Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4•●•Hari yang Aneh

Selamat Membaca CILU!
●■●■●■●■●
Islam adalah cahaya penerang, semua telah diatur sedemikian rupa dalam Islam.
●■●■●■●■●

GADIS berjilbab putih itu, menatap sayu ke luar jendela. Perasaan bosan mendominasi pikirannya, kapan ia akan keluar dari ruangan berbau obat ini?

Waktu senggangnya ia habiskan untuk membaca Al-Quran, kadang ia juga membaca novel-novel yng dibawakan Zahra. Sekarang ia bingung ingin mengerjakan apa, semua novel sudah habis dia baca.

Tok... tok..tok..

Ghina melihat seorang anak perempuan berponi yang ia perkirakan masih berusia lima tahun mengetuk kaca jendela.

Ghina membuka jendela sedikit lebar. "Hei, kenapa adek di sini?"

Bocah itu tersenyum menampilkan giginya yang gingsul. "Kak, sini keluar main sama aku!"

Ah, siapa yang tak gemas dengan bocah tembam di hadapannya ini, Ghina tersenyum lebar. "Tunggu Kakak ya!"

Ghina berjalan keluar taman rumah sakit, ia melihat bocah perempuan itu melambaikan tangan padanya. Bocah itu berlari kecil ke arah Ghina, tanpa melihat batu besar di depannya hingga ia tersandung. Ghina segera menghampirinya.

"Astaghfirullah, kamu nggak papa, kan?" tanya Ghina menggendong bocah perempuan itu.

"HUAAAAAA, MAMA!" Bocah itu menangis histeris, dengan memanyunkan bibirnya.

"Eh, Ya Allah! Dek, jangan nangis ya, nanti Kakak beliin permen." Bujuk Ghina.

Bocah itu tetap menangis bahkan lebih kencang, Ghina bingung harus berbuat apa.

"Talia!"

Seorang lelaki berbadan jangkung, dengan rahang tegas datang merebut bocah itu dari gendongan Ghina. "Kamu apakan keponakan saya?"

"Eh, tadi adek ini kesandung batu Kak, saya berusaha buat menenangkan." Ghina membela diri.

"Bohong! Pasti kamu sindikat penculik anak, kan?"

"Demi Allah Kak, adek ini tadi ngajak saya main, tapi nggak sengaja dia kesandung batu."

Cowok itu menatap sinis ke arah Ghina. "Heh, wanita bertudung panjang sepertimu, tidak dapat dipercaya, ah, apa kau seorang teroris?"

Ghina mengepalkan tangannya, ia sudah tak tahan dengan kelakuan cowok di hadapannya. "Maaf sebelumnya, anda boleh menghina saya, asal jangan mencaci agama saya, jilbab ini kehormatan dan jati diri saya. Tolong lain kali jaga ucapan anda!"

Ghina meninggalkan cowok itu dengan geram, masih ada orang yang berpikiran sempit seperti itu.

Aron Alexander, pengusaha muda berumur 20 tahun, tak heran di usianya yang masih muda ia berhasil membuat takjub para pengusaha lainnya. Saat ini ia masih mengenyam pendidikan di salah satu universitas ternama luar negeri.

"Are u okay?" Aron mengecup kening Talia dengan sayang.

"I'm fine, Uncle!" Talia menatap Aron dengan wajah muram. "Uncle jahat! kakak cantik nggak salah, kakak itu baik dia yang nolong Talia. Pokoknya uncle harus minta maaf sama kakak cantik!"

Aron terkejut mendengar penuturan Talia, ia sedikit merasa bersalah pada wanita itu. Tak apa ia akan minta maaf nanti. "Okay, Uncle minta maaf, kita pulang peri kecil?"

Talia hanya mengangguk polos mengiyakan ucapan pamannya.

○●○

Setiap langkahnya Ghina terus berucap istighfar, ia berdoa pada Allah agar tak bertemu orang itu lagi.
"Ya Allah, kenapa cowok itu ngeselin banget sih?"

Karena tak memperhatikan jalan, ia menabrak tubuh tegap seorang cowok yang tangannya terpasang infus. "Astaghfirullah,  maaf ya!"

Al tersenyum menatap cewek berhijab di hadapannya. Dengan cepat ia mengganti senyumannya dengan wajah dingin. "Lo kalo jalan liat-liat! Jangan kebanyakan bengong."

Ghina menatap langsung ke mata Al. "Kamu! Kenapa kamu ada di sini? Nggak di sekolah atau dimanapun, kenapa kamu selalu nyebelin sih?"

Al menaikkan sebelah alisnya, bibirnya tersenyum miring, mendengar omelan Ghina. "Brisik!" Seusai mengucapkan itu ia meninggalkan Ghina.

"Eh kamu! Astagfirullah sabar Ghina!" Ghina memutuskan untuk berjalan ke arah ruangan inapnya dengan langkah panjang.

Al menoleh ke belakang, menatap punggung Ghina yang mulai menjauh.

"Menggemaskan."

○●○

Darza menatap Kakaknya bingung, bagaimana tidak? Dari tadi ia hanya mendengar Ghina menggerutu tak jelas, sambil sekali-kali memakan apel yang ada di atas nakas.

"Kenapa sih, Kak?"

Ghina menatap Darza sinis. "Apa? Kamu juga ngeselin!"

Darza melongo mendengar kalimat Ghina yang agak galak menurutnya. Ya, beginilah kalau menghadapi cewek PMS, serba salah. Dasar wanita!

"Ya udah, aku pergi aja, bisa-bisa diamuk aku di sini sama cewek galak!" Jahil Darza.

Ghina melempar bantal ke arah punggung Darza yang sudah ada di ambang pintu. "Adek durhaka kamu!"

Ghina menghela napas pelan, hari ini benar-benar aneh. Dia bertemu dua cowok menyebalkan. Ia memutuskan untuk memejamkan matanya sejenak dan mengarungi dunia mimpinya.

○●○

Al tersenyum kecil sedari tadi, sekali-kali menggelengkan kepalanya heran. Baru kali ini ia menemukan cewek seperti Ghina. Sangat unik.

"Ayo, lagi mikirin apa?" Kayla muncul dari pintu mengejutkan Al.

"Kamu ini, masuk panggil salam, bukan asal nyelonong."

Kayla hanya memberikan cengiran tak berdosa. "Assalamua'laikum Abang Kayla yang tampan tapi bohong."

"Wa'alaikumsalam! Kalo nggak ikhlas bilang!" ucap Al sinis.

"Ikhlas aku tuh." Kayla mengambil kursi dan duduk di samping bankar Al. "Em, Bang, Kay mau nanya Abang suka Kak Ghina ya?"

Al yang sedang meminum air, tersedak saat mendengar pertanyaan Kayla. "Uhuk-uhuk...."

Kayla menepuk - nepuk punggung Al. "Astaghfirullah bang, kok bisa keselek sih, aku kan nanya aja."

Al masih berusaha mengatur napasnya karena tersedak tadi. "Kamu nanya apa tadi?"

"Aku nanya abang suka Kak Ghina, nggak?"

"Nggak! Dapet resepsi dari mana kamu kalo abang suka dia?"

Kayla memutar bola matanya malas. "Ya wajarlah aku mikir gitu, orang mana yang rela ngebahayain dirinya sendiri demi orang yang baru dikenal, kalo bang Al nggak suka?"

"Ekhm, abang nolong dia karena perikemanusiaan. Kamu tau kan, Abi sama Ummi ngajarin kita buat saling tolong menolong." Jelas Al menentang pernyataan adiknya.

"Hm, iya deh, terserah bang Al, kalo sampe abang suka Kak Ghina sesuai dugaanku, liat aja aku ejek habis-habisan." Ucap Kayla keluar ruangan.

Al menyenderkan kepalanya, ia menatap langit-langit kamarnya. "Apa iya, gue suka Ghina?"

○●○

Cowok berperawakan tampan itu, sibuk membolak-balik dokumen di tangannya. Semakin hari, tugasnya menumpuk saja. Banyak yang harus ia urus. Ayahnya memiliki tiga perusahaan terbesar di Asia. Satu perusahaannya ada di Indonesia dan dua lainnya di Singapura dan Jepang.

Aron menyenderkan kepalanya dan menarik napas menenangkan diri. Ia kembali mengingat kejadian di rumah sakit tadi, cewek berhijab itu berhasil mencuri perhatiannya. Sebenarnya ia tak merasa bersalah sama sekali. Dari kecil ia menganut paham atheis. Ia tak percaya akan adanya Tuhan. Menurutnya, semua yang terjadi di dunia atas kelakuan kita sendiri, bukan karena kendali Tuhan.

Ya, wajar saja ia menganggap cewek itu teroris. Jilbab panjang menjulur sampai bawah dada, saat ia kuliah di luar negeri ada kejadian seorang teroris memakai tudung panjang dan cadar. Banyak juga beredar di televisi mengaitkan Islam dengan semua kejadian itu.

Tetapi anehnya, ia malah penasaran dengan cewek ini, entah karena apa. Ia harap rasa penasarannya tidak membawa bumerang bagi dirinya.

"Aron!"

Aron menoleh pada wanita paruh baya yang memanggilnya.

"Ya mom?"

"Kau belum tidur?! Ini sudah jam 12 malam!"

"Sebentar lagi mom, pekerjaanku akan selesai."

Elina menatap heran kepada putranya yang gila kerja itu. Benar-benar memang. Semoga saja ia menemukan istri yang tepat.

●■●■●■●■●

Gimana?  Tambah seru? Siapa nih? Al? Bevan? Atau Aron?

Kalo aku sih shawn mendes ya:)

Salam, 18/07/2019

Qorina

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro