Pikir Lagi (2)
Judulnya sama, tetapi ini adalah bagian kedua. Tetapi ini bukanlah ada kaitannya dengan promosi bimbel dan sebagainya. Ini mengenai hubunganku dengan sahabat yang telah lama hancur, kira-kira sekitar 6 bulan yang lalu.
Dulunya, aku berpikir bahwa gampang bagiku untuk memperbaiki semuanya dengan sahabatku, sebut saja namanya S. Kurasa aku pernah menyinggung ini sebelumnya. Seingatku, sayangnya, B ini adalah orang yang tertutup dan penyendiri, sehingga ketika aku ingin mengajaknya untuk baikan, dia malah berniat untuk lari dariku. Akhirnya, sulit bagi kami untuk berbaikan.
Waktu pun terus berjalan dan berjalan. Dari bulan Juli kami bertengkar hingga pada akhirnya kami diam-diaman, terus berjalan sampai bulan Agustus, September, Oktober, November, Desember, dan Januari. Ya, bulan Januari. Sudah sekitar 6 bulan hubungan kami terputus dan tidak ada usaha untuk memperbaiki diri.
Aku pun bertemu dengan temannya si S secara tidak sengaja, ketika kami sedang berada di kantin. Sebut saja namanya N. Tetapi jangan khawatir, dia itu perempuan kok. Aku pun bertanya, "Hei, N. Bagaimana kabar si S? Apakah dia baik-baik saja?” Aku pun bertanya secara langsung dan tanpa basa-basi lagi.
Kalian tahu apa yang dijawab si N? Dia menjawab, “Ah, dia baik-baik saja, kok. Kenapa memangnya?”
“Aku mau bertanya. Kira-kira jika aku mengajaknya baikan untuk saat ini, apakah dia mau menerimaku kembali?” tanyaku lirih. Aku benar-benar berpikir untuk mengajaknya baikan.
Namun sayangnya, si N ini malah diam saja. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya padaku. Aku pun tidak mengerti terhadap apa yang terjadi pada N. Lalu akhirnya aku menduga bahwa dia punya masalah juga dengan si S. Namun aku tidak ingin menanyakannnya, melainkan menunggu jawaban darinya.
Setelah beberapa saat dia pun menjawab, “Jangan bertanya padaku.”
“Kenapa?” tanyaku tidak percaya. Baru kali ini dia tidak bisa diajak bicara ketika membicarakan mengenai si S itu. Dia menjawab, “Karena aku punya masalah juga dengannya. Tolong berpikir ulang lagi ya. Dia itu ketika habis punya masalah dengan kita, dia itu sulit sekali untuk membuka hatinya bagiku, apalagi bagimu, yang sudah lama punya masalah dengannya, ‘kan?”
Seketika itu pula aku merasakan syok yang mendalam terhadap apa yang kudengar barusan. Itulah yang membuatku untuk berpikir lagi ketika harus memperbaiki hubungan dengan S, yaitu sifatnya, sifatku, emosi, dan ... waktu yang tepat. Itulah yang paling penting.
End
By: Caca (admin)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro