Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 26 : Wake Up

Jangan lupa Vote dulu ya~



BRAK!!


"AYAH!"


Diantara seluruh manusia Kekaisaran Neosantara cuma di sulung Pangeran Blaze vir Mechamato yang berani masuk ke ruang kerja Raja dengan berteriak—membanting pintu pula.

Penjaga tidak bisa menghentikan sang ahli waris karena tidak ada perintah dari rajanya. Gopalji, yang tengah merapikan dokumen, menatap Blaze dan Ice yang berlarian masuk.

Gopalji menghela nafas. Hari masih pagi namun kedua Tuan muda nya nampak sangat bersemangat mengganggu Ayah mereka.

"Pak Tua, dimana Ayah? Kenapa tidak ada? Biasanya Ayah suka mengubur diri bersama tumpukan sampah itu." Seru Pangeran Blaze tidak sabaran. Di sulung yang memang memiliki tempramen agak tinggi tidak henti-henti mengoceh dan bergerak kesana-kemari.

Sedang Pangeran Ice, berjalan santai menuju sofa dan duduk dengan tenang. Pangeran yang tidak banyak bicara itu dengan tidak peka hanya menatap bosan saudaranya berkoar-koar pada si tua Gopalji. Gopalji bahkan bersumpah dia melihat seutas senyum miring pangeran bermata biru tersebut.

Dua pangeran ini memang senang membuat orang lain menderita.

"Pangeran Blaze, mohon tenangkan diri anda. Yang Mulia Raja belum meninggalkan kamarnya sedari tadi."

Blaze langsung berhenti, "Belum keluar? Ayahku belum bangun? Kau yakin?" tanya Blaze tidak percaya.

Jangan kan Blaze, Gopalji yang hampir seumur hidup melayani Halilintar dari kecil saja juga kaget saat pagi tadi saat ingin membangunkan junjunganya.

"Saya yakin Pangeran." Jawab Gopalji sekenanya. Dia ingin berkata lebih banyak namun berpikir menunggu hingga tuan kecilnya bertanya.

Pangeran Ice yang asik duduk sembari bermain dengan sebuah bola aneh di pangkuannya berkata, "Dimana Ayahku tidur?"

Blaze memandang saudaranya aneh. Ayah mereka tentu saja tidur di kamarnya sendiri.

"Soal itu...Yang Mulia Raja tidur dikamarnya—" Benar kan, "—lalu dari Alli saya diberitahu bahwa Yang Mulia berpindah ke kamar Nona Yaya dini tadi."

Wah! Benar-benar Ayah mereka itu.

"Dan kau membiarkan Ayah begitu saja, Gopalji?" kini Ice menggunakan intonasi dingin.

Gopalji seketika berlutut. Sejenak dia merasa merinding mendengar perkataan pangeran kedua yang memiliki nada yang sama dengan Halilintar. Dingin dan menuntut untuk dipatuhi.

"Maaf Pangeran. Saya tidak mampu menghalangi Yang Mulia Halilintar." Ungkap Gopalji menyesal.

Skandal Halilintar yang menyimpan perempuan muda sudah menyebar dikalangan penghuni istana. Dan meskipun Gopalji berusaha sekeras apapun, berita ini juga pasti sudah sampai kepada beberapa keluarga bangsawan tinggi. Jika berita tentang Halilintar yang tidur dengan Yaya mulai tersebar, akan ada perseteruan dari para bangsawan.

Pernah dengar seorang Ratu berlatar belakang tidak jelas? Tidak?Tentu saja tidak karena tidak pernah ada ratu semacam itu dan Halilintar akan menggegerkan banyak pihak dimasa depan.

Lalu apakah Halilintar akan peduli? Jawabannya--sekali lagi--Tentu saja Tidak peduli.

"Ck!" pada akhirnya Ice cuma bisa berdecak sebal. Dia setuju bahwa tidak ada yang bisa menghentikan Ayahnya bila sudah berkehendak. Kedudukan nya sebagai Raja membuatnya tidak ada yang bisa menghentikannya.

Sementara itu Blaze berpikir pendek dengan mengangkat bahu acuh, "Bukannya bagus??" celetuknya ringan.

"TAK DE YANG BAGUS LAH!"

Kemudian tanpa di duga bola asing yang berada dipangkuan Ice melesat terbang ke arah Blaze dan mencengkram kerah bajunya.

"PANGERAN! MAKHLUK APA YANG ANDA BAWA?!"

Waktunya Ochobot berkenalan dengan Gopal versi tua nan bijaksana (cerewet pula).

.

.

.

Halilintar bersumpah dia bukan orang pemalas.

Sebelum matahari terbit, sewaktu masih belasan tahun bahkan Halilintar memiliki kebiasaan sudah berlatih di lapangan latihan. Meski karena kesibukannya sebagai raja, Halilintar setidaknya masih menyempatkan diri berolahraga ringan dikamarnya.

Kebiasaan itu juga diikuti seluruh penghuni istana.

Namun saat matahari telah terang benderang bersinar dilangit, Halilintar tidak memiliki niat bangkit dari ranjang. Sang raja berbaring nyaman diatas kasur dengan sosok mungil tidur nyaman diatas dada bidangnya.

"Kau sangat cantik..." lirih Halilintar seraya tersenyum kecil dan mencium lagi puncak kepala sang gadis.

Yaya Yah. Gadis ini akhirnya menjadi miliknya.

Setelah dua puluh lima tahun, gadis yang sejak awal dia cita-cita kan sekarang berada dalam pelukannya. Menyatakan cinta padanya. Betapa Halilintar memimpikan hari ini untuk tiba.

"Yaya...aku adalah pria bajingan. Dibanding denganmu yang menolong orang tanpa pamrih, aku orang yang menhalalkan apapun untuk kemenangan. Tidak ada yang mendapat bantuanku dengan gratis. Aku serakah. Aku arogan. Aku iblis karena itu takdirku." Monolog Halilintar sambil mengelus lembut lengan kekasihnya.

"Aku kotor dan tak pantas untukmu tapi maafkan aku. Aku tidak mampu melepasmu." Halilintar lalu mengeratkan pelukannya, "Ini juga salahmu yang datang padaku. Maka aku menolak membiarkanmu pergi lagi. Kau satu-satunya impianku...cahaya manisku." Tak lama kelopak mata sang gadis terbuka perlahan.

"Kak Lin selamat—Hmmp"

Yaya tidak mampu menyelesaikan sapaan paginya saat bibirnya dibungkam dengan bibir lembut pria itu. Halilintar mencecap lembut bibir Yaya. Mengemutnya perlahan seraya menggiring kekasihnya untuk membalas ciumannya.

"Hmmt..." Halilintar kemudian mendorong Yaya berbaring dan bergerak mengurungnya diatas tanpa melepas ciuman manis mereka. Menindih lembut tubuh kecil Yaya dengan miliknya.

Yaya menerima ciuman itu dengan senang hati. Bibirnya ikut bergerak mengemut bibir sang raja yang terus mengejar miliknya. Mata coklat madunya terpejam dan kedua tangannya mengalung pada leher tegap Halilintar.

Ciuman itu terputus sejenak, "Yaya, maukah kau menikah dengan ku?"

Bibir keduanya cuma terpaut satu mili, hembusan nafas keduanya saling menerpa. Mata merah Halilintar menatap penuh damba gadis dibawahnya.

Yaya yang juga menatap mata merah sang pria dengan cinta, tersenyum amat manis, "Iya, aku mau kak Lin." Jawabnya dengan senyuman yang sangat disukai sang pria.

Halilintar tersenyum bahagia mendengarnya. Saking senangnya hingga dia kembali mencium bibir gadisnya dengan lebih semangat. Menggunakan lidahnya untuk menari dengan pasangannya.

"A-Ah..." desah Yaya kecil saat gigi-gigi Halilintar menggigit gemas lehernya.

 Halilintar berharap pagi itu berlangsung selamanya.

.

.

.

Sementara itu di sebuah kedai di Ibukota terdapat antrian sangat panjang. Orang-orang dari pria, wanita dari anak-anak hingga lansia mengantri untuk bisa makan di kedai sederhana tersebut.

"Nasi goreng pedas dengan telur mata sapi untuk meja no 20!"

"Nasi Lemang Makcik Kantin untuk meja 15!"

"Spesial Hot Choco untuk kakak cantik meja no 3 SIAP!"

Yang berteriak mengumumkan pesanan siap ialah pemuda tambun sehat berkulit hitam. Sementara ada tiga sosok pemuda lainnya yang bergerak cepat nan cekatan mengantar pesanan ke meja.

"Suamiku, dewa sedang tersenyum kepada kita." Ujar sosok wanita baya kepada suaminya yang merupakan pemilik kedai.

"Benar sekali istriku. Setelah nona Yaya pergi, pelanggan kedai kita sepi tapi beruntung sekali kita mendapat empat pemuda hebat ini. Kedai menjadi sangat ramai." Ujar sang suami tersenyum lebar. Baginya ini seperti rezeki nomplok. Dia kira setelah perginya gadis manis Yaya, kedainya tidak akan ramai lagi. Tapi siapa sangka saat berjalan ke pasar kemarin dia menemukan empat pemuda pengangguran kelaparan? Karena kasihan dia membawa mereka ke tempatnya. Dan empat pemuda yang mengenalkan diri sebagai Gopal, Cahaya, Fang dan Petir itu membalas budi dengan membantu berjualan.

Hasilnya? Tak lama setelah orang-orang menyicipi hidangan aneh namun lezat buatan Gopal dan tiga pelayan yang kelewat ganteng dan ramah, orang-orang berbondong-bondong datang.

Istrinya benar. Dewa sedang tersenyum kepada mereka.

.

.

.

Di dunia serba putih, dua sosok makhluk memadu kasih di atas tempat tidur.

Tidak—lebih tepatnya hanya sepihak saja karena kini sosok gadis cantik yang nampak berantakan di bawah kungkungan sang pria kini tidak lagi bergerak.

"Hm? Ada apa dengamu, cantik?" sosok pria bermata hitam itu menghentikan hentakan miliknya. Dia meraih dagu gadis dibawahnya dan menatapnya lamat-lamat.

Mata itu tidak lagi coklat madu yang bersinar terang tapi redum layaknya matahari tenggelam. Tidak ada lagi suara merdu sang gadis saat dia menyentak keras dan cepat. Tidak ada lagi lolongan sakit dan nikmat.

Gadis itu diam. Seperti telah mati.

"Kau tidak mati kan sayangku? Tentu tidak, kau tidak bisa mati disini. Hei hei! Jawab aku!" dengan kasar pria itu menampar dan menggoyangkan wajah sang gadis—memaksa nya untuk bangun.

Namun meski segala upaya dia lakukan, gadis itu—Yaya—tidak mau bangun. Matanya terbuka namun gadis itu menolak menutup ataupun bangun.

Pria bermata hitam itu mengerang kesal, "Sial! Kau cuma manefestasi alam bawah sadar manusia bernama Yaya ini, sialan! Jangan main-main denganku!"

Tapi sosok gadis tanpa busana itu tidak bergerak seinci pun, "Ck! Perjanjiannya si bocah menyedihkan itu bisa mendapatkan si cantik Yaya dan aku bisa bermain sepuasnya disini!"

 Tanpa di sadari pria itu , sesosok transparan bening bergerak cepat—meninggalkan pria bermata hitam yang masih mengomel kesal pada sosok Yaya yang tidak bergerak.

"Kau membuatku kesal gadis kecil! Jangan kira aku akan berhenti cuma karena ini, sialan!"

Pria itu dengan gila kembali menenggelamkan diri pada tubuh tidak bergerak sang gadis. Tidak peduli tidak ada respon sekalipun, pria tersebut dengan beringas bergerak diatas tubuh Yaya.

"Kau sudah jadi milikku, jadi akan akan memilikimu hingga tidak bersisa!"

Yang terdengar dari dunia putih itu hanya bunyi tepukan dua kulit yang bertemu kasar.


.


.


.








"Bangun...












...ingat siapa dirimu...












....siapa Tuhanmu...











jangan biarkan Iblis menguasai hatimu...










Kau kuat Yaya Yah....















jangan biarkan pria itu menodai kita lebih dari ini...












Bangun...














Bangun...












BANGUN!"

















DEG!!


















TBC



Selamat Tahun Baru semuanya. Saya sayang kalian. Terima kasih sudah menunggu^^

Ngomong-ngomong saya mau tahu dong harapan kalian untuk story ini?

Jangan lupa Vote, Comment dan Follow. Kalo lupa saya juga lupa untuk update, hehehe.

Salam Hangat




Ellena Nomihara. Senin, 03 Januari 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro