen Amity, karena kasihan dia merahasiakannya dari semua pemimpin fraksi. Dia bilang semua tes yang kujalani mengatakan bahwa aku seorang Divergent!"
"Jika kau seorang Divergent, seharusnya kau lebih baik dari kami bahkan dari Factionless!"
Forst tertawa keras, dia menyindir semua yang dikatakan oleh Valena. "Lebih baik berarti ancaman bagi semua faksi!" Dia masih terus mencari-cari Valena yang bersembunyi. "Kau pikir kenapa aku masuk ke Factionless? Mereka menjanjikan tempat yang aman, untuk para Divergent dan orang-orang yang menolak adanya fraksi!"
"Tempat yang nyaman? Apa itu artinya harus menindas orang yang tak bersalah?"
"Bukan orang yang tak bersalah, tapi orang yang lemah sepertimu!"
Akhirnya Forst menemukan Valena yang bersembunyi di balik tanaman yang mereka bilang Black Door. Sekalinya termakan maka kau akan segera masuk ke peti atau sama dengan pintu hitam. Valena sedang meremas-remas buahnya untuk menjadi racun saat dia melemparkan batu ke Forst. Sayang gadis itu kalah cepat. Tubunya kembali tertindih dan terkunci.
"Valena," panggil Forst dengan seringai mematikan. "Kenapa menikah denganmu adalah tawaran termudahku? Agar aku lebih mudah mengambil hati metal milik keluargamu!"
"Kau harus membunuhku dahulu supaya kau tahu di mana aku menyimpannya!"
Setelahnya terdengar siulan putri, siulan satu not tinggi yang nyaring. Itu mengundang dengungan keras dari lebah penjaga. Lebah-lebah itu menukik tajam, menyengat Forst, dan mendesaknya untuk pergi. Valena menyeret tubuhnya mendekat ke danau agar air danau bisa menyembuhkan seluruh lukanya.
"Kau kira aku akan mati dengan sengatan lebah busukmu, hah? Terima sajalah untuk memberi hati metalmu, kerena aku tahu di mana kau menyimpannya!"
Sekian lama bertahan, akhirnya ini jadi pertahanan terakhir. Seketika darah mengucur deras dari jantung Valena dan menguarkan aroma logam dan mawar. Lalu seberkas cahaya muncul dari dadanya, mengeluarkan benda bundar berbahan besi putih.
"Kau tau Valena? Semua penerus klan tertinggi Amity menanam hati metal di dadanya. Hati yang menghubungkan semua perasaan rakyat, tumbuhan dan hewan."
Jauh di garis depan, Brian sebagai pemimpin pasukan kewalahan menahan serbuan peluru dan rudal Factionless. Florest dan Treeant telah musnah, setengah kawasan hutan terbakar, kaum adam banyak yang gugur. Tumbuhan racun pun tak banyak membantu karena tergilas roda-roda tank dan injakan tentara Factionless.
"Pasukan kanan tetap lindungi parit!" Dia tahu bahwa di sana banyak kaum hawa dan anak-anak sedang berlindung. Namun, ketika pasukan yang tersisa membantuk formasi benteng agar kawasan menara dan danau tak tersentuh, semua tumbuhan dan hewan menunjukkan sisi tak berdaya mereka.
Semua layu dan lemas, seluruh hutan berubah kuning kecokelatan, dan mengering.
" Tetap dalam formasi!"
Pemuda itu seketika ingat dengan perkataan putri sebelum perang meledak. “Jika hutan tidak seperti biasa dan keadaan mendesak, bersiulah seperti yang kuajarkan, panggil Rino! Suara hentakan kakinya akan membangunkan tumbuhan Goblin!” Brian tidak mengulur waktu lagi, ia langsung bersiul seperti yang diajarkan Valena.
Getaran-getaran mulai terasa mengguncang bumi. Kuat, semakin kuat dan kian menguat, terdengar ada gemuruh hentakan tapak yang membuat gempa lokal yang dasyat.
"Rino telah datang, teman-teman! Dan sebentar lagi Goblin akan mencabik-cabik mereka dengan cipratan asam. Semua berlindung! Jangan sampai terkena cairan asam mereka!"
Segerombolan badak putih dengan corak sulur-sulur emas menyeruduk pertahanan Factionless membabi buta, menginjak kendaraan mereka hingga rata dengan tanah.
Selang beberapa menit gundukan-gundukan tanah muncul menumbuhkan tunas dari dalam tanah. Tunas itu tumbuh mengganas menimbulkan percikan-percikan asam dari bunganya, meleburkan apapun yang terkena cairan hijau itu.
Brian bergegas ke menara, mencari putri Valena, tapi gadis itu tidak ada di sana. Ketiadaan itu menyulutkan rasa panik yang membuat pikirannya melayang liar tak terkontrol.
"Danau! Iya, dia pasti di sana. Itu pertahanan terakhir!"
Dia bergegas menuju danau dan berdoa agar Valena baik-baik saja. Namun, di tengah perjalanan, ia bertemu dengan Forst yang menenteng benda bundar keperakan.
"Itu kan ...." Brian mendelik singkat, bertukar dengan tatapan tajam.
"Hati metal! Aku akan memberikan ini pada pemimpin Factionless!" ucap Forst bangga pada Brian.
"Kau...?" Brian hanya terperangah.
Bayangan menyeramkan tiba-tiba menghantui kepala Brian. Apa jadinya jika Putri Valena benar-benar tidak bisa bertahan? Bagaimana jika sekarang rambutnya berubah cokelat dan pupil matanya berganti warna gelap—seperti semua penduduk Amity di kalangan sederhana dan bukannya bangsawan?
"Kembalikan benda itu dan aku akan menjamin hidupmu," bujuk Brian, namun sepertinya tidak berhasil.
"Tidak akan!" hardik Forst, lalu mengeluarkan tabung yang ujungnya runcing. Menyuntikkan cairannya secepat kilat ke tangan Brian tanpa sempat dielak oleh pemuda itu. "Ini adalah serum uji coba. Apakah seorang Amity sejati mampu melawannya?"
Forst meninggalkan Brian begitu saja.
Serum itu dengan cepat menyatu ke dalam aliran darah Brian. Membuat halusinasi hebat, gambaran tentang penyiksaan manusia dan hewan bergentayangan di bawah alam sadarnya. Menggerogoti semua kejernihan pikiran yang dia punya hingga akhirnya terkapar tak berdaya di atas lumut yang menguning.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro