Chapter 32 Pertengkaran dan Pilihan
Jangan lupa Vote dulu ya~~
Sorry for typo
Selamat menbaca^^
Mata Fang terbelalak lebar.
Di bawah tudung jubah nya, Fang menatap tidak percaya pemandangan keji yang di saksikan nya.
Fang mengatakan pada Gopal bahwa dia akan ke Ibu Kota KokoTiam untuk melihat situasi agar mudah memutuskan langkah selanjutnya. Mereka harus mengetahui sejauh mana pergerakan yang di lakukan Kekaisaran dalam mencari Yaya. Syukur-syukur Raja Halilintar menyerah dan mencari pengantin lain. Masalah kesehatan Yaya, Fang yakin mereka bisa menemukan obat nya.
Tapi betapa terkejut nya pemuda berambut landak tersebut. Dia sudah curiga sejak melewati tembok besar Ibu Kota dan mendapati suasana kota yang lebih sepi dari biasanya. Apalagi saat dia sengaja melewati kedai tempat nya dan kawan-kawan berkerja kemarin sepi dan dalam kondisi berantakan. Pintu hilang. Jendela pecah. Bangku dan kursi terbalik tidak beraturan. Kacau—tidak ada lagi jejak kedai ramai yang ditinggalkan nya kemarin. Terlebih dia juga tidak menemukan suami-istri pemilik kedai serta penduduk sekitar.
Ada apa ini?
Firasat Fang menjadi sangat buruk.
Hingga kemudian terdengar suara keras dari tengah kota—tepat nya di alun-alun kota. Fang menuju kesana dan mendapati pemandangan keji ini.
Di tengah alun-alun kini terdapat sebuah panggung setinggi dua meter.
Namun bukan itu yang mengejutkan, melainkan tujuh pasak setinggi lima meter menggantung tujuh manusia. Dua diantara nya ialah suami-istri pemilik kedai.
“Kasihan sekali. Pasangan pemilik kedai itu harus nya tidak melawan atau berbohong saat di tanyai Prajurit Kekaisaran.” Ujar seorang pria paruh baya berambut putih. Fang mengenal nya sebagai pedagang daging yang tidak jauh dari kedai.
“Iya benar. Seandainya mereka berdua jujur, mereka dan keluarga mereka tidak akan bernasip malang seperti ini.” Sahut temannya.
“Raja Halilintar sangat kejam.” Keluh seorang pemuda.
“Hush, jangan sampai pihak istana mendengar mu atau kau juga dianggap berteman dengan para penculik calon istri Yang Mulia Raja.” Tegur wanita baya yang mungkin adalah ibu si pemuda.
“Tapi hukuman gantung ini sangat kejam!” meski begitu rakyat kecil seperti nya tidka bisa melakukan apapun. Pemuda itu hanya bisa menaruh kasihan kepada keluarga yang di duga adalah komplotan penculik calon ratu mereka.
Dari sana, Fang bisa merangkai apa yang telah terjadi. Entah bagaimana cara nya pihak istana mengetahui jejak Yaya yang terakhir kali berada di kedai. Mengingat betapa baik nya suami-istri pemilik kedai itu kepada mereka, tentu keduanya menolak memberi informasi lebih jauh. Bisa di bayangkan pasangan suami-istri itu kemudian dibawa lalu diberi hukuman. Melihat tubuh yang terlihat bekas cambukan yang berdarah, Fang yakin mereka dicambuk untuk mengatakan yang sebenarnya baru kemudian di gantung dibawah matahari. Dengan tubuh yang lemah, Fang tak yakin mereka masih hidup saat ini.
“Biadap. Menghukum penduduk tidak bersalah…” Mata merah Fang menatap nanar dan bersalah kepada pasangan suami-istri pemilik kedai dan keluarganya, “Raja macam apa itu?”
Lalu tiba-tiba seorang prajurit naik ke atas panggung dengan gulungan ditangannya. Prajurit itu membuka gulungan tersebut dan membacanya dengan suara lantang yang terdengar hingga ke seluruh alun-alun kota.
“PENGUMUMAN UNTUK SELURUH PENDUDUK IBU KOTA KOKOTIAM. SEHUBUNGAN DENGAN MENGHILANG NYA CALON RATU YAYA, KELUARGA KEKAISARAN MENGUMUMKAN PENCARIAN BESAR-BESARAN KEPADA SELURUH PENDUDUK.”
“BAGI SIAPA YANG BISA MEMBERI INFORMASI TERKAIT RATU YAYA AKAN DI BERI HADIAH. BAGI SIAPA YANG BERHASIL MENEMUKAN DAN MENGANTARKAN RATU YAYA DENGAN SELAMAT AKAN DI BERI TANDA JASA DAN HADIAH BESAR. DAN BAGI SIAPA PUN DI DUGA MENJADI TEMAN PENCULIK ATAU MENOLAK BEKERJA SAMA MAKA AKAN DIJATUHI HUKUMAN SELAYAK NYA PARA PENJAHAT DI DEPAN KALIAN!”
Suasana alun-alun langsung heboh dan bising seusai pengumuman tersebut. Sebagian merasa tertarik dan bersemangat lantaran hadiah yang dijanjikan. Sementara yang lain merasa cemas lantaran situasi tidak lagi tentram. Terlebih kasus penculikan calon ratu bukan kasus sepele melainkan kasus besar. Salah-salah kepala seseorang bisa terpenggal.
Tanpa diketahui orang-orang, satu dari ‘penculik’ sang ratu diam-diam keluar dari kerumunan dan menghilang dari balik bayang-bayang.
.
.
.
Di gua tempat Yaya disembunyikan, situasi nya tidak terlalu menyenangkan.
Petir, Cahaya, Gopal dan Ochobot menceritakan siapa sebenarnya Yaya. Dari siapa orang tua nya, tempat tinggal nya di bumi, bahkan keempat saling sambung-menyambung menceritakan bagaimana Yaya semasa sekolah dan tabiat nya yang ingin unggul saat bersaing dengan Ying. Gopal juga menambahkan Yaya senang membuat biskuit tapi rasanya sangat unik.
Yaya mendengarkan semua dengan khikmat. Gadis itu sama sekali tidak menyela. Seluruh cerita dan informasi dia terima dalam diam seraya tubuh nya menyender pada Cahaya.
Setelah mereka selesai menceritakan bagaiamana Yaya bisa terdampar di Neosantara, akhirnya Yaya membuka mulut nya, “Mama ku…bagaimana dengan mama ku?” dari sekian yang ditanyakan Yaya, dia sangat khawatir dengan sosok ibu yang ingatnya samar tapi tidak bisa dipungkiri perasaan rindu yang menyerang hampir membuat matanya berair.
Petir yang menjawab, “Beliau khawatir tapi baik-baik saja. Kami tidak memberitahu Mama mu kalau kamu hilang karena entah apa yang akan beliau lakukan kalau tahu. TAPOPS tidak akan bisa bertahan dengan serangan Mama-mu.”
Tidak ada yang tahu Petir bercanda atau tidak tapi kalau benar, tidak yang tertawa, kecuali Yaya yang tersenyum kecil.
“Candaan mu garing, bodoh.” Ejek Cahaya dengan seringai jelek.
Petir memandang sengit dirinya yang lain, “Diam lah.”
“Apa kau percaya Yaya? Pada cerita kami?” tanya Ochobot.
Yaya tidak langsung menjawab. Gadis pucat itu memandang satu persatu wajah di depannya. Wajah-wajah asing tapi familiar yang memunculkan rindu dalam dirinya. Tidak bisa dipungkiri, wajah-wajah ini mirip dengan satu gambar yang selalu muncul di mimpi nya.
“Kalian tidak jahat. Aku percaya…terlebih kondisi ku memang tidak wajar.”
Yaya sudah mendengar penjelasan Ochobot pasal sihir cuci otak yang mungkin di lakukan Kak Lin pada dirinya. Meski satu sisi dia marah karena yakin pria yang dicintai nya tidak mungkin begitu kejam melakukan hal menjijikan semacam itu. Namun sisi lain, Yaya tidak bisa mengabaikan fakta bahwa tubuh nya memang sangat sakit dan dorongan untuk menemukan serta kebutuhan menyentuh Halilintar semakin kuat.
“Kak Lin…bagaimana bisa…?” tanpa Yaya inginkan satu mata nya mengeluarkan air mata. Mengingat Halilintar yang berbohong kepadanya membuat hati nya sangat sakit.
Segala nya hanya kebohongan Halilintar demi memiliki Yaya meski di luar keinginan sang gadis.
Cahaya menghapus air mata tersebut, “Apa yang membuatmu sedih Yaya?”
Dengan tidak bertenaga Yaya menjawab, “Hati ku sakit…” Yaya menekan dada nya, “Disini…terasa sangat sakit. Kak Lin… aku mencintai nya tapi dia…dia sangat jahat.”
Kemudian isak tangis Yaya pecah. Semua kawan nya dapat melihat Yaya benar-benar sakit hati atas kebohongan Halilintar.
“Kamu sungguh-sungguh mencintai nya?”
Yaya mengangkat wajah nya yang basah. Mata coklat beningnya yang berarir menatap Petir yang berdiri dengan raut wajah murung. Rasa bersalah tiba-tiba menyusup dalam diri Yaya.
“Aku…mencintai Kak Lin. Aku tidak tahu ini karena sihir atau bukan…tapi saat ini hati ku adalah milik nya.”
Maafkan aku, itu adalah yang ingin Yaya ucapkan tapi tidak mampu. Saat Petir berbalik keluar tanpa mengatakan apapun, Yaya semakin di dera rasa bersalah.
“Sudah Yaya jangan menangis.”
Bukan Cahaya yang mengatakan itu tapi Gopal. Persona paling akhir Boboiboy itu juga diam setelah perkataan cinta Yaya kepada pria lain. Tidak memungkiri itu menyakiti hati nya tapi tidak seperti Petir, Cahaya tahu bahwa Yaya tidak diberi pilihan. Semua salah si Raja Halilintar itu!
Tak lama terdengar suara derap langkah dari luar. Sosok Fang muncul terengah bersama Petir yang kembali masuk ke gua. Ekspresi murung tidak lagi terlihat terganti wajah dingin namun sarat khawatir.
“Ada apa Fang?” tanya Cahaya.
Fang setengah berdiri dengan tangan menopang dari lututnya. Nafasnya terengah seolah baru saja berlarian jauh. Yang memang benar dia baru saja berlari secepat kakinya bisa.
“Bagaimana situasi Ibu Kota? Sejauh mana prajurit mencari?” Ochobot ganti bertanya.
“Kawan-kawan…buruk…sangat buruk.”
Perkataan itu yang pasti bukan awal yang baik.
Petir yang tidak sabar meraih bahu Fang, “Fang, apa yang kau lihat?”
Fang kemudian menceritakan apa yang dia lihat di Ibu Kota.
Menambahkan juga soal pengumu-man pencarian berhadiah untuk Yaya.
Ekspresi mereka semua bisa ditebak.
Semua orang memiliki wajah buruk dan tertekan. Kecualikan Yaya, meski sudah sering bertarung, namun perbuaran amoral seperti yang dilakukan Halilintar sangat keji bagi mereka yang lahir di era modern dan toleransi tinggi.
“Kedai itu…mereka juga pernah membantu ku…” guman Yaya lemah. Memikirkan nyawa orang sebaik pasangan pemilik kedai harus mati dengan tidak adil membuat nya menangis. Gadis itu benar-benar sangat merasa bersalah.
“Kita harus segera bergerak. Tidak lama lagi penduduk akan sampai ke sini dan—“
“Tidak. Kita kembali.” Potong Yaya menyela perkataan Petir.
Petir yang mendengar itu sontak marah, “Kamu gila Yaya? Bagaimana bisa kita kembali? Kita harus menjauh dari raja gila itu!”
“Dan membiarkan lebih banyak nyawa tidak bersalah melayang.”
Yaya memandang wajah Petir yang terpengkur, “Kita tidak bisa…tidak boleh ada nyawa lagi yang tertumpah karena ku.” Lagi-lagi air mata turun ke pipi pucat Yaya, “Aku tidak bisa menanggung dosa itu. Tidak bisa…”
Kedua tangan Petir terkepal kuat, “Apa ini juga karena kamu mencintai bajingan itu?” percikan merah memercik tanpa seorang pun tahu.
“Persetan soal sihir, karena kau mencintai nya makanya kau dengan mudah ingin kembali. Bahkan setelah mendengar perbuatan keji bajingan, KAU MASIH INGIN PERGI ?!”
Yaya diam menerima semburan amarah Boboiboy Petir. Matanya menatap sendu Petir yang menggeram serta menatap nya tajam. Mata coklat nya sangat tajam serta sesekali berkilat merah.
“Petir, jaga emosi mu.” Tegur Ochobot.
Tapi Petir terlalu emosi dan sisa rasa kecewa hatinya juga tidak membantu, “Tidak, Ochobot. Yaya di depan kita bukan lagi Yaya yang kita kenal. Dia Yaya yang sudah diguna-guna Raja bajingan itu dan menjadi pelacur nya. Katakan, kau sudah tidur dengan nya bukan?”
“BOBOIBOY PETIR!” itu adalah Cahaya yang berteriak marah.
Seandainya Ying ada disana, Petir pasti habis di hajar perempuan china tersebut. Tapi menggantikan Ying, Fang memukul rahang Petir hingga tersungkur.
“Jaga bicaramu Petir. Yaya sahabat kita. Dia sedang terpengaruh Sihir.” Geram Fang pada pecahan sahabat nya yang sudah keterlaluan kepada Yaya.
Meski dia juga kesal dengan ucapan Yaya tapi dia juga paham bahwa Yaya tetaplah Yaya meski terkena sihir. Selain Boboiboy, yang memiliki hero complex kedua ialah Yaya. Gadis itu tak segan ikut campur masalah orang lain bila diperlukan.
Apalagi memang benar secara tidak langsung penyebab kematian pasangan suami-istri pemilik kedai beserta keluarganya adalah Yaya.
Fang paham dengan rasa bersalah yang ditanggung Yaya.
“Yaya, mau kemana? Jangan berdiri dulu.” Seru Cahaya cemas saat tiba-tiba Yaya hendak bangkit berdiri.
Namun gadis itu dengan keras kepala tetap ingin berdiri. Dia menolak bantuan Cahaya maupun Gopal dan berjalan dengan tertatih menuju Petir yang belum bangun.
Tepat di hadapan sang penguasa element petir, Yaya berkata dengan suara paling tegas nya saat ini, “Aku Yaya Yah. Tidak peduli kepada siapa hati ku berlabuh, aku tetap Yaya Yah. Masalah ini disebabkan oleh ku jadi aku yang akan menyelesaikannya,”
Tangan Yaya dengan gemetar meraih pipi Petir, lantas tersenyum sendu, tidak memungkiri dia sakit hati oleh perkataan sang pemuda. “Maaf kan aku, Boboiboy.”
Tubuh ringkih Yaya kemudian melewati Petir yang mematung. Pecahan itu terlalu terkejut hingga tidak bergerak hingga kawan-kawan yang lain menyusul Yaya keluar.
“Yaya kau—“
“Ochobot, aku akan kembali. Tidak boleh ada yang mati lagi karena ku.” Ucap Yaya seraya memaksakan diri berjalan meski terseok-seok.
“Tapi kamu masih lemah, Yaya.” Gopal berkata cemas.
Yaya masih kukuh, “Semakin lama aku disini, semakin gila Kak Lin bertindak,” mengingat betapa terobesisa raja itu kepadanya.
“Lalu bagaiamana dengan mu?” Yaya berhenti dan berbalik. Dia menatap Cahaya yang menatap dengan mata sorot tak terbaca, “Jika kau kembali, apa yang kau lakukan? Tetap menikah dengan bajingan keparat paling brengsek itu?”
Yaya memejamkan matanya sejenak karena dada nya yang kembali sakit mengingat kebohongan Halilintar kepadanya, “Aku akan mencari jam kuasa ku. Setelah aku sembuh dari ‘cinta’ ini, aku mungkin bisa memukul akal sehat Kak Lin kembali. Sejujur nya aku yakin Kak Lin tidak jahat.”
Setelah Yaya mendengar bahwa jam kuasa nya memiliki penankal sihir, Yaya berencana mendapatkan nya apapun yang terjadi. Yang pertama yang harus dilakukan tentu dengan kembali ke sisi Halilintar. Hingga kemudian Yaya bisa bernegoisasi lagi dengan Halilintar tanpa paksaan lagi.
“Kau yakin itu akan bekerja Yaya?” kali ini Fang yang bertanya. Pemuda yang sangat mirip dengan Pang, pengawal bayangan Kak Lin.
“Harus. Rencana ini harus bekerja.” Jawab Yaya.
“Meski ini akan merenggut hidup mu?”
Lagi, Yaya kembali terhenti dan menatap Petir yang telah menyusul nya keluar gua, “Jika ini tidak berhasil, hidup mu akan terpenjara, bersama raja brengsek yang bisa mengendalikan otak mu.”
Atas perkaan Petir, tubuh Yaya bergetar. Gadis itu ketakutan dengan bayangan dia akan hidup dalam kebohongan. Yang lebih parah Yaya tidak akan menyadari itu. Hidup layaknya boneka bodoh. Yaya tidak mau. Namun tidak ada yang lebih baik. Tubuh nya juga hampir mencapai batasnya.
“Maka kamu akan menolong ku…”
Yaya menatap semua kawan-kawan nya lalu tersenyum, “Kalian pasti akan menolong ku jika aku tersesat lagi. Aku yakin kalian akan.”
Dengan kalimat terakhir tubuh Yaya limbung ke samping. Semua orang berteriak memanggil namanya hingga kemudian Yaya merasa seseorang menangkap tubuh nya. Orang itu adalah Petir.
“Kamu perempuan bodoh.” Yaya merasakan tubuh nya terangkat dalam gendongan Petir, “Tentu aku akan menolong mu. Kita akan pulang bersama ke bumi.” Janji nya.
Yaya yang lemah tersenyum tipis, merasa lega dengan janji tersebut, “Terima kasih Boboiboy.”
Boboiboy…nama itu sangat manis dan baru menyadari nama itu sudah terukir lama di hati nya.
.
.
.
End of chapter.
Beberapa chapter menuju ending. Semoga kalian menikmati chapter ini.
Jangan lupa Vote and Coment. Follow biar tambah mantab. Hehe
Sampai jumpa chapter depan.
Salam Hangat
Ellena Nomihara. Senin, 23 Mei 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro