Akibat Broken Home
Broken home? Wah, bahasannya sudah mulai berat ya kurasa. Namun ini mau kuceritakan, mengingat diriku juga punya teman yang mengalami kejadian naas seperti itu. Tetapi ini bukanlah kisah nyata dari dirinya, seutuhnya.
***
Ada seorang anak, sebut saja inisialnya O. Sejak kecil dia mengalami kejadian yang menyakitkan hatinya. Waktu itu, kedua orang tuanya memutuskan untuk berpisah karena suatu hal. Mungkin saja itu disebabkan oleh pertengkaran yang tidak dapat dirundung lagi atau karena hal lainnya. Tetapi yang jelas, O tidak pernah mengetahui penyebab kedua orang tuanya berpisah.
Waktu itu, ibunya O meminta cerai dari suaminya karena beliau merasa tidak tahan atas segala yang terjadi pada keluarganya itu. Setelah kasus tersebut dibawa ke pengadilan agama dan sudah diputuskan perkara perceraian itu, maka ayah dan ibu tersebut resmi berpisah. Ketika kedua orang tuanya bercerai, waktu itu usianya gadis itu masih sangat muda, sehingga dia bingung harus ikut ayah atau ibunya.
Namun, ibu itu berkata pada anaknya, “O, ikutlah dengan ayahmu. Ibu sudah tidak mampu mengurusmu lagi, Nak. Ibu merasa sangat bersalah padamu, sehingga mau bagaimanapun cara ibu menebus semua kesalahan ibu, tetap saja ibu kalah dari ayahmu.”
“Maksud Ibu apa?” tanya gadis kecil tersebut pada ibunya. Dia bingung karena tidak mengerti maksud perkataan dari ibu kandungnya. Hal itu wajar karena dia pada waktu itu masih dalam masa anak-anak, sehingga sedikit sulit mencerna kalimat-kalimat tersebut.
“Nak, Ibu harus pergi. Ibu tidak punya waktu lagi di sini. Berbahagialah dengan ayahmu, oke? Jika Tuhan mengizinkan, kita akan bertemu lagi,” titah wanita itu lagi. Setelah mengelus kepala anaknya, ibu itu memutuskan untuk pergi meninggalkan gadis kecil itu. Gadis yang kini bersama ayah kandungnya.
“Tidak, Bu, tolong jangan lakukan itu. Ibu!” seru O ketika ibunya sudah pergi meninggalkannya. Gadis itu ingin mengejar ibunya tetapi dicegah oleh ayahnya sambil berkata, “Jangan lakukan itu, O. Ibumu bukanlah ibu kandungmu lagi.”
“Tapi, Yah—“ O ingin membantah perkataan ayahnya tetapi dipotong oleh beliau. “Kalau Ayah bilang ‘jangan’ ya jangan. Tinggallah dengan ayah di rumah. Ayah akan berusaha menjadi ayah yang baik untukmu,” ujar ayahnya itu. Akhirnya gadis kecil itupun menuruti kata-kata beliau, dan tinggallah mereka berdua saja di dalam rumah itu.
***
Waktu semakin berlalu. Kini O sudah beranjak dewasa. Sekarang ia sudah duduk di kelas 11 SMA, di mana masa itu adalah masa-masa sibuknya sebelum akhirnya ia duduk di kelas 12 nanti.
Pada saat ini, gadis itu tinggal sendirian di rumah yang dulu, karena ayahnya pindah ke luar kota untuk sementara dikarenakan pekerjaan dinasnya. Terkadang, si O merasa kesepian ketika harus tinggal sendiri di rumah, namun itu semua dijalaninya dengan penuh kesabaran. Buktinya, sekarang ia tidak terlalu memikirkan tentang masa lalu yang kelam ketika orang tua mereka harus bercerai, tetapi ... tetap saja ia merasakan kesedihan yang sangat mendalam setiap kali memikirkan ibunya itu.
Iya ... gadis itu kini merindukan ibu kandungnya.
***
To be Continued.
By: C (admin)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro