76
Edwin memandangi galeri di kamera ponselnya yang kini penuh dengan foto milik Sasa. Cuti yang mereka ambil sudah hampir berlalu. Awalnya mereka ingin berlibur seminggu saja, tapi karena kurang bertambah jadi 2 minggu. Sampai mereka sudah menghabiskan semua jatah cuti tahunan. Sungguh liburan yang sangat menyenangkan. Naufal sudah marah-marah setiap hari, menanyakan kapan Edwin pulang, tapi Edwin tidak menggubrisnya malah memblokir sementara akun sekretarisnya itu. Selama sepuluh tahun bekerja di P-Farma Edwin tak pernah sekalipun mengambil cuti untuk liburan seperti ini. Dia hanya izin sesekali untuk mengurus keperluan neneknya saja. Bukankag sudah sewajarnya kalau sekarang dia menikmati liburan barang sebentar.
"Ini enak banget," seru Sasa yang mengunyah sate tuna. Mereka duduk di tepi Pantai Kondang Merak. Makan seafood dengan ditemani suara deburan ombak dan angin yang sepoi-sepoi seperti ini benar-benar menentramkan jiwanya.
"Mau nggak?" Sasa menawarkan sate tuna itu pada Edwin. Tanpa pikir panjanh, Edwin menerima suapan dan istrinya itu. Rasa pedas dan manis bumbu bercampur rasa cumi yang lembut tapi gurih memang mantap sekali.
"Kamu tahu nggak kenapa Pantai ini namanya Kondang Merak? Katanya di sini dulu habitat aslinya buruk merak loh. Tapi mereka udah punah tahun 90-an karena berburuan liar," ucap Sasa sembari memandangi bibir pantai yang cantik. "Sayang banget ya, kita jadi nggak bisa lihat meraknya."
Edwin mengangguk setuju. "Manusia kadang memang terkadang terlalu serakah."
"Ini, ada bonus dari kami." Emak-emak berbadan besar menyodorkan daging panggang dengan potongan kecil-kecil di atas meja Sasa dan Edwin kemudian berlalu.
Sasa terkejut melihat potongan daging yang terlihat sangat nikmat itu. Sebagai spesies karnivora sejati, tentu saja Sasa ngiler melihat potongan daging nan lezat dibalur dengan bumbu kecap itu. Akan tetapi dia lebih takut memikirkan phobia suaminya. Dia baru saja mau memanggil si ibu pemilik warung tadi, tapi dia lebih terkejut melihat Edwin yang mengambil satu potongan daging kemudian mengunyahnya.
"E-Edwin, kamu nggak apa?" Sasa mengamati Edwin. Suaminya itu tampak biasa saja ketika mengunyah daging itu. Padahal biasanya melihat daging saja dia sudah pingsan.
Edwin tersenyum. "Enak," katanya, "Aku udah lama nggak makan daging. Ternyata rasanya seenak ini ya."
Sasa mengerutkan kening. "Kamu beneran nggak apa?" tanyanya cemas.
Edwin menggeleng. "Kamu suka banget sama daging, kan. Selama ini kamu nggak bisa makan daging gara-gara aku."
Edwin mengambil irisan daging itu lalu mengunyahnya lagi. "Aku sudah lebih lega setelah Eye Fairy ditangkap. Ingatan tentang ibuku sudah mulai samar. Sekarang kalau aku ngelihat daging aku akan ingat tentang kamu. Akan aku ingat tentang suasana hari ini."
Senyuman Sasa terkembang melihat Edwin yang makan dengan lahap. "Rasa takut itu memang adanya hanya di dalam pikiran kita," ucapnya. Sasa senang melihat Edwin yang telah berhasil mengatasi phobianya terhadap daging. Namun ketika melihat Edwin terus mengunyah daging tanpa henti, Sasa jadi keki sendiri.
"Jangan diabisin dong! Sisain buat aku!" sergahnya sembari merebut semangkuk daging panggang itu.
Edwin terkekeh aja. "Ngalahlah sedikit, aku udah 20 tahun lebih nggak makan daging, tahu!"
Sasa mengambil sepotong daging lalu mengunyahnya, tapi alih-alih merasakan daging yang juicy seperti biasanya, malah aroma daging itu membuatnya mual. Sasa memegangi mulutnya lalu bangkit dengan segera dan mengambil tisu.
"Eh, mau ke mana?" tanya Edwin, bingung melihat perilaku istrinya yang ganjil.
"Ke toilet!" seru Sasa yang sudah memuntahkan daging itu ke dalam tisu. Wanita itu bergegas menuju kamar mandi umum yang ada di dekat pantai itu. Setelah mengantri beberap saat, Sasa masuk ke bilik dan memuntahkan segala makanan yang bary saja dia telan.
Sasa menyiram kloset lalu mengusap bibirnya dengan air. Apa itu barusan, kok mencium bau makanan kesukaannya dia malah mual sih. Masa sekarang phobia daging milik Edwin berpindah ke dia? Sasa merenung sejenak. Sudah lebih dari dunia minggu sejak dia dan Edwin menikah. Memang sudah 4 hari sejak Sasa terlambat haid. Tapi biasanya siklus Sasa memang sering memanjang dan memendek. Sasa merogoh saku dan mengeluarkan planotest yang dia beli diam-diam tadi pagi.
***
Up! Votes dan komen ya guys.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro