「❃┇𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝟎𝟕┆ 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒂𝒌𝒊𝒕」
✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩
𝒄𝒆𝒏𝒕𝒊𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓
✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩
Hari berlalu begitu cepat. [Name] dengan susah payah bertahan untuk hari esok. Hingga tak terasa seminggu berlalu begitu saja. "Hah.." suara helaan nafas terdengar dari mulut [Name]. Ia menghembuskan nafas, berusaha menghilangkan setidaknya sedikit beban yang menumpuk di pundak yang berusaha tetap kokoh itu.
Mata menangkap pemandangan langit biru dengan sinar matahari yang terik. Di temani awan lembut yang menambah keindahan siang hari ini. Langit tampak baik - baik saja walau hati [Name] terluka sekalipun.
Ia menyunggilkan sedikit senyum manis. Kenapa patah hati rasanya begitu menyakitkan? BErapa kali pun dirinya berusaha menghilangkan Okkotsu Yuta dari dalam pikirannya, Yang terjadi malah sebaiknya. Mengingatnya membuat matanya terasa begitu panas. Ini terlalu menyakitkan.
Ia tidak benci perasaan ini, tetapi ia tidak menginginkannya. Apakah ia masih bisa bertahan di esok harinya? Tangannya membuka kenop pintu. Membiarkan dirinya masuk kedalam kamar kecil di asrama yang tampak sepi ini. Menaruh semua barang bawaannya di atas meja belajar.
Membuka mantel tebal yang melekat pada tubuhnya. Dan kemudian ia memilih duduk di Kasur. Menatap langit yang mulai berubah warna. Tampaknya mentari akan berganti dengan rembulan. Selama beberapa jam kedepan, tak ada yang ia lakukan.
Hanya menunggu datangnya rembulan. Memohon agar setidaknya sedikit bisa menghibur hatinya yang patah. Kata orang, ketika kamu jatuh cinta, maka kamu pun akan merasakan perasaan sakit dari jatuh cinta itu sendiri. Apakah rasanya semenyakitkan ini? Terlalu menyakitkan sehingga [Name] berpikir untuk tak lagi menyentuh perasaan jatuh cinta.
Rembulan yang di tunggu pun tiba. Tanpa berpikir panjang, Tubuh mungil [Name] beranjak dari kasur hangat yang ia tempati. Kaki jenjangnya melangkah keluar kamar asrama dan membawa dirinya menuju atap asrama guna melihat taburan bintang yang menghiasi malam yang gelap ini.
Ia kemudian memegang pembatas rooftop dan menopang dagunya. Menikmati indahnya sinar rembulan di temani kemerlap bintang yang begitu memanjakan matanya. Bahkan Bulan saja tidak bisa berdiri sendiri.
"[Name]"
Seseorang menyerukan namanya. Suara yang enggan ia dengar. Tubuhnya membeku. Tak ada sedikit pun niat untuk membalikkan tubuh atau sekedar membalas panggilannya itu. Suara langkah kaki mendekat. Detik berikutnya, [Name] merasakan kehadiran seseorang di sampingnya.
Tanpa menoleh pun ia tahu siapa orang itu. Tidak ada yang berniat untuk membuka suaranya. Menikmati sejuknya angin yang berhembus serta langit malam.
"[Name]?"
Sekali lagi Yuta menyerukan nama gadis yang beridir di sampingnya. Kali ini [Name] berdehem sebagai jawaban. "Apa kau membenciku?" Pertanyaan yang di lontarkan Yuta tak bisa di jawab langsung oleh [Name]. Ia tak terkejut mengapa Yuta Menanyakan itu, melihat sikapnya seminggu belakangan ini.
"Tidak. Kalau aku bisa memilih, Aku memilih untuk membencimu. Tapi pada akhirnya aku tak bisa membencimu" Ujar [Name] setelah terdiam selama beberapa menit. "Kenapa?" Tanya Yuta Lagi. "kenapa? kenapa ya. Karena tidak ada sesuatu dalam diriku yang bisa menjadi alasan untuk membencimu." jawabnya. semua kalimat yang ia lontarkan bagaikan mengalir tanpa ia sadari.
Kembali terjadi keheningan di antara keduanya. Antara [Name] yang malas membuka percakapan, atau Yuta yang bingung bagaimana harus memulai percakapan. "[Name], soal percakapan yang kau dengar saat it-"
"Berhenti, Yuta. Kau tak perlu menjelaskan apapun kepada ku. Aku tidak mau dengar. Jangan membuat hati ku kembali merasa goyah. Kumohon. " Ujar [Name] yang akhirnya memberanikan diri untuk menatap langsung manik gelap milik Yuta.
Pandangan Yuta seketika terpaku kepada manik bening milik [Name]. Mata [Name] seolah memancarkan sinar yang menyilaukan tetapi membuatnya tak bisa berpaling bahkan hanya untuk seperkian detik. Tanpa Yuta Sadar, jauh dalam lubuk hatinya Ia sangat menyukai gadis di hadapannya. Ia merasa sakit ketika [Name] memilih untuk menjauhinya.
"Aku sudah menetapkan hati ini untuk berhenti mencintaimu. Berjuang itu rasanya sakit. Jadi, kalau kau tidak bisa menyukaiku. Aku mohon, jangan membuatku kembali berharap"
Sang gadis akhirnya memutuskan untuk segera mengakhiri pertemuan keduanya. Sebelum tubuhnya benar benar menghilang di balik pintu besi yang terasa dingin, [Name] kembali bersuara.
"Kupikir aku dan kamu semakin mendekat. Ternyata semuanya hanya anganku saja. Nyatanya jarak di antara kita tidak berkurang, walau hanya 1 cm pun"
Wajah cantik [Name] menampilkan senyum manisnya. Berkata hal menyakitkan dengan senyum manis tetapi walau begitu, hatinya tak bisa berbohong. Manik indah yang selalu memancarkan cahaya itu akhirnya mengeluarkan cairan bening bernama air mata.
Ia menutup pintu kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya. Menutup dirinya dengan selimut tebal yang begitu hangat. Menumpahkan segala emosi sedih yang menumpuk dalam hati kecilnya.
Rasa sakit itu kembali datang. Tetapi ia merasa lega bisa menumpahkan segala keluhan hati yang sudah sejak lama ia pendam. Setidaknya malam ini ia bisa tertidur nyenyak walau badai menghadang di esok hari.
✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩
𝒕𝒐 𝒃𝒆 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒊𝒏𝒖𝒆𝒅
✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩
【 28 Mei 2021】
Heloooo anybody here? i've been taking a looooooong rest time. soOo now, or maybe xixi i'll be productive yeayyy
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro