Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

30

Edwin duduk di atas ranjang dengan tegang. Dia sudah mengganti bajunya kaos oblong dan celana pendek. Rambutnya masih setengah basah. Dia melirik kamar mandi. Suara air yang mengalir dari shower yang padahal biasa aja tapi membuat deg-degan. Otaknya travelling ke mana-mana.

Sialan! Apa dia benar-benar harus skidipapap sama Sasa. Bukankah menurut kontrak dia hanya perlu memberikan spermanya aja? Dia pikir bakal pakai inseminasi buatan atau bayi tabung. Ini sama sekali nggak ada diperjanjian! Dia sudah ditipu!

Edwin menggigit bibir bahwanya. Bukannya dia nggak mau skidipapap. Dia malah takut kalau keenakan nanti gimana? Padahal dia aja belum pernah indehoy sama Siska karena dia menjunjung tinggi moral sebagai lelaki sejati.

Pura-pura tidur aja kali ya. Edwin pun segera berbaring dan menarik selimut Tidak mungkin kan Sasa memaksanya ena-ena kalau dia ketiduran.

Suara shower berhenti dilanjutkan dengan suara pintu yang berdecit. Edwin buru-buru menutup mata. Dia sampai membaca surat-surat pendek gitu dalam hati biar pikirannya tetap jernih. Suara langkah kaki terdengar mendekat. Membuat jantung Edwin semakin berdebar-debar.

"Kamu pura-pura tidur?"

Astaga! Kenapa suara Sasa jadi terdengar serak-serak basah menggoda begitu sih!

Suara tawa Sasa menggema. Edwin merasakan wanita itu duduk di sampingnya. Tangan wanita itu membuka paksa mata Edwin yang terpejam.

"Ayolah, aku tahu kamu belum tidur."

Edwin tidak mau menyerah begitu saja. Sekuat tenaga dia menahan netranya agar tetap terkatup.

"Kelopak matamu kuat juga," kekeh Sasa karena tak berhasil membuat Edwin membuka mata.

"Jangan tidur begini Edwin. Keringkan dulu rambutmu yang benar, nanti kamu bisa masuk angin."

Edwin tetap pada pendiriannya. Membuat Sasa tertawa kecil. Beberapa menit tak terdengar suara lagi, membuat Edwin jadi penasaran apa yang sedang Sasa lakukan. Dia membuka matanya sedikit untuk mengintip. Betapa terkejutnya Edwin melihat wajah Sasa yang begitu dekat. Hanya tinggal beberapa senti saja bibir mereka bakal bersentuhan.

"Uwah!" Edwin berguling ke samping sehingga dahinya kejedot sama dahi Sasa.

"Kamu mau apa sih!" seru Edwin panik. Namun lelaki itu terdiam ketika melihat Sasa yang memegangi dahinya dengan kepala tertunduk. Aduh! Apa tadi terlalu keras ya?

"Ka-kamu nggak apa, Sa?" Edwin mendekat dengan cemas. Dia khawatir Sasa terluka. Namun ketika dia mendekat pada dokpol itu, Sasa justru menabrakkan kepalanya dengan keras hingga Edwin terpental ke belakang. Tidak sampai di situ saja, Sasa menaiki tubuh Edwin menarik tangannya dan menguncinya dengan submission.

Edwin lupa pada satu hal yang dulu membuatnya enggan berurusan dengan Sasa. Sejak zaman kuliah dokpol itu pemegang sabuk ungu jujitsu. Bela diri untuk kaum rebahan.

"Uwaaaaa!" Edwin berteriak kencang ketika merasakan rasa nyeri luar biasa pada persendian di lengannya.

"Berani juga kamu, Edwin, mau melawan aku?" tantang Sasa.

"Nggak, Sa. Ampun! Le-lepas, Sa! Sendiku! Sendiku!" Edwin meronta-ronta dengan putus asa.

"Janji dulu habis ini kita ena-ena," ancam Sasa.

Edwin tidak berkutik. Kalau Sasa nggak melepaskan tangannya bisa dia cacar seumur hidup. Maka lelaki itu menyerah saja.

"Iya! Iya!"

Edwin merasa lega sekali ketika Sasa melepaskan kunciannya. Padahal cuman tangannya aja yang dikunci, tapi seluruh tubuh Edwin terasa lemas sekali.

"Kamu nggak seru banget ya, Win. Masih aja lemah kayak dulu. Padahal badanmu sekarang berotot begini, tapi ternyata cuman hiasan aja ya?" senyum Sasa penuh kemenangan.

Edwin hanya bisa mengumpat dalam hati. Akhirnya malam ini dia terpaksa menyerah pada emak belatung ini.

***

Votes dan komen ya Guys...





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro