Valentine Itu
Kutahu saat ini, aku masih hidup di bulan Februari. Aku tahu, beberapa hari lagi bakal ada suatu hari yang dianggap menjadi hari kasih sayang bagi sejuta umat manusia, Valentine Day. Aku bukanlah orang yang suka ketinggalan informasi.
Tetapi sayangnya, aku bukanlah orang yang demikian. Maksudnya, di saat mereka ingin mempersiapkan diri masing-masing untuk hari itu nanti, aku sendiri tidak berniat untuk melakukannya. Bahkan saat ini, aku tidak memiliki seseorang yang dapat menemaniku di masa-masa sekarang ini.
Yang kupunya hanyalah beberapa teman dan sahabat. Itupun jika mereka masih mau menerimaku saat ini.
***
Aku menemui seseorang yang kuanggap sebagai teman, untuk meminta pendapat mengenai hari yang mereka bangga-banggakan itu.
“Hei, teman!” seruku pada orang itu.
“Iya, ada apa?” balas orang itu padaku.
Aku pun bertanya, “Katanya nanti bakal ada hari Valentine ya? Benar ‘kan?”
Dia pun hanya menganggukkan kepalanya, lalu menjawab, “Iya, tanggal 11 Februari nanti. Kenapa emangnya?”
“Apa pendapatmu mengenai hari itu? Apakah kau ingin merayakannya juga?” tanyaku lagi. Aku hanya bisa berharap semoga saja dia tidak ikut merayakan hari yang kuanggap laknat tersebut.
Namun sayangnya, harapanku pupus. Dia bilang, “Hari Valentine itu bagus lho. Mengapa kau tidak mencoba ikut merayakannya? Seru lho. Rencananya, aku ingin merayakannya bersama dia.”
Seketika itulah hatiku langsung hancur karena di dunia ini, rasanya hanya aku sendiri yang menolak akan adanya hari Valentine tersebut. Bagaimana caranya agar ada yang mau menemaniku untuk tidak merayakan hari itu? How?
Beberapa saat kemudian, dia pun menyadarkanku dari lamunan yang kubuat sambil menepuk bahuku. “Woi, kau kenapa sih? Kok melamun saja?” Sedangkan aku pun tidak menjawab apapun atas pertanyaan tersebut. Kudiamkan saja orang tersebut—maksudnya yang kuanggap sebagai temanku itu.
Setelah itu, aku langsung berpamitan. “Oh iya, aku pergi dulu ya, ada urusan soalnya. Bye.” Langsung saja aku pergi meninggalkan dia yang tidak merespon apapun terhadap apa yang kuucapkan barusan.
Rasanya sedih juga tidak punya teman yang sependapat denganku.
End
By : Caca (admin)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro