#ceritaJafreida2
“look! Langit senja hari ini cantik banget ya?”
Mendengar itu, Nae mendongak ikut menatap langit diatasnya, lalu tersenyum. “kaya aku?”
Fatih menoleh kearah Nae, dua jari telunjuk dan jempol kanannya terarah untuk menyentil dahi Nae. Sakit sih, tapi Nae hanya menanggapinya dengan tawa.
“lo juga cantik. Tapi jangan geer, gue cuma berniat untuk memuji ciptaan Tuhan”
Nae mengerjap, tidak tahu harus senang atau sedih mendengar pujian dari cowok itu. ia memilih untuk mengangkat benda pipih kesayangannya, berniat untuk memotret langit senja--yang kata Fatih terlihat cantik-- menggunakan hp vivo y53 miliknya. tapi kemudian ia berdecak begitu melihat hasil fotonya kurang memuaskan.
“dasar hp kentang!” serunya sebal.
“begitulah, Nae. Mata kita gak ada tandingannya sama kamera manapun. Ciptaan Tuhan gak bisa ditandingin sama ciptaannya ciptaan Tuhan.”
“coba lo liat tangan gue nih” lanjut Fatih. Lelaki itu berdiri di hadapan Nae, lalu mengarahkan tangannya sepuluh senti tepat dihadapan mata Nae, dengan bingung Nae menurutinya.
“lo fokus ke jemari gue, terus lo perhatikan baik-baik. Lo gak mesti ribet ngatur ISO, aperture, shutter-speed untuk liat gambar yang bagus. Pengaturan mata kita udah otomatis. Natural, tapi luar biasa” jelas Fatih dengan antusias.
Nae mengangguk-angguk, meski sebenarnya ia tidak begitu paham tentang apa itu ISO, aperture, dan shutter speed. Seingatnya, Fatih pernah bilang bahwa tiga itu adalah elemen penting dalam mengambil foto.
“seandainya Tuhan menciptakan mata kita bisa ambil screenshot ya, atau bisa nge-zoom gitu, pasti lebih keren” celetuk Nae yang membuat Fatih kembali menyentil dahinya.
Nae memandang Fatih dengan kesal, mengusap-usap dahinya yang kena sentil, tapi dia enggan untuk protes. Nae tertarik untuk membahas ini, maka ia memilih untuk menunggu tanggapan Fatih.
Lelaki itu terlihat berpikir. Tatapannya menerawang mencari jawaban yang tepat, namun akhirnya ia mengendikkan bahunya.
“Dia lebih tau apa yang lebih baik dan keren untuk ciptaan-Nya. Kita gak boleh sok tau dan sok benar Nae. Dia selalu punya alasan ketika menciptakan sesuatu. Kenapa begini, kenapa begitu, Dia maha tahu”
Nae mengangguk-angguk lagi. Perempuan itu ikut menerawang langit, berfikir. “aku setuju sih, mata kita emang luar biasa dan gak terkalahkan sama kamera manapun. Aku aja yang kurang berterima kasih sama Tuhan”
“udah gitu Nae, mata kita terpasang rapih dan terlihat keren di kepala kita. mata kan salah satu anggota tubuh yang paling banyak disukai orang. luar biasa indah”
Oh, Nae jadi memfokuskan penglihatannya kearah mata Fatih yang masih berdiri di depannya. Dia terpesona dengan pemandangan ini. Seorang Fatih dengan mata bening meneduhkan, ditambah background senja yang cantik. Seperti kata Fatih barusan, luar biasa indah.
“luar biasa indah” ucap Nae tanpa sadar.
Sedetik kemudian, pandangannya menjadi gelap. Nae merasakan jemari Fatih yang menutupi wajahnya, mendorong wajah Nae sampai gadis itu hampir terjungkal kebelakang.
“gue tau gue ganteng” ucapnya puas begitu tangannya lepas dari wajah Nae. Senyum angkuhnya tampak di wajah gantengnya.
Nae memandangnya sebal, meski dalam hati ia setuju dengan ucapan Fatih. Iya, Fatih emang ganteng, tapi nyebelin. Suka nyentil dahi Nae, terus sekarang dorong wajah Nae sembarangan.
“ho-oh Fatih emang ganteng. tapi kamu juga gausah geer, aku cuma ingin memuji ciptaan Tuhan”
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro