Cerita Dari Narapidana
Tema: Buat karya dengan prompt: Dunia di mana menulis cerita adalah kegiatan ilegal
***
"Cecilia tidak terlalu suka mendengar dongeng-dongeng seperti ini?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Althelia, mungkin karena sudah melihat mimik wajahku.
Aku seperti memiliki rasa yang aneh terhadap dongeng-dongeng yang mereka berdua ceritakan. Cinta dan benci serasa bersatu, kadang aku malas mendengarnya, tapi setelah mereka sudah mulau bercerita, aku serius menyimaknya.
Ugh, aku jadi ikutan aneh.
"Biasa saja." Itu jawaban paling netral.
"Cecilia ini memang terlihat agak malas mendengar dongeng-dongeng, tapi begitu diceritakan, dia akan serius menyimak." Amelia tertawa kecil. Hei, dia berkata begitu seakan-akan tahu banyak tentangku, kami baru bertemu sehari.
Althelia juga ikut tertawa, sedangkan aku hanya menatap mereka berdua dengan sebal, ya, meskipun yang mereka katakan tidak salah.
"Tahukah kamu kalau dulunya ada sebuah negeri yang melarang semua orang untuk menulis dongeng-dongeng semacam ini?"
Aku mengernyitkan dahi, memangnya ada peraturan semacam itu? Menulis cerita dilarang, terdengar keterlaluan, sih.
Amelia mengangguk mantap dan dia juga berhasil menyita perhatian Althelia. Althelia terlihat sangat siap mendengar ceritanya.
Aku tidak punya alasan untuk menolak, biarkan Amelia bercerita sesuka dia, aku tidak akan pernah berhak untuk menyuruhnya berhenti menceritakan dongeng-dongeng yang tidak bisa kubedakan nyata atau tidak.
*🍃*
Negeri yang makmur adalah negeri yang penuh dengan buku. Iya, buku dianggap sebagai jendela dunia, sumber pengetahuan, kekayaan yang tiada taranya. Benar 'kan yang aku katakan?
Ada satu kerajaan yang paling kaya. Bukan emas berlimpah yang menjadikan kerajaan itu disebut kerajaan terbakir di utara kala itu, tapi karena mereka sumber dari segala pengetahuan, mereka punya jutaan buku yang tidak akan pernah bisa dibaca habis.
Kerajaan Findalant, letaknya di utara, angin sejuk selalu berembus kencang, sekencang buku-buku pengetahuan ditulis. Semuanya menulis buku tentang bagaimana cara menciptakan kereta, bagaimana cara merakit perahu, menanam semangka yang besar, dan semacamnya.
Ada yang bilang bahwa sebagian besar ilmu pengetahuan yang kita tahu saat ini ditulis oleh orang-orang dari kerajaan Findalant, surganya ilmu pengetahuan.
Kalian sudah tahu bukan? Seperti yang sudah kukatakan tadi, ada satu peraturan yang harus ditaati oleh semua penduduk, pejabat, bangsawan; tidak pandang bulu.
Kenapa? Alasannya satu: dongeng itu tidak nyata, menulis cerita yang tidak nyata sama saja dengan pembodohan, melanggar pengetahuan alam, tidak bisa diterima di akal, itulah yang mereka pikirkan.
Tidak ingin ada pembodohan dalam generasi, semua orang hanya boleh menulis hal yang bersifat nyata, ilmu pengetahuan yang bersifat konkret. Cerita fantasi itu hanya akan menjadi racun yang bersifat menentang sains.
Menulis cerita itu dilarang. Yang melanggar akan dihukum.
Itulah kenapa Eileen mendekap dalam sel penjara, kedua tangannya diborgol erat, tidak ada alat tulis dalam penjara.
Dia melanggar peraturan, gadis berambut pirang itu adalah penulis, dia senang membayangkan dunia yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Kereta yang melayang di atas langit, perpustakaan yang bisa berbicara, dan cerita lainnya yang terdengar sangat tidak nyata.
Eileen terus menulis, bersembunyi di bawah parit, menumpahkan idenya dalam bentuk tulisan. Dia bisa saja menyimpan idenya dalam benak, tapi jumlahnya terlalu banyak. Eileen tidak ingin melupakan secuil ide pun yang sudah mampir ke benaknya, ia nekat menulisnya.
Rahasia yang ia sembunyikan terbongkar, pada akhirnya dia didekap dalam sel, hanya makan sehari sekali, tidak bisa menulis sama sekali. Hukumannya yang seharusnya dijatuhkan padanya adalah hukuman mati, tapi karena dia masih gadis, dia hanya dipenjara seumur hidup.
Satu rahasia lagi, bukan milik Eileen, ini adalah rahasia umum milik kerajaan Findalant: kaya belum tentu makmur.
Banyak penulis fiksi yang dihukum mati, ratusan jumlahnya, dan Eileen merupakan yang terakhir ditemukan, baru berusia lima belas tahun, satu-satunya yang tidak dihukum mati.
Tahun pertama dia dipenjara, Eileen diam seribu bahasa, benaknya terus membuat cerita baru, tapi sebagian terlupakan olehnya. Otaknya selalu menciptakan terlalu banyak ide, melebihi kapasitas memori otaknya.
Eileen menderita, menulis adalah hidupnya, itu adalah makanannya. Makanan yang dibawa oleh penjaga penjara bawah tanah hanya membuat perutnya kenyang, tidak hatinya. Rasa lapar itu tidak menyenangkan bukan?
"Makanan untuk kamu." Seorang pengawal membawakan makanan sisa dari kerajaan untuk Eileen. Pengawal itu mendorong masuk piring melalui celah yang ada di antara lantai batu dengan pintu sel.
Eileen makan dengan pelan, wajahnya sangat murung. Dia ingin membuat hatinya kenyang juga.
"Cih, kalau saja kamu tidak nekat menulis cerita-cerita payah seperti itu, kamu masih bisa makan yang lebih enak dari ini, yang lebih layak," omel penjaga yang sudah menginjak usia kepala enam.
"Aku menyukainya, itu hidupku." Eileen tidak tahan lagi, biasanya dia hanya diam, tapi kali ini dia ingin mengutarakan rasa yang menganjal dalam hatinya.
"Heh, kamu mau kepalamu yang menjadi kakimu atau sebaliknya? Cerita konyolmu melanggar aturan ilmu pengetahuan, sadar!" sergah penjaga yang berjanggut putih itu. Tidak ada orang lain yang dikurung di sel paling bawah, paling dekat dengan inti bumi, selain Eileen.
Eileen terdiam, dia hanya membuat cerita itu karena dia senang bermain di dunianya sendiri, dunia buatannya terasa lebih menyenangkan dibandingkan pahitnya kenyataan.
Ada satu hal yang masih bisa ia dapatkan: informasi tentang keadaan di luar sana. Pak Penjaga senang berceloteh kepada Eileen tentang apa saja yang sudah terjadi di teritori mereka.
"Duh, semakin banyak perampok hari ini, Nyonya Merry baru saja kehilangan batu berliannya," tutur Pak Penjaga sembari menyandarkan tubuh di tembok.
Nyonya Merry adalah salah satu keluarga bangsawan. Nekat sekali yang mencuri perhiasannya, pencurinya akan dicari sampai mampus.
Eileen hanya diam, menyimak semua perkataan Pak Penjaga.
Pak Penjaga adalah orang tua yang tugasnya menjaga sel bawah tanah tempat Eileen berada. Dia adalah orang tua yang kesepian, jadi dia selalu senang berceloteh sendiri tanpa menerima balasan.
"Duh, aku jadi takut cucu-cucu jadi seperti mereka." Pak Penjaga menepuk dahinya, wajahnya memancarkan kekhawatiran. Maraknya kejahatan di negeri mereka membuat Pak Penjaga takut, takut keturunannya akan mengikuti jalan yang salah.
Pak Penjaga mempunyai tiga orang cucu, istri Pak penjaga yang menjaga mereka, sementara anaknya pergi bekerja bersama istrinya. Ketiganya laki-laki, masing-masing beda seusia, bandel.
"Dinasehati selalu tidak mau dengar, dasar anak muda zaman sekarang," omel Pak Penjaga yang tentu saja didengar oleh Eileen.
Semua orang tahu kalau kebanyakan anak-anak tidak suka diomeli soal boleh tidaknya satu hal itu dilakukan. Anak-anak lebih suka cerita dibanding omelan.
"Oi, kamu punya solusinya tidak, Anak Muda." Kali ini Pak Penjaga mengharapkan balasan dari Eileen. Eileen juga anak muda, mungkin dia tahu cara mengatasinya, begitulah yang dipikirkan Pak Penjaga.
"Anak-anak tidak suka diomeli, mereka suka diberi cerita."
Pak Penjaga langsung meninju sel penjara. "Hei! Kamu memintaku untuk menceritakan kisah-kisah tidak nyata yang berlawanan dengan ilmu pengetahuan?!"
Eileen diam, memang itu maksudnya. Menasehati anak melalui dongeng jauh efektif, terdengar lebih menyenangkan dan seru untuk anak-anak kecil.
"Itu akan membuat mereka lebih mendengar Pak Penjaga," tutur Eileen. "Kita tidak akan tahu sebelum mencoba."
"Hei! Aku tidak ingin dipenjara sepertimu!" sergah Pak Penjaga, menatap Eileen dengan tajam. "Sudah dipenjara, masih nekat."
"Hanya bercerita, bukan menulis, Pak Penjaga ingin dengar?" Eileen nekat melontarkan kalimat itu.
Pak Penjaga merasa jengkel, dia tidak akan mau mendengar cerita konyol yang dibuat Eileen. Itu pembodohan, begitu kata Raja. Negeri mereka adalah negeri yang maju karena pengetahuan ilmiah.
Hari ini Pak Penjaga bekerja dengan wajah yang masam. Marah dan kecewa tercampur dalam wajahnya. Eileen tentu saja tidak bertanya perihal hal itu, di tahu kalau Pak Penjaga pasti akan memberitahunya.
"Haish, cucu tertuaku yang berusia delapan tahun baru saja mencuri uang untuk membeli pai." Pak Penjaga bersuara lirih, sesekali mengembuskan napas. "Padahal sudah kukatakan itu tidak benar."
"Suatu kala, ada seorang anak, dia ingin makan coklat. Ibunya tidak memperbolehkan, maka pergilah ia mencuri kepingan koin, dan membeli cokelat itu." Eileen bercerita tanpa diminta, membuat Pak Penjaga melotot.
Eileen tidak berniat berhenti berbicara, maka dia tetap melanjutkan ceritanya. "lantas, karena itu koin hasil curian, maka koin dan makanannya jadi bersatu. Anak itu makan dengan lahap hasil curian juga koin emas itu."
"Hei—" Pak Penjaga hendak mencegahnya, tapi Eileen tetap kukuh melanjutkan ceritanya.
"Karena koin emas itu termakan olehnya, perutnya menjadi berat. Mencuri jadi terasa menyenangkan baginya, semakin banyak dia memakan cokelat yang dibeli dari uang curian, semakin banyak pula koin emas yang tersimpan dalam perutnya." Amelia menghela napas sejenak. "Anak itu akhirnya tidak bisa berdiri karena tubuhnya terlalu berat, hingga akhirnya dia mati dengan keadaan seperti itu."
Amelia diam, ceritanya sudah selesai. Alis Pak Penjaga mengernyit. "Hei! Mana ada yang seperti itu!"
"Itu hanya cerit fiksi, Pak Penjaga. Cerita fiksi yang lebih baik dibanding omelan-omelan. Aku harap cucu Pak Penjaga bisa tobat setelah mendengar cerita ini."
"Dan jangan laporkan aku pada Raja, aku hanya bercerita, bukan menulis, aku masih ingin hidup." Eileen mengukir senyum pahit di atas bibirnya.
Pak Penjaga hanya mengomel, mengatakan bahwa Eileen memintanya untuk melakukan pembodohan pada cucunya. Dia memasang tatapan galak pada Eileen, tapi dia sebenarnya tidak semarah itu.
Pak Penjaga menceritakan kisah itu pada cucu tertuanya, juga didengar oleh adik-adiknya. Ajaibnya, mereka semua menangkap makna cerita dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Cerita itu terdengar lebih menarik dibandingkan omelan kakeknya.
"Kau benar, cucuku mendengarkannya." Pak Penjaga memasang wajah galak, sangat serasi dengan janggut putihnya. "Hei, ceritakan lagi, Nak."
Mata Eileen membelalak, dia tidak percaya kalau Pak Penjaga--yang selama ini mengatakan kalau cerita fiksi adalah pembodohan--mau mendengar cerita lain.
Maka Eileen mulai menceritakan cerita di benaknya yang dia ingat, tentang tukus berkepala lima, tentang Mira dan Mina, tentang biji emas di kamar, dan banyak lagi.
Eileen senang, Pak Penjaga itu sebagai kertasnya, dan mulutnya yang bercerita sebagai pena, dia kembali menulis meski secara tidak langsung. Gadis berambut pirang itu bahagia.
Pelayan dapur mulai menyempatkan diri untuk turun ke penjara bawah tanah untuk mendengar cerita Eileen, cerita yang tidak nyata. Toh bukan ditulis, jadi mereka tidak terlalu memikirkan aturan itu. Para tukang kebun juga ikut mendengar.
Di penjara itu cerita-cerita fiksi dikisahkan oleh narapidana. Pangeran juga bahkan duduk di sana, mendengarkan cerita Eileen.
Ya, kamu tidak salah dengar. Pangeran Andrew juga senang mendengar kisah semacam itu, itu bukanlah pembodohan, kisah itu membuat Pangeran Andrew merasa tercerahkan. Pangeran suka dengan kisah gadis botak yang mencari sisirnya dan juga kereta yang bisa mengelingi tata surya.
Pangeran Andrew menghabiskan waktu bermain di sana, meminta semua pengasuhnya untuk tidak memberitahu ayahnya soal ini. Pangeran Andrew yang cerdas merasa kalau pengetahuan saja tidka cukup, butuh cerita moral semacam ini.
Usia Pangeran Andrew saat itu sepuluh tahun, lima belas tahun lagi dia memimpin negara, menghapus semua peraturan tentang larangan menulis fiksi. Tidak semua hal bisa dikaitkan dengan ilmu pengetahuan.
Banyak yang menentangnya, melakukan demo dan penolakan besar-besaran, terutama ahli ilmu pengetahuan. Yang memberontak tentu saja tidak dihukum Pangeran, dia menceritakan kisah, kisah-kisah dari Eileen, berharap mereka mengerti.
Kejahatan berkurang, negeri itu menjadi negeri makmur yang sesungguhnya, kerajaan terbakir di utara, kerajaan Findalant.
Usia tiga puluh tahun, Eileen tutup usia di rumah kecilnya, ceritanya dikenangkan selamanya, ada yang masih diceritakan lewat mulut ke mulut, ada yang langsung di tuliskan dalam buku.
Banyak yang mengikuti jejaknya, menjadi pendongeng yang setia menampilkan ide-ide menarik untuk diceritakan pada anak-anak. Yang tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan belum tentu salah. Ya kan?
*🍃*
"Jadi semua cerita ini berasal darinya?" Aku langsung bertanya pada Amelia begitu ceritanya selesai, itu yang selalu aku lakukan.
"Awal mula cerita ini bisa tersebar adalah darinya." Amelia mengangguk.
"Seandainya dia dulu dihukum mati, mungkin semua orang tidak akan mendengar dongeng, kita hanya akan disuapi ilmu pengetahuan yang sifatnya mutlak," sambung Amelia.
Aku jadi teringat dengan pertemuanku dengan Amelia kemarin. Aku terlihat menolak mendengar dongengnya hanya karena tidak nyata, dan aku selalu mengernyitkan dahi saat dia mulai bercerita.
Dongeng-dongeng ini tidak buruk ternyata, memang terdengar tidak masuk akal, tapi cukup menghibur. Aku yang tidak suka mendengarkan dongeng saja bisa tertarik.
Narapidana itu keren, dia mampu menciptakan cerita moral yang dikemas dalam fantasi.
"Aku juga baru tahu ada cerita seperti ini, padahal aku juga sudah berkeliling buana lumayan lama." Althelia menatap lantai, mungkin kecewa karena yang dia tahu masih sedikit.
Amelia tertawa kecil lalu menatapku yang tengah setengah bengong, masih memikirkan cerita tadi. "Lihat, Cecilia sebenarnya suka mendengar cerita, hanya sungkan mengatakannya lantas menampilkan ekspresi malas."
Aku melempar tatapan tajam dan mereka berdua tertawa. Ya, aku akui, yang mereka katakan benar. Aku tidak ingin menjilat ludahku sendiri yang mengatakan bahwa cerita semacam itu membosankan.
Mataku menatap keluar pintu gubuk yang sengaja dibuka agar sinar matahari masuk. Matahari masih bersinar terang, semoga aku sudah bisa kembali malam ini.
To be continued ....
10 Febuari 2021
Lemony's note
Yoshh, sudah tema kesepuluh, yeyy (≧▽≦)
Perjalanan masih panjanggg. Tema hari ini tidak terlalu susah untuk aku tulisi karena agak berkaitan sama ceritaku. Ya, semoga kalian suka bacanya 😭✨
Entah kenapa jumlah kata-kata di work ini makin nambah, yang awalnya cuma sekitar 1k kata, sekarang sudah 2k lebih kata selama tiga chapter berturut-turut 😭✨
Ah, iya, kalau nemu typo, boleh dikomen, ini aku publish tanpa cek pelan-pelan (cuma baca sekilas) karena masih ada urusan yang lain, jadi yang nemu, boleh komen, itu bakal membantu banget ( ꈍᴗꈍ)
Itu saja untuk author note hari ini, see you in the next chapter! (。•̀ᴗ-)✧
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro