Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Penyemangat

Sebut saja aku L. Kumiliki seorang kakak yang bernama P. Ceritanya pada suatu hari, di saat kami berdua sedang berdiskusi mengenai suatu hal yang berkaitan dengan masa depanku, kumerasakan jenuh ketika menggunakan dua akun media sosial LINE-ku, baik untuk keperluan dunia nyata maupun bergabung dalam suatu grup kepenulisan.

Pada saat malam harinya, di saat aku mendapat kabar baik di balik suasana hatinya yang sangat buruk dialami olehku, diriku langsung mengabari kakakku yang kini tinggal di kota Jakarta, berbeda denganku. “Kak, aku baru mendapat kabar dari temanku. Aku lolos seleksi OSN, Kak!”

Seketika itulah kak P langsung bangga terhadapku yang kini sudah naik di atas daun dan siap mewakili sekolahku untuk mengikuti lomba OSN di tingkat kota. Namun, aku juga merasa tak senang, sebab dia berniat untuk menonaktifkan akun media sosialnya, sehingga otomatis hubungannya dengan Mei tiba-tiba terputus begitu saja.

Dia pun tidak terima jika tiba-tiba kuingin memutuskan hubungan dengannya via chat. Kak P tak menyangka jika aku tiba-tiba berkata, “Kak, aku ingin hibernasi dari LINE. Besok-besoknya aku takut tak bisa online gara-gara OSN, dan aku ingin mengalihkan semua suasana hati yang kualami sekarang ini ke kegiatan yang dapat menyibukkanku. Jadi begitu.”

“Tetapi kenapa harus pergi, L? Kakak khawatir padamu, tahu.”

Kakakku sangat khawatir jikalau saja emosiku tiba-tiba akan memuncak tanpa kehadirannya yang sering mengontak adiknya yang sering curhat pada wanita berusia 20-an ke atas tersebut. Maka dari itu, kak P merasa tak rela jika aku diibaratkan pergi darinya dalam waktu yang lama.

Beberapa saat kemudian, aku pun menelepon beliau dan kakakku itu langsung mengangkat telepon tersebut. “Halo, L?” Kakakku mengawalinya dengan ucapan seperti biasanya, tidak dengan salam, mengingat aku dan kakak itu memiliki keyakinan yang berbeda.

“Kak P kangen padaku?”

Kakak kangen tahu. Jangan berpikiran seperti itu. Jangan sampai mood-mu menghancurkan segalanya,” titah kakakku itu.

“Aku tahu, Kak. Tapi ini tidak bisa. Meskipun mood-ku sudah mau baikan gara-gara mendapat kabar gembira, namun tiba-tiba turun lagi,” sahutku dengan nada yang semakin meninggi.

Kakak bukannya tidak mengizinkanmu untuk hibernasi begitu saja, namun jangan sampai hubungan kita terputus. Kita ini kakak-beradik, ‘kan? Harus saling mendukung satu sama lain. Jangan seperti ini ceritanya,” ujar kakakku lirih.

Aku pun benar-benar tidak menyangka jika kak P begitu perhatian padaku sebagai seorang kakak yang baik. Aku tak ingin membuat kakakku semakin sedih. Sehingga aku pun menghela napas beratnya dan berkata, “Oke, Kak. Aku tidak akan memutuskan hubungan kakak-beradik kita. Tetaplah di sisiku ya, Kak.”

Seketika itulah, kakakku langsung bersorak senang layaknya anak kecil yang baru berusia 7 tahun dan beliau sangat berharap yang terbaik bagiku, adik satu-satunya yang wanita itu sayangi. “Oke Dek. Semoga kamu berhasil. Tetap semangat dan jangan kalah sama badmood ya.”

Di seberang sana, aku pun menganggukkan kepalaku dan langsung memutuskan sambungan telepon secara sepihak.

(Terinspirasi dari kisah nyata, tetapi pasti bukan, karena ini bukan kenyataan yang si penulis hadapi.)

Maaf gaje.

The End

By: C (admin)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro