Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Radar Cia

Sambung Ayat ala cha2. cha2_riyadi Sabtu 11 Februari 2017.

Premis :

Seorang cewek yang dijadikan taruhan saat perkenalan pertama dengan cowo di halte bus.

Pov : 3

Absen:

1. Cha2
2. Wilda MeAtWonderland
3. Leyi rebel_hurt
4. Nadia Choco_latte2
5. Ruru cupchocochip
6. Hilda
7. Mey Jeon_Eun
8. Dean deanakhmad
9. Johana MosaicRile
10. Cia Cathetel
11. Salvi Salviniamei
12. Matcha matchaholic
13. Irma

🚨🚨🚨

Radar CIA

Matahari bersinar garang. Peluh di dahi Cia meleleh tanpa permisi. Halte tempatnya bernaung, tidak cukup menghalau sinar yang sangat mentereng itu.

"Duh, lama banget, sih." Selanya lagi, gadis berseragam sekolah itu melirik ke arah jalan raya. Lalu lalang mobil dan juga motor, tidak menyurutkan matanya dalam mengawasi. Takut-takut, bus yang dia tunggu, sudah lewat dan dia tertinggal lagi. APTB jurusan Senen-Lebak Bulus memang lewat setengah jam sekali, dan Cia melewatkan tepat di saat dia sedang membeli cilok bakar tadi. Sialan memang!

Dengan sebal gadis itu berjalan dengan hentakan kesal. Dia bete. Duduk di bangku halte dengan mulut mengunyah cilok dengan ganas. Mirip orang kesetanan. Mengabaikan cipratan bumbu cilok yang menempeli pipinya yang sudah mirip kepiting rebus. Merah kepanasan, seperti tomat busuk.

Cia memberi selembar kertas berwarna ungu kepada pedagang. "Nambah satu lagi, Pak!" kesalnya, seraya menggerutu tak jelas.

Seseorang dari arah berlainan datang menghampiri abang tukang cilok. "Bang, ciloknya satu, ya. Enggak pedes."

Cia menoleh, menatap laki-laki itu dengan mata menyipit sinis. Lalu ia beralih ke penjual cilok. "Saya duluan, Bang. Saya udah bayar tadi!"

"Enggak bisa," sela laki-laki itu, "saya buru-buru, Mba. Maaf, ya." Dia menatap Cia dengan pandangan mencemooh.

"Saya dulu, Bang," ucap laki-laki itu lagi.

Cia menggeram kesal, menghentakkan kakinya di pinggir jalan. "Ih! Lo tahu nggak sih, gue tuh udah dari sepuluh menit yang lalu di sini, di pinggir jalan! Bisa lo bayangin? Dan lagi nggak ada satupun bus yang gue tunggu lewat. Lo tahu rasanya jadi gue?" kesalnya memaki laki-laki yang bahkan belum ia kenal sama sekali.

"Sepuluh menit doang," gumam laki-laki itu.

Sang penjual cilok hanya mengelus dadanya sabar. Mengelus kupingnya yang mungkin, setelah ini, kemampuan mendengarnya akan hilang.

"Resek lo!" teriak Cia, kemudian segera menyambar cilok yang telah selesai dibuat dan disodorkan ke arahnya.

Cia kembali berjalan dan duduk di halte bus yang menyediakan kursi panjang tidak jauh dari gerobak penjual cilok. "Tuh cewek galak banget, ya?" bisik salah satu lelaki—Fred yang berdiri tidak jauh dari gerobak penjual cilok.

"Cakeploh kalau Erick yang pacarin si Cewek Galak itu," cetus Teddy menarik sudut bibirnya licik. Ia menatap yang lain minta persetujuan.

"Bagus tuh, itu hukuman yang pas buat Erick yang  kalah taruhan tadi. Hahaha." Brian menarik salah satu alisnya ke atas. Erick yang telah bergabung dengan gerombolan itu menatap yang lain dengan tatapan tajam yang menusuk, sambil mencomot cilok yang dia beli tadi.

"Lagi ngomongin apa?'' tanya Erick tidak sabar, sambil menguyah cilok dua buah sekaligus.

"Gue udah dapat wangsit buat hukuman kalah taruhan, loe!'' kata Brian, dalam  senyum penuh arti.

"Tuh.'' Tunjuk Brian pada halte. "Dapetin dia, buat kita."

Erick pun menoleh ke arah yang ditujuk oleh Bryan. Kernyitan tercipta di kening pemuda itu, lalu menoleh kembali ke teman-temannya.

"Maksud lo, gue harus kenalan sama tu cewe, gituh?" tanyanya pada salah satu temannya.

Bryan menggangguk sebagai jawaban.

"Oke, siapa takut!" Serengit terbit dari bibirnya yang agak hitam karena seringnya pemuda itu merokok.

Tanpa banyak kata yang terucap, pemuda bertubuh jangkung itu melangkah menuju halte bus menghampiri korbanya. Yang tidak lain adalah Cia. Gadis berparas cantik yang tengah menikmati cilok bakar.

"Hai, Cantik. Boleh kita kenalan? Yang tadi, sorry, deh. Aku, Erick. Tepatnya, Erick Ardaesta." Erick tersenyum sambil mendaratkan tubuhnya ke atas bangku di sebelah bangku yang diduduki oleh Cia. 

Cia hanya menatap sekilas pemuda yang mengaku bernama Erick itu, tanpa menggubris ucapan yang dilontarkan pemuda bermata hazel tersebut.

Dan lebih parahnya lagi, Cia baru menyadari bahwa pemuda itu adalah orang yang tadi berebutan cilok dengannya.

sialan! Dasar enggak tahu diri. Udah main serobot, minta kenala pula. Sok ganteng, lho! umpat Cia dalam hati. Mengabaikan uluran tangan itu, menatap lurus ke arah jalan raya. Sembari menikmati detik-detik berakhirnya cilok bakar porsi keduanya itu.

Cia mendengus kesal, sambil mengunyah cilok bakar di tangannya dengan kasar.

"Aku enggak boleh kenalam, ya?" kata Erick dengan suara yang dibuat-buat. Cia yang mendengarnya melengos panjang. Jijay deh.

Cia tetap tak bereaksi dari tempatnya menunggu bus. Erick yang tidak direspon mencari akal bagaimana caranya dia mendapat perhatian bocah di hadapannya.

"Padahal gue mau neraktir lo di RM Padang depan tuh. Sebagai ganti gue ngerebut hak lo dapet cilok duluan. Ya sudah kalau enggak mau. Gue pergi." Erick memberi senyum seringainya pada Cia. Cia yang masih kelaparan menimang-nimang perkataan Erick.

"Eh, tunggu-tunggu. Mas, saya mau deh kalau gitu. Tapi...." Cia menggantungkan kalimatnya.

"Kenapa?"

"Kenapa?"

Cia menyeringai jahil seraya berucap, "Gue maunya rumah makan Padang deket pengkolan ojek Bang Aul."

Erick menelan ludahnya susah payah, mengingat harga seporsi makanan di rumah makan Padang itu, sama dengan sepuluh kali lipat harga makanan di rumah makan Padang langganannya.

"Oke deh." Erick mengangguk pasrah. Dia tidak ingin dianggap pengecut teman-temannya.

Erick dan Cia berjalan beriringan ke rumah makan Padang dekat pengkolan ojek. Sesampainya di sana, Cia memesan nasi rendang, telur dadar, gulai kepala ikan, dan terong balado. Erick hanya memesan air putih, mengingat uang di dompetnya menipis.

Cia menikmati makanannya hingga tandas. Buyar sudah bayangan Erick bahwa Cia gadis cantik dengan tingkah anggun, walau agak galak.

Selepas makan, Cia menyeringai ke arah Erick seraya mengangsurkan selembar tisu. "Makasih, ya. Bilang sama teman-teman lo, lo berhasil dapet nomor hape gue."
Cia pun melenggang pulang.

Mata Erick membulat sempurna. Dia mengerang kesal karena tisu yang dia kira nomor ponsel Cia ternyata berisi tulisan 'DOSA LO, BIKIN CEWEK JADI BAHAN TARUHAN'.

Erick tak tahu, jauh di luar sana, Cia tersenyum lebar, menertawakan kebodohan pemuda itu yang meragukan kemampuan radar pendeteksi 'Buaya Darat' milik Cia.

🚨🚨🚨

Ngiung-ngiung-ngiung ahaha 😂

Kembali ngakak pas baca Sambung Ayat yang ini 😂
Dd Cia ternyata seorang cenayang 😂

Bandung, 5 Agustus 2017.

Salam,

Radar Cia 😂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro