Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5•●•Bebas

Hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh Al, bebas dari penjara berbau obat ini. Ummi dan Kayla membantu Al mengemas semua barang-barangnya. Hm, cukup banyak, Kayla saja geleng-geleng melihatnya. Abangnya ini sedang sakit atau tidak? Di kamar rawat Al, berjajar ps dengan macam-macam game. Jangan tanyakan ini ulah siapa. Bevan sengaja membawa semua ps yang ada di rumahnya, agar Al tidak kebosanan di rumah sakit. Tak hanya itu Al yang selalu bosan juga meminta buku-buku yang berkaitan dengan astronomi, matematika, dan fisika. Ya, hanya satu tumpukan yang berjumlah sepuluh buku.

"Bang, benaran semua buku ini abang baca? Berat tau!" gerutu Kayla saat mengangkat  buku-buku tebal itu.

"Nggak usah protes! Abang ini walaupun sakit nggak mau ketinggalan pelajaran, emang kamu yang dibaca novel terus!" seru Al mengemasi semua bajunya ke tas.

"Ish, aku walaupun bacaannya novel, bisa ambil hikmah tau, nggak buat pusing! Ketimbang baca buku astronomi, matematika, fisika, hadeh bisa ngepul nih, otak!"

"Hikmah? Perasaan novel yang kamu baca isinya semua cerita cinta, udah gitu kadang senyum-senyum sendiri,  nangis, ketawa, Abang ngeri liatnya, Dek!"

Kayla menatap tajam ke arah Al yang tertawa puas menggodanya. Marwa yang sedari tadi melihat perdebatan antara abang dan adik pun turut terkekeh kecil.

"Udah-udah! Kalian ini kayak anak kecil aja, cepet beresin semua kita langsung pulang!" Titah Marwa sambil terkekeh.

"O ya Ummi, Abi kemana? Al nggak liat dari tadi." Tanya Al menyadari hal itu.

"Abi kamu lagi ngurus yayasan, nanti juga pulang." Jawab Marwa yang membuat Al membulatkan mulutnya berbentuk "O".

Ahmad Abinya Al, memang membuka yayasan yang berisi anak kurang mampu dan yatim piatu. Ia beranggapan anak-anak seperti itu, berhak mendapat kasih sayang dan perlindungan. Jangan heran jika Al dan Kayla begitu bangga memiliki Abi seperti Ahmad.

"Al, Kayla! Ummi tunggu di depan ya!" Ucap Ummi yang diangguki mereka berdua.

○●○

"Yup, akhirnya beres juga!" Ghina duduk di sofa dekat bankar, dan tersenyum bahagia.

"Gitu aja capek! Liat nih, Darza bawain tas Kakak yang beratnya Innalillah!" Ejek Darza yang melihat Kakaknya sudah kelelahan.

"Ya, wajarlah kamu kan cowok, jadi bawa yang berat-berat. Kalo kakak cuma tugas masukin aja, karena kakak cewek!" Ucap Ghina penuh kemenangan.

Darza hanya memutar bola matanya malas. "Emang ya, cewek selalu benar dan cowok serba salah! Nggak adil bener dah!"

Ghina hanya tertawa kecil melihat Adiknya yang kesal. "Udah itu emang kodrat! Terima aja!" Ucap Ghina berlalu meninggalkan Darza.

"BUNDA! ABAH! KAK GHINA NGESELIN!" teriak Darza keras.

Aisyah dan Haikal yang tadinya sedang membayar tagihan rumah sakit, ketika mendengar teriakan puteranya segera menuju asal teriakan itu.

"Astaghfirullah kamu kenapa? Nggak papa, kan?" tanya Aisyah.

"Kamu ini Darza cowok suaranya kayak cewek, melengking sekali!" Haikal memiting leher anaknya dan mengacak-acak gemas rambut Darza.

"Eh, hehe! Maaf Bun, Bah, tadi Kak Ghina nyebelin sih, makanya Darza teriak." Ucap Darza yang membuat Aisyah dan Haikal geleng-geleng heran.

"Dasar kamu ini! O ya Ghina mana?" Tanya Aisyah.

"Nggak tau deh Bun! Tadi dia ninggalin Darza sendiri." Darza bersikap bodo amat, karena kesal.

Aisyah mencubit lengan Darza. "Ish kamu ini!"

"Aww! Sakit tau, Bun!"

"Sekarang cepet cari Kakak kamu, kalo nggak uang jajan Bunda potong!" Haikal mengangguk setuju mendengar ucapan istrinya.

'Aish! Uang jajan juga yang kena! Sabar Dar!' batin Darza.

○●○

Drttttt
 

           Drttttt
Drttttt

Zahra mengerutkan dahinya, saat teleponnya berdering dengan nama Ghina yang tertera di layar.

"Halo!"

"Assalamua'laikum!"

"Eh, wa'alaikumsalam! Hehe! Kenapa Ghin?"

"Ra, kamu sekarang di mana?"

"Lagi di sekolah, freeclass! Kenapa?"

"Nggak cuma mau ngasih tau, aku udah dibolehin pulang, besok udah boleh sekolah!"

"Beneran?! Alhamdulillah kalo gitu."

"Iya Ra, kalo gitu udahan dulu ya, Assalamua'laikum!"

"Wa'alaikumsalam!"

Tut.... Tut....

Zahra meloncat kegirangan akan kabar itu. Akhirnya dia nggak jomblo lagi, bangku sampingnya yang kosong akan ada tanda kehidupan lagi, alhamdulillah!

"Kenapa lu, Wel?" Ucap Bevan yang keheranan melihat tingkah Zahra.

Zahra menyatukan alisnya. "Hah?  Gue?" Ucap Zahra menunjuk dirinya sendiri.

"Ya iyalah,  lo! Siapa lagi yang loncat-loncat ketawa sendiri?" tanya Bevan.

"Nama gue Zahra ya, bukan Wel Wel! Lo kira Wewe gombel?!" Kesal Zahra.

"Lo sendiri ya, yang bilang bukan gue!" Bevan tertawa geli melihat perubahan raut wajah Zahra. "Lagian Wel itu singkatan dari bawel, ya kan ratu bawel?"

"Canda lo nggak lucu tau nggak?!" Ucap Zahra yang berbanding terbalik dengan hatinya, ia merasa senang saat Bevan memanggilnya dengan nama bawel.

"Terserah dah! O ya, pertanyaan gue belum dijawab kenapa lo?"

"Tadi Ghina nelpon."

Bevan yang mendengar kabar Ghina langsung memasang wajah serius.
"O ya? Terus-terus?"

Zahra memutar bola matanya malas. "Giliran Ghina aja, serius lo!"

"Iyalah kalo tentang calon bini mah gue selalu serius!"

"Hm,"  Zahra tersenyum getir mendengar penuturan Bevan yang terkesan blak-blakan. "Ghina udah boleh pulang dari rumah sakit."

Bevan sumringah mendengar hal itu. "Alhamdulillah! Calon bini udah sehat wal'afiat."

"Dih, ya kali Ghina mau sama cowok nyebelin kayak lo!"

"Nyebelin, tapi ganteng kan?" ucap Bevan menaik turunkan alisnya dan berlalu meninggalkan Zahra.

"Dia itu ya, nggak capek apa buat jantung gue deg-degan?!" Kesal Zahra yang membuat pipinya memerah.

○●○

"Ana uhibbukafillah! Aku mencintaimu karena Allah!" Ghina terus menyanyikan lagu yang baru-baru ini ia dengar.

Tanpa sadar dari arah berlawanan Al juga datang dengan tas dan jaket yang disampirkan di bahunya. Saat Al dan Ghina berpapasan tak ada yang sadar sama sekali di antara mereka berdua. Namun, Al langsung menghentikan langkahnya saat mendengar suara cempreng itu. Ia menoleh ke arah belakang. Dan benar saja ia melihat cewek itu bernyanyi dengan suara cemprengnya.

"Nggak nyangka gue, suaranya  cempreng gitu!" Al terkekeh geli dan berjalan begitu saja.

Ghina terus menatap ke depan menikmati nyanyian yang ia dendangkan, ia berjalan ke arah taman dan duduk di bangku dekat pohon rindang.

"Subhanallah, nggak bosen-bosen aku liat taman ini." Ucap Ghina antusias.

Ghina tak henti-hentinya mengucap asma Allah, saat melihat semua keindahan yang ada di taman itu. Pandangannya teralihkan oleh kupu-kupu yang sibuk mengerubungi bunga-bunga di taman.

"Ih, ada kupu-kupu!" Ghina berdiri dan berlari kecil mengejar kupu-kupu itu. Tanpa disadari sedari tadi ada yang menatapnya.

○●○

Mobil sport hitam yang terlihat mewah, memasuki halaman rumah sakit, seorang cowok keluar dari mobil itu dan membukakan pintu,  untuk wanita paruh baya. Ia menggandeng tangan wanita itu.

"Mom, you look so beautiful!"

"Dasar kamu itu! Sifatmu sama persis seperti Daddy mu Aron!" Elina terlihat sedih saat mengingat mendiang suaminya, yang meninggal karena kecelakaan pesawat.

"Mom, are you okay?" tanya Aron cemas.

"I'm okay! Ya sudah, ayo mom masih ada janji habis ini." Ucap Elina mengalihkan topik pembicaraan.

"C'mon mom! Kondisi mom kurang sehat sekarang, Aron nggak mau tau janji sama client itu harus dibatalkan." Ucap Aron tegas.

"Aron?" Ucap Elina memelas.

"Aron tidak menerima penolakan, mom!"

Aron rutin setiap seminggu dua kali mengantarkan Mamanya check up ke dokter langganannya. Sebenarnya ia bisa memanggil dokter itu ke rumah. Namun, Mamanya menolak dengan alasan ingin jalan-jalan dan merasa bosan di rumah.

Ada getaran di dalam saku jas Aron, seperti biasa sekretarisnya menelpon untuk mengabarkan jadwal meeting.
"Mom duluan ya, Aron masih mau ngangkat telepon penting." Ucapan Aron langsung diangguki oleh Elina.

"Apa?"

"Maaf saya mengganggu, Pak! Saya hanya ingin mengabarkan ada jadwal meeting dengan perusahaan dari Amerika nanti sore."

"Baik, hubungi client kita katakan saya akan datang tepat waktu."

Aron langsung memutuskan sepihak telepon itu. Ia melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Sudah pukul 15:00, aku harus segera mengantar mom!"

Aron berjalan melewati taman rumah sakit, ia melihat seorang wanita berhijab yang sibuk mengusik kupu-kupu di taman. Ia mengerutkan  dahinya heran.

"Wanita itu lagi? Selain aneh, dia juga kekanak-kanakan."

Aron mengabaikan Ghina dan menyusul mom nya untuk check up.

●■●■●■●■●

Iya tau, makin seru kan? Awowkwok sabar ya up nya masih lama.

Salam, 7 juli 2019

Qorina

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro