Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

66

"Dua bocah itu siapa?" tanya Edwin ketika bersama rekan kerja Sasa menyusuri lorong menuju kamar jenazah.

Dia penasaran dengan anak lelaki berambut merah dan ana perempuan yang dibawa brigjen Adam. Kalau dia tidak salah dengar, tadi bos Sasa itu memintanya untuk memperlihatkan jenazah korban kasus Eye Fairy pada anak itu? Kenapa? Padahal jenazah itu kan sudah diautopsi oleh Sasa yang ahli forensik ternama.

"Ini rahasia, sini aku bisikin," ucap Sasa.

Meskipun keningnya mengerut, Edwin menuruti saja permintaan Sasa. Dia merendahkan tubuhnya agar Sasa bisa mencapai telinganya. Namun yang terjadi istrinya itu malah mengecup pipinya. Tentu saja Edwin kaget dan menghindar secepat mungkin. Sembari memegangi pipinya, dia memprotes.

"Apa-apaan kamu!" bisik Edwin. Karena ini area rumah sakit dia tidak bisa berteriak meskipun jengkel. Dia melihat para rekan Sasa yang untungnya jalan tanpa menoleh ke belakang. Bisa-bisanua Sasa melalukan hal semacam itu di tempat seperti ini.

Sasa terkikik saja. "Maaf meleset. Sini deh, aku bisikin lagi."

Edwin menatap Sasa tidak percaya. Memangnya dia sebodoh itu kena jebakan untuk kedua kalinya!

"Ih! Yang ini beneran!" janji Sasa.

Karena terlalu kepo, Edwin tidak punya pilihan lain dan mendekat lagi. Untungnya sekarang Sasa benar-benar membisikan jawaban atas pertanyaannya.

"Namanya Igo Casanova. Sudah sekitar tiga tahun dia menjadi informan tidak resmi kami. Apa kamu percaya parapsikologi?"

Edwin memandangi bocah berambut merah itu sekali lagi. Parapsikologi? Itu semacam ilmu mistis begitu, kan? Aura dari bocah berandalan ini memang tidak biasa.

"Maksudmu dia indigo? Bisa lihat hantu?" tanya Edwin.

"Semacam itu... tapi bukan hantu yang bisa dia lihat. Aku juga baru tahu ini ketika bekerja di kepolisian karena penjelasan dari Komandanku, Brigjen Adam. Namanya Extra Sensory Perception atau biasa disebut ESP. Bisa melihat hantu adalah salah satu kemampua ESP, tapi selain itu ternyata ada banyak jenis kemampuan yang bisa dimiliki oleh anak indigo, salah satunya adalah yang dimiliki Igo. Retrocognition namanya, dia bisa melihat kenangan."

Netra Edwin terbeliak. Dia tidak mengira bahwa kepolisian juga melakukan hal klenik semacam ini untuk mengungkapkan kasus kejahatan. Apakah itu yang membuat Brigjen Adam menjadi polisis dengan tingkat pemecahan kasus 99,99%? Karena metode penyelidikannya yang tidak biasa?

"Jujur saja awalnya aku juga nggak percaya. Tapi saat aku melihat sendiri beberapa kali aku jadi tidak bisa menyangkalnya. Karena setiap kasus yang ditangani bersama Igo pasti terpecahkan dengan lebih cepat dan mudah," jelas Sasa.

"Lalu cewek yang disebelah itu siapa?" Edwin menunjuk anak berambut pendek yang masih membantu memijat tengkuk Igo sembari berjalan beriringan di sebelahnya.

"Oh, itu Wulan, pacarnya."

Edwin terdiam dan memandangi Igo lagi. Bocah ini boleh juga bisa punya cewek cantik semacam itu.

"Ngomong-ngomong kamu nggak apa ikut ke kamar jenazah gini?" tanya Sasa khawatir. Apalagi tadi dia melihat tangan suaminya itu juga gemetar. Makanya dia sengaja mencium lelaki itu untuk mencairkan suasana. Tapi selain itu dia emang pengen sih. Hehe.

Edwin tampak meengatur pernapasannya. "Aku akan menunggu di luar sampai selesai," jawabnya.

Meskipun Edwin takut. Dia tidak ingin terlalu lama membiarkan istrinya bersama dengan makhluk-makhluk yang tidak dia kehendaki. Pastinya di sini nanti dia akan bertemu dengan Raka dan Damian, kan?

"Ngomong-ngomong tadi kamu mau ambil cuti?"

Sasa mengangguk. "Bulan lalu aku sudah mengajukan cuti, tapi karena kasus gudang mayat jadi ditunda. Setelah kasus gudang mayat selesai, eh malah ada kasus mayat tanpa kepala, dan sekarang kasus Eye Fairy ini. Aku belum pernah mengambil jatah cuti tahunanku. Jadi aku akan mengambilnya tahun ini dua belas hari. Apa kamu juga bisa mengambil cuti?" Sasa menatap Edwin dengan penuh harap.

Edwin tidak langsung menjawab. Kalau dia ambil cuti juga Naufal pasti mengamuk. Tapi benar bahwa dia bahwa dia tidak bisa menyia-nyiakan kebersamaan dengan Sasa. Jika memang pernikahan ini akan segera diakhiri, lebih baik mereka mengukir banyak kenangan. Bagaimana ya jika dia mengusulkan WFH saja? Kalau rapat sebenarnya tidak perlu tatap muka, kan? Bisa via zoom. Segala dokumen juga bisa ditantangi secara elektronik.

"Aku tanya Naufal dulu," putusnya.

Senyuman Sasa yang terkembang manis membuat perasaan Edwin menjadi gamang. Rasanya sedih dan juga senang di saat bersamaan. Jika dia dan Sasa nanti bercerai apakah mereka masih bisa menjadi teman? Bisakah dia melihat senyuman ini lagi nanti?

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro