Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 15 : Bidadari Sesungguhnya

Jangan lupa VOTE dulu yaa~




Nafas Boboiboy terengah. Dalam larinya dia mengumpati kawannya Fang yang membuatnya menjadi umpan untuk menarik perhatian kadal raksasa. Boboiboy berjanji akan menghajar cowok landak itu dengan mata leser solar.

Misi ke-150, Boboiboy dan tim nya berada di Planet Boana. Planet yang cuma ada flora dan fauna. Tapi kebalikan dengan yang ada di bumi, di planet ini binatang yang harusnya kecil menjadi besar, yang besar menjadi kecil. Contoh nya seperti yang sedang mengejar Boboiboy di belakang. Seekor induk kadal marah karena Boboiboy kacaukan tidur siangnya.

Misi mereka adalah mengambil power sphera FloraFaun yang bersembunyi di sarang telur-telur raksasa induk kadal. Mereka membagi tugas. Fang dan Gopal mengambil sphera tersebut sedangkan Boboiboy bertugas mengalihkan perhatian. Sementara dua perempuan di timnya, Yaya dan Ying, mereka berada di kapal kebenaran memantau keadaan seraya siap siaga bila yang lain butuh bantuan.

Boboiboy berlari sekuat tenaga. Bahkan dengan kecepatan kuasa petirnya si induk yang marah masih bisa mengejarnya.

"Boboiboy. Boboiboy. Kami berjaya mendapatkan sphera kuasanya. Kau cepat lah kembali ke kapal." Dari jam tangan nya, wajah Gopal yang menyebalkan tidak membantu keadaan Boboiboy.

"Diamlah kau Gopal. Kau pikir aku sedang apa? Jalan-jalan sore?" Dengan begitu Boboiboy menutup panggilan tersebut.

Tapi karena tidak memperhatikan jalan, kakinya tersandung batu dan Boboiboy jatuh dan terguling ke tanah dengan keras.

Boboiboy tidak punya waktu untuk merintih, otaknya menyuruhnya bangkit dan berlari lagi atau dia bakalan mati dimakan induk kadal raksasa. Tapi saat berlari Boboiboy merasa kekuatan kakinya melemah dan menjadi sangat berat.

Tahu-tahu saja Boboiboy ambruk dengan nafas terengah. Saat remaja itu menoleh, dia melihat mulut dengan gigi-gigi tajam induk kadal terbuka lebar—bersiap melahap dirinya.

Apa Boboiboy akan mati disini?

"PUKULAN PADU!"

Lalu sesuatu menghantam kepala induk kadal dengan sangat kuat hingga terhempas beberapa meter. Mata Boboiboy agak buram tapi sosok merah muda sedang bertarung dengan si induk kadal. Suara raungan dan pukulan berderu. Beberapa kali Boboiboy merasa tubuhnya bergetar karena tanah yang juga bergemuruh. Entah bagaimana pertarungan itu berlangsung tapi si induk kadal memutuskan pergi setelah untuk sekian kalinya di banting.

"Boboiboy!"

Ah! Sekarang Boboiboy tahu siapa sosok merah muda itu. Sahabat baiknya yang masih ngeyel bawan merah adalah bahan membuat biscuit.

"Yaya...kau datang." Sesaat kemudian Boboiboy melihat kegelapan. Tubuhnya bergetar dengan mulut pucat dan kaki mati rasa. Tubuh Boboiboy limbung jatuh ke tanah bila Yaya tidak segera menopangnya.

"Boboiboy, bertahan Boboiboy!"

Suara gadis itu menjauh dari pendengaran Boboiboy. Yang terakhir dia ingat, Boboiboy jatuh pada pelukan perempuan yang telah lama dia sukai.

.........

Dalam tidurnya, Boboiboy tersenyum tipis seraya memeluk erat guling dan mendesah kecil "Yaya...emmh"

Lalu di saat bersamaan, dua kepala menoleh serempak pada Boboiboy yang tertidur sambil mengingau nama sahabat perempuan mereka.

Fang bergeleng kepala, "Mimpi apa si topi dino itu? Dasar mesum."

Semua orang tahu Boboiboy suka pada Yaya (kecuali Yaya sendiri) tapi ini pertama kalinya Fang melihat rival sekaligus sahabatnya ini menyebut-nyebut nama Yaya dalam tidurnya.

"Halah. Seperti kau tidak saja. Memangnya aku tidak tahu kau pernah mimpi basah karena Ying bukan?" olok Gopal membeberkan aib yang Fang kira tidak ada satu pun kecuali tuhan dan dia sendiri yang tahu.

Fang langsung shock, "Kau—Kau...Diam kau Gopal!"

Gopal tertawa jahanam sembari menghindari cekikan maut dari Fang yang wajahnya merah padam. Dan Boboiboy sama sekali tidak terbangun dalam keributan tersebut.

.

.

.

"Yaya!"

Yaya yang tanpa sadar melamun terkejut dengan tepukan di pundaknya. Gadis itu menoleh dan melihat Halilintar dengan tudung menutupi kepalanya sedang melihatnya.

"Melihat apa?" tanya pria itu. Halilintar mengikuti arah pandang Yaya dan melihat toko hewan-hewan kecil. Raja itu menaikkan sebelah alisnya, "Kau ingin peliharaan?"

Yang ditanya langsung menggeleng, "Eh, Tidak Kak Lin. Tadi cuma inget sesuatu saat melihat kadal itu." Yaya menunjuk kandang sedang yang berisi banyak kadal hijau. Gadis itu bahkan tertawa kecil.

"Ingat apa?" tanya Halilintar seraya naik ke atas kuda nya, bukan AdaDa, dan mengulurkan tangan kepada Yaya. Yaya yang tahu bahwa dia tidak bisa menolak dibawa ke istana pasrah dan membiarkan Halilintar mengangkatnya lalu meletakkannya di depan pria itu.

"Salah satu misi ku dulu, Boboiboy pernah hampir mati karena dikejar kadal raksasa. Bukan kadalnya juga sih tapi karena Boboiboy ceroboh hingga tidak sadar kakinya tergores tanaman beracun saat berlari." Yaya kemudian tenggelam dalam ceritanya, Gadis merah muda itu menceritakan bagaimana dia menyelamatkan Boboiboy yang langsung pingsan dan hampir mati keracunan.

Tak sadar bahwa ada seseorang yang langsung panas dan geram mendengar Yaya menyebut-nyebut nama lelaki lain. Halilintar mendengus. Lalu dengan sengaja raja itu menghenyak pedal kuda agak kuat hingga kuda mereka bergerak tiba-tiba.

Yaya hampir jatuh bila lengan Halilintar tidak menangkap pinggangnya, "Aku memegangmu. Lanjutkan ceritamu, Yaya."

Mendengar Yaya bercerita tentang laki-laki lain memang menyebalkan tapi mendengar salah satu kisah petualangan Yaya juga menarik perhatiannya.

Lalu sepanjang jalan itu Halilintar tidak sedikitpun melepas lilitan tangannya pada pinggang Yaya. Raja itu bahkan dengan sengaja menyembunyikan Yaya di balik jubahnya saat mereka sampai di depan gerbang istana.

Para prajurit yang langsung mengenali raja mereka segera membuka gerbang, mempersilahkan Halilintar dan sosok kecil di balik jubah depan raja mereka masuk.

Seperti pertama kali Yaya datang, mereka berdua disambut oleh jajaran pelayan dan butler. Halilintar turun dari kuda lebih dulu dan tanpa sungkan menurunkan tubuh Yaya. Kuda itu langsung diambil alih salah seorang prajurit.

Lagi-lagi Yaya pasrah saja ditarik masuk oleh Halilintar. Meski gadis itu kembali merasakan mata-mata yang menatapnya dari segala penjuru. Sungguh, Yaya tidak akan terbiasa dengan suasana dalam istana besar dan megah ini.

"KAK YAYA."

Yaya mendongak. Suara tinggi yang barusan memanggilnya tadi adalah milik pangeran Blaze yang berlari ke arahnya dengan penuh semangat serta pangeran Ice yang berlari kecil mengikuti saudaranya.

"Kak Yaya, kami rinduuuu." Yaya tertawa saat Blaze meloncat ke dalam pelukannya yang dengan senang hati Yaya balas. Gadis itu menarik serta Ice yang sedikit malu-malu minta di peluk.

"Blaze, Ice, kakak juga rindu kalian. Maaf ya kakak agak lama." Kata Yaya tidak enak hati. Dari pertama dia menyelamatkan si kembar, Yaya sudah jatuh hati pada mereka. Wajah mereka yang mirip Boboiboy waktu SD salah satu faktornya.

Ice mengangguk dalam pelukan perempuan cantik itu, "Tidak akan kumaafkan sebelum kak Yaya mengajak kami terbang lagi."

"Iya iya. Aku juga tidak mau memaafkan kakak cantik sebelum ajak kami terbang lagi. Ayo kita terbang keliling kota kak." Seru Blaze langsung girang dengan ide cemerlang adik kembarnnya. Yaya tertawa dengan antusias pangeran kembar di depannya.

Sementara itu, Halilintar merasa berada di dunia berbeda. Keningnya sedikit berkerut melihat dua putranya dengan mudahnya mendapatkan perhatian dan kasih sayang gadis kesayangannya.

Tidak masalah sebenarnya jika saja dua bocah itu tidak melupakan keberadaan Halilintar. Sungguh, mereka itu Blaze dan Ice yang kemarin-kemarin cuma manja padanya kan? cepat sekali berpaling. Mentang-mentang Yaya cantik.

"Ehem! Blaze, Ice, lepaskan Yaya. Dia belum harus istirahat sebelum meladeni kalian." Tukas sang raja kekaisaran yang langsung menuai cemberut dari dua putranya.

"Ayah, kami rindu kak Yaya." Ini Ice yang berkata sambil mencibik.

Blaze juga menyambung, "Ayah jangan curang. Kami juga mau main sama kakak cantik." Halilintar langsung melotot. Raja itu melirik Tokasa, yang sudah sembuh dari luka-luka nya, yang langsung menunduk takut di bawah lirikan tajamnya.

Halilintar baru menyadari Blaze dan Ice terlalu sering bersama dengan Taufan hingga bantahan khas adik nya itu sekarang di tiru oleh keduanya.

"Pangeran Blaze, Pangeran Ice, kalian sudah besar, hilangkan sikap manja kalian." Kata Halilintar kembali ke sifat aslinya. Dingin dan disiplin. Dua putranya tidak lagi satu dua tahun, mereka harus belajar dewasa dari sekarang.

Melihat Ayah dan anak itu seperti memperebutkannya, Yaya menyela mengambil inisiatif, "Kak—Yang Mulia, saya tidak lelah. Saya akan menemani Pangeran Blaze dan Pangeran Ice bermain seperti janji saya."

Mata Halilintar kembali menyipit, tapi kali ini dengan helaan nafas kekalahan. Dari awal, dia mana bisa menang dari Yaya.

"Baiklah. Tapi kalian berdua jangan buat Yaya kelelahan dan aku ingin kalian bertiga datang tepat waktu saat makan malam nanti, mengerti?"

Tiga orang dengan warna masing-masing merah muda, merah jingga dan biru muda itu berseru serempak, "Baik."

Yaya langsung hilang ditarik Ice dan Blaze keluar, diikuti Tokasa dan beberapa pelayan di belakang.

Halilintar tersenyum kecil. Dugaannya tidak akan sulit membuat Blaze dan Ice dekat dengan Yaya. Dengan begini akan lebih mudah membuat Yaya menjadi ratunya.

"Yang Mulia."

Langkah Halilintar kembali terhenti karena panggilan dari salah satu kembarannya. Lagi, Gempa adiknya sekaligus tangan kanannya, menuju padanya dengan wajah kesal.

"Yang Mulia kemana saja? Saya harus datang pagi-pagi buta karena Gopalji bilang anda belum kembali sejak semalam. Lalu saya harus mengurus segala rapat pagi ini. Membuat laporan anda lalu—"

"Berisik Gempa. Jangan cerewet pagi-pagi." Potong Halilintar berlalu melewati kembarannya.

Duke satu itu makin kesal dibuatnya, "Kak Halililintar, ini sudah siang. Matahari sudah di atas kepala semua orang." Saking kesalnya Gempa keceplosan memanggil nama kakaknya tanpa hormat.

Tapi bukannya marah Halilintar balas berseru dari kejauhan, "Terserah. Makan malam nanti ajak istrimu serta Taufan dan istrinya ke istana. Jangan banyak tanya dan lanjut bekerja Gempa."

"Astaga, seharusnya aku saja yang menjadi raja dulu." Guman Gempa penuh sesal.

Benar-benar. Semenjak kakaknya itu mengenal gadis muda bernama Yaya, Halilintar menjadi aneh. Sikapnya seperti remaja pada fase pemberontak. Sekarang Halilintar sama menyebalkannya dengan Taufan, mereka berdua bisa membuat Gempa cepat tua dan mati.

"Aku harus melakukan sesuatu pada gadis itu."

.

.

.

Saat waktu makan malam tiba, Halilintar dengan sengaja menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dan terburu menuju kamar Yaya. Raja itu sedikit khawatir gadis itu menghilang lagi saat lepas dari pantauannya.

"Yang Mulia." Dua maid yang berada di depan membungkuk hormat pada raja mereka.

"Apa Yaya sudah selesai?" tanya Halilintar tanpa basa-basi.

"Belum Yang Mulia. Nona Yaya sedikit kesulitan menentukan pakaian yang hendak dipakai." Jawab sang pelayan wanita.

Alis Halilintar menukik, "Apa kalian membawa pakaian jelek hingga Yaya tidak menyukainya?"

Halilintar benci membayangkan perempuan kesayangannya tidak dilayani semestinya. Yaya adalah wanita yang hendak dia jadikan istri, jika sampai Yaya tambah tidak betah di sini karena pelayanan para maid yang tidak becus, Halilintar tidak akan segan menghukum mereka semua.

Merasakan aura menyeramkan sang raja, kedua pelayan itu bergetar ketakutan. Mereka tahu raja mereka terkenal dingin dan tidak segan menghukum bagi siapapun yang pantas di hukum.

"Ti-Tidak Yang Mulia. Kami membawakan banyak pakaian terbaik Kekaisaran untuk nona Yaya tapi..." pelayan itu tidak menyelesaikan perkaatannya. Dua pelayan itu tidak berani berkata karena takut disangka oleh sang raja mereka beralasan dan menyalahkan nona Yaya.

Halilintar semakin tidak senang. Dia ingin melihat nya sendiri. Baru saja ia hendak mengetuk, pintu di depannya terbuka dan menampilkan Yaya yang telah di dandani sedemikian rupa.

"Yang Mulia?"

Halilintar mematung, Tubuhnya membeku seperti tersihir. Matanya menatap Yaya yang menjelma menjadi bidadari sesungguhnya.

Sangat-sangat cantik.

Gaun merah muda itu sangat sederhana dan tidak mewah sama sekali tapi di mata Halilintar Yaya bagai peri cantik jelita yang sangat murni dan indah. Ditambah dengan polesan natural yang mempertahankan wajah cantik dan manis Yaya. Kain merah muda yang menutupi rambut Yaya di buat seindah mungkin hingga terlihat lebih cantik lagi.

Sudah berapa kali Halilintar bilang cantik?

Indah. Yaya sangat indah. Dan gadis itu adalah miliknya. Milik Halilintar yang tidak sudi raja itu lepaskan untuk laki-laki lain.

Nah sekarang kau tahu, kecantikan wanita memang senjata paling tepat menaklukkan pria terkuat sekalipun.

.

.

.

TBC

Halo semua! Halo readers!

Lama tidak update ya saya. Hehe. Maafkan. Sibuk sama RL saya nya. Wkwkwkwk.

Btw selamat tahun baru semua. Meski banyak cobaan di tahun-tahun ini, tapi saya harap readers semua tetap bahagia.

Oke, jangan lupa VOTE and COMMENT ya. FOLLOW juga biar makin MANTAP.

Jumpa lagi chapter depan. XD

Salam hangat

Ellena Nomihara. Minggu, 03 Januari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro