Chapter 18 : Pang (Teman Curhat Tak Terduga)
Jangan lupa VOTE dulu yaaa~
Selamat membaca^^
Cuma masalah waktu sampai Yaya ditemukan. Sedari awal Yaya tidak memiliki keuntungan apapun dalam permainan ini. Sudah pasti Halilintar akan menggunakan kuasanya untuk menyebar para prajurit ke seluruh penjuru wilayah istana. Sementara dia cuma bisa bersembunyi dalam istana karena Yaya menolak terbang ke kota dengan gaun.
Repot jadinya kalau Yaya disangka putri yang melarikan diri (Memang benar melarikan diri tapi dia bukan putri) dan ujung-ujungnya dilarporkan juga ke istana.
Pemenang nya sudah tertebak. Sudah jelas. Pria itu memang luar biasa terlebih dengan gelarnya sebagai Raja.
Tapi setidaknya Yaya tidak akan membiarkan dirinya tertangkap semudah itu. Mengetahui sikap aneh dan tidak terduga Halilintar akhir-akhir ini, jujur Yaya takut apa yang akan dilakukan raja itu nanti saat menangkapnya. Dalam hati Yaya bertekad kalau Halilintar berani macam-macam lagi dia mencubit pria itu dengan kekuatannya.
Cubitan Yaya tidak membunuh kok. Cuma mematikan saja. Kalau bukan dengan orang yang sudah berpengalaman (Gopal) bekas cubitan Yaya akan membekas biru sampai seminggu (Gopal cuma butuh lima menit untuk sembuh lalu dicubit lagi oleh Yaya).
Lalu tiba-tiba Yaya merasa ada seseorang mendekat dari belakang. Mengandalkan instingnya yang telah dia asah selama menjadi superhero galaxy, Yaya melompat dari duduknya dan mengambil sikap siaga. Dari balik tembok tanaman taman labirin, keluar seseorang. Sosok nya tidak terlihat karena gelapnya malam.
Tapi kemudian awan yang menutupi bulan menjauh dan Yaya bisa melihat sosok dalam bayangan yang datang mendekatinya.
Seorang pria. Lebih tua darinya. Di kedua pinggangnya ada pisau atau belati. Berpakaian serba hitam dan berambut ungu jabrik seperti landak.
Yaya sejenak terkejut. Wajah pria di depannya ini sangat mirip dengan wajah salah satu sahabat laki-laki nya. Fang.
"Eh...kamu..."
Belum selesai Yaya bicara, pria yang mirip dengan Fang itu tiba-tiba bersujud pada satu kakinya. Kepalanya menunduk dan berkata, "Salam nona Yaya. Saya Pang, pengawal Yang Mulia Raja Halilintar, saya tidak bermaksud mengejutkan anda."
Yaya berkedip cepat. Gadis itu sama sekali tidak terbiasa dengan orang-orang yang selalu membungkuk atau bersujud padanya. Padahal hubungan nya dengan Halilintar saja tidak jelas. Yaya bukan junjungan mereka.
"Eh-Fan—Ah Pang! Tolong berdiri. Jangan bersujud begitu, saya tidak pantas." Kata Yaya buru-buru meminta sang pengawal raja berdiri.
Pang menurut dan berdiri tegak. Dari jarak lima langkah itu, Yaya menangkap dengan jelas figur Pang ,yang selain wajah dan rambut, sangat berbeda dengan Fang.
Pang lebih tinggi dan postur tubuh gagah dan berisi karena faktor umurnya yang lebih dewasa dan karena pekerjaannya sebagai pengawal raja maka sudah jelas Pang ini lebih ahli bertarung dengan tangan kosong—oh senjata juga.
"Em...Pang." Yaya tidak bisa memanggil Pang yang punya wajah sama dengan Fang yang menyebalkan dengan sebutan 'kakak' atau 'abang', "Bagaimana kamu menemukan saya?" tanyanya hati-hati. Yaya selalu berhati-hati saat pertama kali bertemu dengan seseorang, terlebih jika itu adalah seorang pria berwajah tembok yang punya pisau dipinggangnya.
Pang langsung menjawab, "Saya tidak menemukan anda, Nona. Sedari awal saya mengikuti anda hingga kemari."
Eh? Yaya bingung, "Mengikuti saya? Kenapa?" gadis itu tidak sadar telah meninggikan suaranya.
"Perintah Yang Mulia Halilintar. Beliau ingin memastikan anda tidak kabur lagi setelah menemukan anda di kota kemarin." Jawab Pang masih dengan wajah datar.
Bahu Yaya meluruh. Bahkan Halilintar sampai memerintahkan seseorang untuk mengikuti nya diam-diam. Setakut itukan raja itu ditinggal pergi Yaya? Ini sudah melanggar privasi.
"Apa kamu juga mengawasi saya saat di dalam ruangan saya? Saat saya berganti baju atau mandi?" benar. Pria di depannya punya adalah seorang pengawal sekaligus mata-mata di lihat dari keahliannya bersembunyi dari balik bayang-bayang, jadi tidak menutup kemungkinan Pang ini punya niat buruk mengintip Yaya diruangannya.
Dan tanpa di duga pipi sang pengawal bayangan muncul semburat merah muda, "Ti-Tidak Nona. Saya bersumpah tidak pernah melihat anda dalam keadaan tidak pantas."
Dalam hati Yaya ingin tertawa. Ternyata lucu juga melihat wajah datar pria di depannya menjadi malu. Tapi Yaya masih masih mempertahankan wajah tidak percaya dan memincingkan mata, "Lalu saat saya di ruangan, dimana kamu?" tanya Yaya.
"Sa-Saya berada di atas balkon anda. Yang Mulia menyuruh saya untuk terus waspada apabila nona Yaya nekat kabur saat malam."
Entah acting atau bukan, Yaya tidak menemukan kebohongan dalam ucapan atau ekspresi Pang. Sekarang dia tahu, Halilintar benar-benar serius ingin mengikat Yaya dalam istananya.
"Hahhhh..." Yaya menghela nafas panjang yang sengaja dia keraskan. Sedikit mengejutkan Pang yang melihat perempuan kesayangan tuannya mendudukan dirinya di tanah berbeton.
Tidak memperdulikan gaunnya yang akan kotor dan tidak layak lagi digunakan untuk menghadiri makan malam bersama keluarga Kekaisaran.
"Nona, anda harus kembali. Seluruh istana mencari anda." Kata Pang kembali dengan wajah datarnya.
"Tidak mau. Saya tidak mau dihukum Kak Lin."
"Tidak lama lagi Yang Mulia akan menemukan nona disini." Celetuk Pang dengan intonasi sedikit mengejek. Tidak merasa aneh ketika Yaya memanggil junjungan nya dengan panggilan kelewat santai.
"Saya tahu itu!" balas Yaya kesal.
Dari awal, penenangnya sudah jelas Halilintar. Dan Yaya yang sadar diri berusaha tidak ditemukan sesegera mungkin. Benar. Cara ini juga ampuh untuk menghindari makan malam bersama keluarga Kekaisaran.
Aduh!Selama ini makan dengan Halilintar saja sudah cukup membuatnya gugup, apalagi dengan anggota Kakaisaran yang lain. Bisa-bisa Yaya mati tergagap karena tidak bisa menjaga manner.
"Pang, kamu tahu saya bukan berasal dari sini?" tiba-tiba di tengah keheningan malam, Yaya memecah suasana.
Pang mengerti maksud nona di depannya yang mengacu pada Yaya yang berasal dari planet lain atau datang dari bumi yang lain, "Saya tahu."
"Kalau begitu mau saya ceritakan sesuatu? Percaya tidak saya punya teman yang wajahnya mirip dengan kamu." Pada titik ini mata Pang melebar sebentar dan menatap Yaya penasaran.
Yaya tersenyum senang dengan respon Pang yang menurutnya menarik, "Hehe, jadi di tempat tinggal saya..."
Selanjutnya Yaya menghabiskan waktu beberapa jam untuk bercerita kepada Pang. Cerita-cerita yang tidak dia beritahu kepada Halilintar. Tentang Yaya yang memiliki teman yang wajahnya mirip dengan beberapa orang disini (Yaya tidak memberitahu soal wajah Boboiboy yang sama dengan para keluarga raja). Lalu berlanjut pada cerita perjalanan menyenangkan dan mendebarkan pada misi-misi nya bersama teman-teman.
Yaya adalah yang paling mendominasi percakapan, Pang hanya menyahut dengan "Oh" "Itu bagus" "Hm" dan respon lainnya yang tidak lebih dari tiga kata. Meski baru bertemu Yaya mengambil kesimpulan bahwa Pang ini orang yang pendima—terlalu pendiam. Bahkan Fang tidak sediam dan sedatar itu. Sejauh ini Yaya belum melihat wajah kaku itu melukis senyum.
Ada alasan kenapa Yaya lebih terbuka pada Pang, lebih daripada Halilintar. Itu karena sebenarnya dia dan Fang adalah teman curhat. Ini bermula dengan dia yang mengetahui Fang menyukai Ying secara kebetulan. Awalnya itu dijadikan Yaya sebagai ledekan tapi Fang membalas dengan berkata dia tahu Yaya menyukai Boboiboy.
Nah, jadi dah tuh. Mereka berdua malah jadi teman curhat sekaligus mata-mata satu sama lain. Yaya dengan hati berbagi informasi tentang Ying dan Fang membagi yang dia tahu tentang Boboiboy, tentu dalam konteks ini informasi yang bersifat istimewa dan berharga.
Jadi kebetulan Pang punya wajah yang sama dengan Fang dan kelihatan bukan tipe orang ember bocor, Yaya dengan senang hati berbagi cerita. Kebiasaan memang sulit mati.
Malam terus berjalan. Suara hewan kecil malam berderik dari balik tembok tanaman taman labirin. Angin yang juga semakin dingin seiring dengan bertambah terangnya sang bulan.
Pang menatap gadis merah muda itu dalam diam. Dia mengantuk. Lihat saja mata coklat bening itu tidak lagi secerah sebelumnya dan wajah kelelahan. Hingga beberapa saat kemudian Pang mendapati Yaya telah tertidur sembari bersandar pada tepian batu.
Sangat pulas dan sama sekali tidak terlihat terganggu dengan sapuan angin malam.
Tidak ingin mendapat kemarahan junjungan, Pang dengan sigap menempatkan Yaya pada gendongannya. Dia dengan mudah mengangkat gadis yang lebih kecil darinya lalu berjalan menuju jalan keluar dari taman labirin.
Pria itu sedikit menghindari keramaian prajurit yang masih sibuk mencari keberadaan nona dalam gendongannya. Dengan mudah dia menyusup masuk dalam istana dan berjalan menuju ruangan Yaya.
Namun langkahnya terhenti oleh seseorang yang berdiri menghalangi langkahnya.
"Yang Mulia." Salam Pang dengan lirih.
Halilintar tidak mengatakan apapun. Tapi mata merah miliknya memandang tajam pada pengawal nya yang selalu bekerja dalam bayangan.
Dia melirik pada Yaya yang tertidur pulas dalam gendongan Pang. Masih dengan gaun merah muda cantik miliknya tapi sedikit kusut dan kotor. Menilik kemampuan Pang, dia harusnya sudah menemukan Yaya sedari awal tapi entah apa yang menundanya hingga makan malam telah berlalu tanpa Yaya yang harusnya jadi bintang utamanya.
'Rencanaku gagal, sial.' Umpat Halilintar dalam hati,
Namun sang raja tetap tenang diluar. Pria bermata merah itu mendekat dan tanpa kata mengambil Yaya ke dalam gendongannya.
"Kita bicara nanti. Pergilah Pang." Titah sang taja dengan berbisik. Tidak bisa tidak memberi lirikan tajam dan sinis karena pelayannya yang satu ini telah berani meletakkan tangannya pada Yaya.
Pang yang peka bahwa rajanya kesal langsung undur diri. Dia akan melaporkan laporanya nanti setelah Halilintar selesai dengan sang nona.
Setelah kepergian Pang, Halilintar memandang Yaya dalam gendongannya. Gadis kesayangannya sangat pulas tidur, sedikit aneh karena Yaya berkata dia gampang terbangun dan sensitive karena terbiasa harus waspada saat tidur di alam liar.
Tapi sudahlah. Yaya kembali pada pelukannya. Hanya itu yang penting.
Halilintar menunduk dan mengecup kening perempuan miliknya, "Harusnya aku menghukummu atas sikap memberontakmu, kelinci kecilku. Tapi aku biarkan kali ini jadi tidurlah dengan nyaman." Bisikan Halilintar tidak menganggu Yaya.
Halilintar mengambil satu kecupan lagi di pipi Yaya lalu berjalan menuju ruangan Yaya. Disana Gopalji dan para maid telah menunggu.
"Kau tertangkap lagi, Yaya. Dan akan terus begitu hingga akhirya kau akan menyerah dalam pelukanku. Tidurlah kekasihku. Aku akan menjagamu dengan seluruh hidupku yang sudah lama menjadi milikmu."
.
.
.
End of chapter.
Hai! Hai! Yahhh...emang dari awal Yaya tidak OP, sih. Hehehe.
Abaikan fakta nama Alien Fang itu Pang. Anggap saja saya tidak tahu. Hehe.
Jangan lupa Vote and Comment yang readers. Biar saya tambah semangat yang nulis. FOLLOW juga Authornya biar makin mantap. Hehe
Oke, jumpa lagi chapter depan
Salam Hangat
Ellena Nomihara. Rabu, 03 Februari 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro