Chapter 17 : Flasback 1 (Dia Milikku)
Jangan lupa VOTE dulu yaaa~
Selamat Membaca^^
"Pangeran Mahkota, Yang Mulia Ratu ingin bertemu dengan anda." Gopalji menunduk takdim pada junjungannya yang sedang khusuk membaca catatan lawas dalam perpustakaan.
Seorang bocah laki-laki, sekitar usia tujuh tahun, dengan mata merah dan rambut hitam, berhenti membalik buku tua yang sudah kuning dan rapuh kertasnya dan menoleh, "Ibunda Ratu? Dimana?"
"Yang Mulia Ratu akan sampai kemari sebentar lagi, Pangeran."
Tepat setelah Gopalji berkata demikian, terdengar seruan kedatangan sang ratu Kekaisaran. Halilintar menutup bacaannya dan berdiri dengan tegap menyambut sang ibunda.
Dari pintu megah perpustakaan istana, datang seorang wanita cantik berambut perak. Wajahnya sangat ayu juga tegas khas seorang wanita bangsawan. Gaunnya pun indah dengan segala pernak-pernik terbaik yang bisa ditemukan untuk sang wanita nomer satu Kekaisaran.
"Pangeran Mahkota."
Halilintar menunduk memberi hormat, "Ibunda ratu."
Tanpa ada seorang pun menyadari, raut wajah Amira, sang ratu, sedikit berubah. Tapi segera Amira berpaling dan bertitah kepada para pelayan, "Tinggalkan kami. Ada yang perlu aku bicarakan berdua dengan putraku."
Tidak lama ruangan itu sepi menyisakan sepasang ibu dan anak kekaisaran. Halilintar tidak tahu apa yang ingin di bicarakan ibunya tapi dia hanya memasang wajah datar. Meski dia cuma tujuh tahun, siapapun bisa langsung tahu bahwa dia adalah calon raja masa depan. Aura nya sangat kuat dan sedikit berbahaya meski si sulung dari tiga kembar belum menginjak sepuluh tahun. Belum lagi Halilintar begitu cerdas dan dewasa melaksanakan perannya sebagai pangeran mahkota.
"Lintar..." panggilan teramat lembut keluar dari Amira. Halilintar sedikit terkejut dan menatap sang ratu yang juga menatapnya dengan tatapan keibuan.
"Kemarilah. Duduk dengan Ibunda." Amira menepuk sisi sofa yang kosong disamping kanannya. Halilintar tidak membantah dan duduk berdekatan dengan sang ibu.
Saat elusan mendarat pada puncak kepalanya, sekali lagi Halilintar menatap Amira yang tersenyum lembut, "Ibunda mendapat laporan kalau putraku lagi-lagi bekerja terlalu keras." Pada titik ini, Halilintar reflek merengut sembari mengumpati Gopalji yang mulutnya ember pada ibunya.
"Aku baik-baik saja. Ibunda jangan khawatir." Kata sang pangeran datar.
"Lintar...tidak apa kau sedikit santai seperti dua adikmu. Bukankah sudah lama kalian bertiga tidak bersenang-senang bersama?"
"Tidak. Aku sibuk."
Amira menghela nafas. Sebagai ratu Neosantara, dia tentu sangat bangga Halilintar mengemban tugasnya sebagai putra mahkota negeri ini dengan baik. Seluruh bangsawan mengakui dan setuju Halilintar adalah calon terbaik untuk raja masa depan. Tapi sebagai seorang ibu, Amira sedih putranya seperti berubah menjadi pribadi lain. Memang benar sejak awal karakter Halilintar lebih pendiam ketimbang Taufan dan Gempa. Tapi setidaknya dia masih mau menghabiskan waktu dengan saudaranya.
Tapi semenjak dua tahun lalu, tepatnya setelah kecelakaan yang nyaris membunuh tiga putranya, Halilintar berubah. Kajadian itu begitu menggemparkan Kekaisaran hingga membuat marah banyak pihak. Yang paling geram adalah Amato, sang raja dan suami Amira, yang langsung mengusut pelaku kejadian itu dan menemukan ada pengkhianat dalam istana. Ada konspirasi yang ingin menggulingkan keluarga Kekaisaran. Dan juga asumsi kerajaan Malaya, yang saat itu belum sepenuhnya tunduk pada Neosantara, terlibat. Semenjak itu ada bara api pada hubungan dua negeri ini.
Ketiga pangeran terluka tapi tidak sampai membahayakan nyawa. Mereka mendapat pertolongan seorang tabib di sebuah kota kecil dekat dengan jurang mereka jatuh.
Namun ada yang aneh. Tepatnya Halilintar yang bersikap aneh.
Setelah sadar, si sulung tidak henti-hentinya berkata bahwa ada seseorang yang menyelamatkan mereka bertiga. Seorang gadis. Berpakaian merah muda, bermata coklat dan berharum buah cherry. Yang paling aneh saat Halilintar berkata gadis itu bisa terbang, membawa dia, Taufan dan Gempa yang pingsan keluar dari kereta yang hancur dan meninggalkan mereka di kota.
Tidak ada yang percaya. Cerita Halilintar yang masih lima tahun dianggap halusinasi semata. Taufan dan Gempa tidak bisa membela karena mereka tidak sadarkan diri tepat saat kereta membentur tanah.
"Tapi dia nyata. Gadis itu benar-benar membawa ku, Taufan dan Gempa terbang!"
Halilintar sampai histeris karena marah dianggap pembual, berhalusinasi, bahkan sebagian orang dewasa menganggapnya gila.
Lalu beberapa waktu terlewati, Halilintar bertekad membuktikan dirinya benar. Selama berbulan-bulan Halilintar kecil mencari gadis yang dimaksud. Bahkan datang ke kota tempat dia diobati, tapi berujung kekecewaan karena tabib yang menyembuhkannya sudah meninggal.
Halilintar mencari. Mencari. Dan mencari. Dia bahkan sampai merecoki orang-orang di kantor pemerintah untuk mencari identitas gadis penolongnya. Satu demi satu, memeriksa seluruh data dan gambar gadis remaja di Kekaisaran.
Namun tetap berujung sia-sia. Gadis yang dimaksud tidak ditemukan bahkan setelah Halilintar membentuk tim khusus nya untuk mencari.
Hingga kemudian pencarian itu berhenti tepat setahun kemudian setelah Amato memerintahkannya untuk berhenti. Tentu Halilintar tidak terima, tapi pada akhirnya dia menyerah dan berubah menjadi pribadi yang lebih tertutup dari sebelumnya.
Seolah sedang melampiaskan amarah, Halilintar bekerja terlalu keras pada dirinya sendiri. Mengambil seluruh kelas pendidikan pangeran mahkota. Berlatih pedang dan beladiri. Menghabiskan waktu di perpustakaan.
Tidak ada waktu bermain.
Tidak ada waktu bersantai.
Halilintar benar-benar menjadi bocah dewasa diumurnya yang ketujuh.
"Ceritakan pada Ibunda." Ujar Amira tiba-tiba.
Halilintar yang tidak mengerti menatap bingung ibunya.
"Gadis yang menyelamatkanmu dan kedua saudaramu. Ceritakan pada Ibunda." Katanya lagi dengan suara lembut.
Tubuh Halilintar sedikit tegang. Topik 'gadis penolong yang bisa terbang' itu sangat sensitif bagi nya. Amarah karena disebut gila dan penghalu masih ada dalam hati.
"Kenapa Ibunda ingin tahu? Aku hanya membual." Kata-kata yang keluar dari mulut Halilintar begitu dingin dan dibumbui setitik api marah. Kedua tangannya mengepal tanpa sadar.
Amira tahu putranya memiliki kemarahan kepada semua orang termasuk dirinya tapi dengan hati-hati dia berkata lagi.
"Dari dulu Ibunda kenal dengan sifat putra-putra Ibunda. Kau, Lintar, bukanlah orang yang suka membual. Dari pada kedua saudaramu, kau yang paling jujur. Semua orang tahu meski caramu menyampaikan sedikit kasar."
Si bungsu Gempa adalah pribadi yang mencerminkan seorang bangsawan sejati. Ramah, pintar berkata-kata, bisa bergaul dengan siapa saj. Tapi dengan wajah polosnya Gempa bisa berbuat licik jika dia mau.
Taufan adalah bocah periang kelebihan tenaga yang senang aktivitas berkeringat dan jenius ilmu pedang. Dia polos tapi juga sangat usil dan berani pada semua orang kecuali pada Raja Amato dan Jendral Tar-Rung. Dia juga sangat menyebalkan dan pintar membuat orang lain darah tinggi
Halilintar sendiri adalah pribadi pendiam, tenang dan logis. Dia juga pintar bahkan bisa dibilang punya bakat menakjubkan di bidang akademik dan non-akademik. Yang kurang cuma Halilintar tidak segan dalam berkata. Kasar memang tapi segala ucapannya adalah kebenaran.
Sejenak Halilintar terdiam. Yang dikatakan oleh wanita yang telah melahirkannya membuatnya sedikit tersentuh. Meski Ibunya juga salah satu orang yang tidak percaya dengan ceritanya, tapi Amira bukan perempuan jahat dan peduli pada perasaan anak-anaknya.
"Dia...cantik." Halilintar memulai dengan sedikit ragu.
Alis Amira seketika terangkat, "Dari semua yang bisa kau ceritakan kau mulai dengan dia'cantik'? Oh, aku tidak tahu putra Ibunda satu ini bisa mengenali gadis cantik." Kata nya dengan nada geli.
Tanpa bisa dicegah wajah Halilintar memerah, membuat Amira tertawa mendapati ekspresi yang menurutnya lucu dari putra sulungnya yang sering diam dan bermuka tembok.
"Baik, dia cantik. Lalu?"
Selanjutnya sepasang ibu dan anak itu menghabiskan waktu mereka dengan membicarakan sosok gadis misterius yang entah ada dimana sekarang. Tidak banyak yang bisa Halilintar ceritakan tapi Amira menjadi tahu bahwa putranya menganggap serius gadis itu.
Halilintar jatuh cinta. Putranya tidak sadar bahwa dia telah terikat dengan sosok gadis yang masih Amira pikir cuma khayalan semata. Lintar-nya yang masih tujuh tahun telah menemukan gadis idamannya dan tanpa sadar mengukirnya dalam alam bawah sadarnya.
"Jika seandainya gadis itu bisa kau temukan, apa yang kau lakukan, Lintar?" tanya Amira seraya mengelus sayang rambut legam putra tampannya.
"Akan langsung ku tunjukkan pada semua orang bahwa aku benar!" Halilintar menjawab cepat dan mantap.
Amira langsung tertawa. Halilintar yang seperti ini terlihat sangat kekananakan dan berlaku sesuai dengan umurnya.
"Ku pikir Ibunda membesarkan mu untuk menghormati seorang Lady dengan benar, putraku. Memamerkan seseorang yang telah menolongmu pada semua orang bukan tindakan baik. Bukankah seharusnya kau berterima kasih padanya? Memperlakukannya dengan baik?" Amira lagi-lagi tertawa melihat wajah Halilintar yang tertunduk menyembunyikan wajahnya yang merah karena malu.
"Ughh...Ibunda benar. Aku...Aku akan berterima kasih lalu memperlakukannya dengan baik." Masih dengan wajah merah, Halilintar berkata dengan malu-malu di hadapan sang ibu.
"Benar. Kalau benar gadis itu bisa terbang, kau akan punya teman yang luar biasa, Lintar." Kata Amira.
Tapi Halilintar tidak membalas dan justru diam memikirkan sesuatu.
Bocah tujuh tahun itu kemudian menggeleng dan menatap sang ratu, "Tidak. Aku tidak mau menjadi temannya. Aku ingin dia jadi istriku saja." Kali ini Halilintar benar-benar yakin dengan ucapannya.
Amira kembali terkejut. Istri? Putra nya ini masih tujuh tahun kan?
"Istri?" Halilintar mengangguk "Kenapa harus istri?" Amira tidak kuasa tidak bertanya.
Kemudian Amira agak terkejut saat melihat senyuman lebar yang sangat lucu muncul pada wajah sang putra, "Karena dia cantik, Ibunda. Aku ingin dia jadi istriku kalau aku menemukannya."
Amira termatung. Sepertinya Halilintar benar-benar terpikat pada kecantikan sosok gadis misterius itu. Seberapa cantik dia? Cantikan mana dengan dirinya yang di sebut-sebut sebagai wanita tercantik dalam sepuluh dekade terakhir.
"Meski dia lebih tua darimu Lintar?" dari cerita Halilintar, gadis itu telah remaja dan pastinya bila takdir mempertemukan mereka, sosok gadis itu pasti sudah dewasa , menikah atau bahkan memiliki anak.
"Aku tidak peduli. Begitu aku menemukannya, dia milikku."
Sesaat Amira merasa sedikit merinding dengan ucapan Halilintar. Tapi tidak dia pikirkan karena dia anggap tidak mungkin Halilintar akan mengingat terus-menerus apa yang diucapkannya hari ini.
Tapi hal yang Amira tidak ketahui. Di masa depan, bahkan setelah menikah dan memiliki dua anak, Halilintar tidak melupakan ucapannya. Halilintar masih tetap mendambakan sosok gadis penolongnya yang cantik jelita.
Dan siapa yang mengira Halilintar benar-benar menemukan gadis itu. Yaya Yah. Yang persis sama yang diingatnya. Terlebih ketika Halilintar mengenal nya lebih jauh, semakin besar pula keinginan nya untuk memiliki sang gadis pujaan.
Yaya benar-benar telah tertangkap. Oleh seorang pria yang terus memikirkanya sejak umur lima tahun.
.
.
.
End of chapter
Oooke...chapternya full buat Hali. Ya udah deh, biar kalian tahu kalau perasaan raja kita satu ini tidak ecek-ecek. Haha...saya memang tidak bisa tidak membuat Hali menjadi bucin.
Jangan lupa VOTE and COMMENT ya readers, biar aku makin semangat yang update. FOLLOW juga Authornya biar makin mantap. Hehe
Jumpa chapter depan^^
Salam hangat
Ellena Nomihara. Minggu, 31 Januari 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro