「❃┇𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝟎𝟗┆ 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏」
✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩
𝒄𝒆𝒏𝒕𝒊𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓
✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩
[Name] berlari dengan nafas tersenggal dan jalannya yang sedikit pincang akibat kakinya yang terluka. Matanya meneteskan liquid bening. Sebuah pertarungan hebat telah terjadi di Sekolah Jujutsu selama ia tak sadarkan diri.
'[Name] datanglah kesini'
Ketika mata [Name] terbuka. Handphonenya bergetar menandakan sebuah pesan masuk. Nama sang guru 'Gojou Satoru' Terpampang sebagai pengirim pesan. [Name] dengan kepalanya yang masih terasa sakit kemudian membukanya, membacanya dengan seksama. Setelah selesai membacanya, Kaki [Name] yang semula lemas seperti di berikan kekuatan untuk berlari lagi.
"Hah... hah..."
Nafasnya tersenggal. Ia berhenti tepat di hadapan Satoru yang berdiri tegap tanpa perban yang melilit kepalanya menunjukan mata Ocean yang begitu indah. Bukan, bukan itu yang ia tuju.
"Dimana dia?" Ujarnya dengan nada lirih. Satoru hanya terdiam tanpa mengatakan sepatah kata pun kepada [Name]. [Name] melangkah maju, menarik kerah baju seragam khas milik Satoru. Matanya memancarkan emosi yang tak bisa di tebak oleh Satoru.
"Katakan padaku, sensei!" [Name] kini terlihat frustasi. Seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga untuknya. Tidak, ia memang kehilangan. Bukan barang, tetapi seseorang. Mulut Satoru tak menjawab, tetapi matanya menoleh seolah itu adalah sebuah jawaban yang begitu [Name] inginkan.
Arah pandangan [Name] mengikuti arah yang di tunjuk oleh Satoru. Beberapa meter dari mereka berdiri, terdapat sebuah tubuh tergeletak berlumuran darah. [Name] melepaskan cegkraman nya di kerah baju Satoru, dan langsung berlari kearahnya.
"Ah!"
Mulutnya terperangah ketika matanya menangkap pemandangan dari sebuah jasad manusia yang sangat ia kenal. Tubuhnya terjatuh mencium tanah, seolah semua tenaga yang ia dapatkan sebelumnya, di tarik lagi seketika.
"Oni -chan~" Suara lirih di sertai isak tangis. Tangan [Name] terulur untuk memeluk tubuh itu, menyebabkan tubuhnya ikut berlumur darah. Tangisannya tak dapat di bendung. Satu - satunya keluarga yang tersisa kini sudah pergi meninggalkannya.
Sekarang apa tujuan ia hidup?
[Name] memutuskan untuk masuk ke dalam dunia Jujutsu karena Kakaknya, Geto Suguru. Setelah hati kakaknya di penuhi oleh aura negatif dan membanati semua keluarganya kecuali [Name], Ia akhirnya tergerak untuk mendatangi Gojou Satoru dan meminta untuk menjadikannya sebagai muridnya.
Dengan tekadnya, ia berjanji akan membawa kakaknya pulang apapun yang terjadi. Tetapi kini semuanya telah sirna. Seolah semua harapannya di renggut tanpa sisa. Tangis membuatnya kelelahan sehingga ia akhirnya tak sadarkan diri.
Ketika kedua kelopak mata itu terbuka. Matanya menangkap atap putih dengan bau obat - obatan. Ia terbangun, mendudukan diri di atas kasur tempat ia tidur sebelumnya. Pemandangan langit orange dari balik jendela menyita perhatiannya.
Cklek
Suara pintu terbuka menandakan seseorang memasuki ruangannya. Langkah kaki terdengar mendekati [Name] tetapi itu tak berhasil menyita perhatiannya dari langit sore yang tersuguh.
"[Name]"
Orang itu menyerukan nama sang gadis. Tetapi [Name] tetap tak bergeming. Tatapannya yang kosong, seoalh jiwa [Name] telah meninggalkan tubuhnya. Di balik semua, pikirannya terus menjerit. Mencerna semua kejadian yang terjadi dengan kepala kecilnya. Berpikir semua hanya mimpi buruk dari tidur panjangnya.
Namun, dunia ini kejam.
Kenyataan nya semua memang terjadi.
Satoru yang tak tahan melihat [Name] yang terus terdiam memilih untuk memegang kedua sisi pundak [Name]. Menariknya, memaksa manik mereka untuk brtemu. "Sadarlah [Name]. Jangan seperti ini" teriaknya tepat di depan wajah cantik [Name].
Air mata kembali jatuh dari manik yang biasanya memancarkan sinar. Kini bola mata itu tak lagi bersinar, hanya ada kegelapan menyelimuti. "Apa Kau bisa baik - baik saja jika jadi aku?!" Teriaknya frustasi di sertai isak tangis pilu yang begitu menyayat hati bagi siapa pun yang mendengar.
Kedua tangan yang semula memegang pundak [Name] kini di lepas oleh Satoru. Ia tak bergeming dan hanya menatap Muridnya yang kini menundukkan kepala sembari terisak kencang, menumpahkan segala emosi yang terpendam dalam hati.
"Aku... Aku kehilangan cinta pertama ku, aku juga kehilangan keluarga ku satu - satunya. Lalu, bagaimana aku menjalani kehidupan ini?! Katakan padaku, sensei! apa aku tidak berhak untuk merasakan kebahagiaan?!"
[Name] menarik baju seragam Satoru. Meminta jawaban yang ingin ia dengar dari mulut gurunya. Tidak ada yang bisa Satoru lakukan selain diam. Menunggu muridnya untuk lebih tenang dari emosi yang kini menguasai dirinya.
Di balik tembok yang menghalang, terdapat seorang Okkotsu Yuta yang mnguping. Kedua tangan terkepal tatkala indra pendengarnya mendengar semua rintihan di sertai isak tangis yang keluar dari mulut yang biasanya memancarkan senyum hangat.
Hatinya terasa begitu sakit. Selama [Name] terbaling lemah di atas ranjang pasien, ia terus merenung di sampingnya sembari memegang tangan dingin nan mungil milik [Name]. Memikirkan tentang bagaimana perasaan yang sebenarnya.
Ternyata, ia memang mencintai [Name]. Hanya saja pikiran menolak. Ia selalu merasa bahwa orang di sekitarnya selalu terkena sial jika berada di sampingnya. Dan Yuta tidak mau itu terjadi kepada [Name].
Malam menyapa. Hari berjalan begitu saja. Kini isak tangis itu menutup hari di sertai rintikan hujan yang membasahi bumi, seolah ikut terisak bersama [Name]. Seolah berbagi perasaan yang sama.
✩。:•.───── ❁ ❁ ─────.•:。✩
𝒕𝒐 𝒃𝒆 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒊𝒏𝒖𝒆𝒅
✩。:•.───── ❁ ❁ ─────.•:。✩
【 4 Juni 2021】
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro