Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

34. (Bukan) Childfree

***

Keputusan berumah tangga tanpa memiliki buah hati, sangatlah sulit bisa diterima pada masyarakat umumnya. Tentu akan ada kontra dan tamparan untuk para pasangan yang mengambil jalan ini.

Namun, setiap pasangan yang memilih hidup tanpa memiliki anak setelah menikah tentu punya alasan yang sudah dipikirkan secara matang. Seperti alasan tidak siap menjadi orang tua, ekonomi, lingkungan, fisik pasangan yang tidak memungkinkan, bahkan psikis pun mewarnai sebagai faktor pendukung para pasangan itu.

Begitulah pula dengan Chandra dan Wenda. Alasan pasangan muda itu menjadi penganut childfree—untuk sementara—adalah psikis Wenda yang hingga saat ini masih di tahap penyembuhan.

Berat? Tentu saja ini keputusan yang sangat berat untuk mereka dan keluarga masing-masing, tetapi bagi Chandra kesehatan mental istrinya lebih dari segalanya saat ini. Itu sebabnya, setelah berdiskusi dengan keluarga, Chandra mengambil keputusan ini. Setidaknya, mungkin hingga Wenda benar-benar siap hamil. Untuk selanjutnya, akan mereka pikirkan lagi ke depannya.

"Ibu Navera Four Wenda," panggil seseorang yang muncul di balik pintu berwarna putih gading.

"Iya, ada."

Bukan Wenda yang menyahuti panggilan suster tersebut, melainkan Chandra. Pria itu mengulurkan tangan ke istrinya, tanpa menunggu lama langsung disambut oleh Wenda dengan senyum tipis di bibirnya.

"Selamat, sore. Wah, pasangan muda favorit saya ternyata. Silakan duduk," sapa sang dokter kandungan menyambut kedatangan Wenda dan Chandra-lagi.

Mereka tersenyum lebar saat sang dokter menyebutkan 'Pasangan favoritnya'. Bagaimana tidak, bukan sekali dua Wenda mengunjungi obgyn ini. Jika biasanya Wenda ke sini dalam rangka mendapatkan edukasi tentang kehamilan dan melahirkan, tetapi kali ini mereka datang dengan keputusan yang cukup membuat sang dokter terkejut. Namun, sudah menyangka hal demikian akan terjadi.

"Apakah sudah dipikirkan matang-matang? Maksud saya, semakin ke sini, Ibu Wenda sudah banyak kemajuan."

Wenda mendongak, netranya yang semula memandang lamat nama dr. Amayris Khairunnisa, Sp.OG pada desk name di atas meja kerjanya itu, kini beralih menatap dokter yang menjadi salah satu saksi dalam mengatasi hingga proses kesembuhannya.

"Sudah, Dok. Sudah kita diskusikan juga dengan keluarga," sahut Wenda mantap.

Genggaman Chandra di atas punggung tangannya seakan mengetat. Entah apa yang pria itu khawatirkan hingga refleks melakukan pergerakan itu.

Dokter berhijab dengan paras manis itu menarik senyum. Tangannya sibuk mengetik sesuatu pada keyboard komputernya, kemudian layar yang menghadap Wenda dan Chandra menampilkan beberapa gambar yang mungkin masih asing di netra pasangan itu.

"Ini adalah macam-macam alat kontrasepsi. Untuk yang nomor satu Bapak pasti sudah mengerti, ya. Sering dipakai, Pak?"

Chandra tersenyum malu, ia tentu tahu dengan benda berbahan karet yang selalu ada di saku celana dan laci kamar mereka.

"Baiklah, untuk yang pertama saya lewatkan saja, ya," ujar dokter Amayris.

Dokter itu kemudian kembali menjelaskan satu per satu fungsi dan penggunaan alat kontrasepsi tersebut.

"Jadi, alat kontrasepsi itu banyak macamnya. Ibu dan Bapak bisa pilih sesuai kebutuhan. Mulai dari pil, suntik KB, kondom, hingga prosedur sterilisasi seperti tubektomi untuk wanita atau vasektomi untuk pria."

Dokter Amayris memindai wajah pasutri di seberang mejanya. Jelas sekali tampak bingung. Pelan-pelan obgyn itu menjelaskan lebih detail tentang alat kontrasepsi itu beserta efek samping yang mungkin akan terjadi.

"Saran saya, Ibu Wenda untuk awal ini bisa menggunakan pil KB saja. Selain metode ini lebih praktis dan mudah dibeli di apotek. Namun, perlu diingat ya. Dikonsumsi dengan benar dan teratur," jelas dokter Amayris.

"Dok, kalau minumnya nggak teratur?" tanya Wenda ragu.

"Ya ... kemungkinan bisa jadi." Dokter Amayris tersenyum.

Jemari Wenda bergerak menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, ia ragu apakah akan menggunakan alat kontrasepsi tersebut. "Hmm ... aku suka lupa minum obat, Dok. Nggak terlalu suka juga minum obat."

Dokter Amayris mengangguk, jarinya meraih mouse komputer, mengarahkan ke gambar lainnya. Namun, pergerakannya terinterupsi saat suara Wenda kembali menanyakan tentang yang ada pada layar komputer.

"Dok, yang berbentuk T ini apa? IUD? Kayak nama penyanyi Korea."

"Penyanyi Korea? Siapa? Wendy?" bisik Chandra, penasaran saat istrinya menyebutkan nama artis Korea.

"Wendy aja tahunya kamu. Itu ... yang dulu main drama bareng Baekhyun. Drama yang hotel berhantu juga dia pemerannya."

"Nggak tahu, Sayang. Aku cuma tahu Wendy aja, sama Irene yang mirip bunda."

Dokter Amayris tersenyum menyaksikan perdebatan pasutri di hadapannya. Mungkin sejarah hidupnya menjadi seorang obgyn, baru kali ini pasangan yang datang ke tempatnya bukan berdiskusi tentang program kehamilan, alat kontrasepsi atau sejenisnya. Pasangan ini justru berdiskusi tentang artis kesukaan masing-masing.

"Itu IU sedangkan ini Intra Uterine Device atau disingkat IUD."

Sontak Wenda menoleh, matanya membesar saat dirasa menemukan frekuensi yang sama dengan dokter di hadapannya. "Dokter tahu IU? Suka drakor juga?"

Dokter Amayris tersenyum malu. "Iya, saya suka drakor. Saya juga nonton drama IU yang itu, pemeran cowoknya ganteng, masih muda."

"Iya, tinggi pula. Chemistry mereka berdua dapat banget. Seru, kan, Dok?"

Chandra menggelengkan, ia sudah bisa menebak bagaimana Wenda jika menemukan teman yang memiliki hobi yang sama dengannya. Wanita itu akan menghabiskan waktu berjam-jam untuk menceritakan satu episode drama yang ia tonton. Tidak ingin hal itu terjadi, telunjuk Chandra mengetuk meja hingga menginterupsi dokter dan pasien itu.

"Dok, dilanjut aja penjelasannya. Wenda diajak ngomongin Korea nggak kelar sampe besok pagi," sindir Chandra yang mendapat pukulan dari Wenda di pahanya.

Dokter itu terkekeh. "Baiklah, kita kembali ke topik utama, ya. Jadi, alat kontrasepsi berbentuk T ini adalah IUD atau biasa disebut juga KB spiral. Pemakaian KB ini cukup populer pada masyarakat kita."

"Kelebihannya apa, Dok? Kok bisa segitu populernya?" tanya Wenda polos.

"Alat kontrasepsi tipe ini, meningkatkan produksi glikodelin yang mencegah terjadinya kehamilan lebih besar. Pemakaian yang praktis dan harga yang terjangkau menjadi alasan utama. Namun, selain memiliki kelebihan, tentu ada kekurangan."

"Kurangnya?" Chandra ikut penasaran dengan bahasan ini.

"Biasanya sih, keluhan dari bapak-bapak." Dokter Amayris tersenyum canggung. "Keluhannya biasanya, tali IUD membuat pria merasa seperti tertusuk-tusuk saat berhubungan, hingga menghalangi kenikmatan saat making love," lanjut dokter Amayris.

"Ok, skip. Nggak usah pake itu daripada mengurangi kenik-aw! Sakit, Sayang." Chandra meringis mendapat cubitan keras di pahanya.

Baiklah, katakan saja Chandra si mesum meresahkan. Tidak tahu tempat, bisa-bisanya tanpa rasa malu berbicara seintim itu. Meskipun hal tersebut lumrah didengar oleh dokter Amayris.

"Saya menyarankan Ibu Wenda, menggunakan KB suntik. Selain cukup aman dan terpenting kalian masih muda. Jika kalian berubah pikiran ingin memiliki momongan, cukup hentikan pemakaian tidak perlu ke dokter. Bagaimana?"

Wenda dan Chandra saling tatap sejenak. Setelah mendengar penjelasan dokter Amayris lebih detail tentang alat kontrasepsi yang satu ini, dengan segala pertimbangannya. Akhirnya, pasutri ini memilih metode ini. Dokter Amayris ada benarnya juga, Wenda dan Chandra masih sangat muda. Kehidupan rumah tangga mereka masih panjang. Tidak ada salahnya jika suatu saat mereka menginginkan memiliki buah hati saat Wenda benar-benar siap.

Keinginan dan harapan itu tetap mereka selipkan di setiap doa pada sang ilahi. Namun, untuk sekarang fokus mereka hanya pada kesehatan mental Wenda terlebih dulu. Mungkin dua, tiga, atau lima tahun lagi mereka akan menghadirkan makhluk kecil di tengah-tengah keluarga kecil mereka. Memiliki buah hati bukan suatu perlombaan, itu berarti tidak ada kata terlambat, bukan?


Tanjung Enim, 23 November 2021.

Ingat, ya. Menikah, punya momongan itu bukan suatu perlombaan. Orang yang belum memiliki bukan berarti tidak ingin. Mungkin ada sesuatu yang harus mereka sembuhkan terlebih dahulu. ♥️

Salam Sayang
RinBee 🐝

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro