Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 10 : Undangan Bermain

Jangan lupa vote dulu yaaaa~~






Di pangkalan luar angkasa TAPOPS, terjadi perdebatan sengit.

"Apa lagi yang kita tunggu? Sinyal Yaya sudah ditemukan, kita harus lah segera menjemputnya!" seorang laki-laki bertopi jingga dino berucap kepada teman satu tim nya yang berkaca mata.

"Tapi sinyal itu sangat samar, Boboiboy. Nyaris tidak ada!" balas si remaja kaca mata berambut landak.

"Terus kenapa? Apa kita akan biarkan Yaya begitu saja? Ini sudah tiga hari, TIGA HARI Yaya menghilang, Fang!" Boboiboy menekankan dengan emosi.

"Baru tiga hari, aku pernah tuh tidak ada kabar selama seminggu bahkan sebulan lebih." Ujar Fang meremehkan.

Perempatan emosi muncul di pelipis sang pengendali elemental. Remaja bertopi dino tersebut dengan kesal meraih kerah Fang, "Itu kau, Fang! Yaya berbeda, dia perempuan dan demi Tuhan! Mak dia yang bahkan jarang berbicara denganku tiba-tiba menghubungi ku menanyakan Yaya. Menurutmu aku harus bagaimana, hah?!"

Remaja bertubuh gempal—Gopal menatap kedua sahabat nya dengan risau. Dia ingin melerai tapi melihat Boboiboy yang begitu emosional dan Fang yang tidak pedulian tapi emosian membuatnya bingung melakukan apa.

Semua ini bermula pada tiga hari yang lalu di waktu makan siang. Saat tiba-tiba Komander Kokoci memberitahu semua orang bahwa Yaya telah menghilang. Lebih tepatnya Yaya menghilang dalam sebuah portal percobaan Ochobot dan Loopbot.

Ochobot dan Loopbot atas perintah dari Laksamana Tarung dan Kapten Kaizo, mereka membuat eksperimen portal dengan menggabungkan kekuatan mereka. Loopbot, power sphera yang bisa mengulang semua situasi, dan Ochobot dengan kuasa teleportasinya menciptakan sebuah portal ke tempat yang sangat jauh.

Awalnya portal itu hanya bertahan selama beberapa detik. Namun dari waktu ke waktu mereka berhasil mempertahankan portal lebih lama hingga satu jam lamanya. Penelitian itu akhirnya sampai pada tahap uji coba manusia.

Mereka ingin mengirim seseorang memasuki portal dan memeriksa tempat yang ada dibalik portal. Pilihan itu akhirnya jatuh pada Yaya yang Laksamana Tarung sendiri yang memilih. Alasannya karena penelitian ini cukup rahasia dan Yaya yang dipikir cocok untuk misi ini.

Total tiga kali Yaya mencoba memasuki portal.

Yang pertama, Yaya hanya masuk selama beberapa menit karena portal yang tiba-tiba goyah setelah dimasuki.

Kedua, durasinya lumayan lama, tiga puluh menit. Di waktu ini Yaya menceritakan bahwa yang ada di balik portal adalah planet yang mirip dengan bumi. Gadis itu juga bercerita bahwa dia sempat menyelamatkan tiga bocah kembar yang kereta kudanya jatuh ke dalam jurang, sebelum kembali ke portal.

Di percobaan ketiga, Ochobot dan Loopbot yakin kalau portal akan bertahan setidaknya dua jam. Tapi baru satu jam Yaya memasuki portal, portal itu goyah dan tiba-tiba tertutup. Mereka langsung panik dan bertambah buruk saat Ochobot dan Loopbot jatuh kolap karena kehabisan daya dan ledakan portal.

Saat portal dibuka sekali lagi, mereka tidak bisa menemukan sinyal jam tangan Yaya. Benar-benar hilang seolah bukan tempat itu yang mereka buka sebelumnya.

Ying yang paling syok mendengar kabar kawan terbaiknya hilang di dalam portal. Gadis berkuncir itu sempat menangis sebelum akhirnya bisa tegar dan membantu mencari solusi. Sedang para petinggi TAPOPS menanggapi masalah ini dengan serius dan sedang berusaha menanganinya.

Laksamana Tarung yang paling diam dari semuanya. Meski dia bukan pimpinan langsung proyek portal tersebut tapi Yaya adalah anak buah dibawah tanggung jawabnya. Dia juga yang memberi izin pihak petinggi meminta bantuan Yaya. Sekarang saat anak buahnya hilang di dalam portal karena kesalahan teknis, Laksanama Tarung sebenarnya ingin menghancurkan semuanya. Tapi tidak, dia menahan emosinya dan memilih fokus pada pemecahan masalah ini.

"Sudah Boboiboy, Fang. Kalian bertengkar juga tidak akan selesaikan apa-apa." Lerai Gopal risau. Di beberapa kesempatan langka, Gopal akan mengambil peran sebagai penengah di saat kawan-kawan nya bertengkar atau beda pendapat. Dia boleh bodoh dan konyol namun bijaksana dalam berkawan adalah prinsipnya sedari dulu.

"Ha-A. Sudahlah kalian berdua. Pusing aku mendengar kalian berdebat. Kalau kalian masih begitu, akan aku tendang kalian keluar dari stesen ini, mau?!" ujar Ying dengan dahu terlipat kesal. Gadis berdarah china itu dalam mood yang jelek, emosinya di tingkat yang sama bahayanya saat PMS.

Boboiboy dan Fang langsung angkat tangan. Sekuat-kuatnya mereka, tidak ada yang berani jika Ying atau Yaya sudah angkat bicara. Biasanya Yaya yang akan mengangkat tangan menangani mereka tapi Ying juga tak kalah menyeramkan dengan tendangan mautnya.

"T-Tidak. Kami tidak bertengkar lagi." Fang buru-buru membalas takut.

"He, he, maaf Ying, Tapi disini Fang yang salah!" Boboiboy tertawa canggung meminta maaf sebelum kembali memulai pertengkaran dengan sengaja menunjuk Fang dengan telujuknya.

Fang yang tidak terima tentu emosi, "Apa kau bilang—"

"SUDAH OI, JANGAN BERTENGKAR LAGI!" seru Ying benar-benar kesal. Wajah yang biasanya ramah sekarang nampak mengerikan dengan kobaran api menyala dibelakang rambutnya.

Sadar telah membangunkan singa tidur, keduanya cepat-cepat lari dari ruang komando. Ying mendengus kesal sebelum kembali berkutat dengan kertas-kertas penelitian bersama Ochobot, Loopbot dan peneliti TAPOPS yang lain.

Gopal yang merasa ditinggal lantas menyusul kedua teman laki-lakinya lalu menemukan Boboiboy yang berdiri diam di koridor sedang menatap luar galaxy dari jendela kaca.

Melihat wajah sendu kawan terbaiknya, Gopal lantas menepuk pundak Boboiboy agak keras, "Sudah lah Boboiboy, kau tuh terlalu khawatir. Aku yakin Yaya baik-baik saja, kawan kita satu itu bahkan bisa melempar gajah sampai ke bulan." Canda Gopal berusaha menghibur.

Boboiboy cuma menarik ujung bibirnya tipis, "Aku tahu lah. Tapi aku tidak bisa tidak khawatir Gopal. Yaya sendirian di luar sana, tidak ada kita yang bersamanya. Bagaimana tidak ada yang menolongnya saat Yaya benar-benar dalam bahaya? Kau tahu sendiri Yaya bisa terlibat masalah karena dia terlalu baik hingga tidak ragu mencampuri urusan orang lain." Keluh Boboiboy dengan tangan terkepal di kaca jendela.

"Oh? Maksudmu seperti mu yang juga sering ikut campur masalah orang lain?" sindiran Gopal telak, wajah Boboiboy merah karena sadar diri.

"Boboiboy, bagiku jika ada gadis yang bisa bertahan hidup diluar sana sudah pasti aku menjawab Yaya. Dia terlalu tangguh dan pintar. Bahkan tanpa kuasanya, sebelum kau datang, Yaya adalah leader di lingkup pertemanan kami."

Boboiboy terkekeh kecil, membenarkan sekaligus bisa membayangkan cerita Gopal.

"Tapi aku tidak bisa berhenti khawatir, Gopal." Kata nya pelan, melihat bayangannya sendiri dari kaca jendela.

"Halah! Wajarlah kau khawatir, kau kan suka Yaya." Gopal menyeringai jahil saat Boboiboy tiba-tiba tersedak udara dengan wajah menjadi merah maksimal.

"Ma-Mana ada!" elak si pemelik kuasa elemental cepat.

Gopal tertawa saat Boboiboy bertambah merah hingga ke telinga dan salah tingkah, "Mengaku saja. Semua di orang juga tahu kok, kecuali Yaya sih. Mau ku bantu agar Yaya menotis mu tidak Boboiboy?"

Gopal bertanya main-main tapi dia langsung tercengang saat Boboiboy berpaling padanya dengan pipi menggembung kesal dengan mata berkobar api.

"Gopal...kau...BOBOIBOY BLAZE!"

Sekejab Boboiboy pembawa kuasa api sudah berdiri di hadapannya dengan seringai jahil.

"Eh?" tunggu! Kenapa tiba tiba!

"Aku sedang stress, jadi ayo main Gopal kawan baikku~"

Menurut mu apa yang dilakukan Gopal saat persona Boboiboy yang suka bakar-bakar orang mengajaknya bermain?

"GOPAL? MAU KEMANA? MARI SINI MAIN!!!"

Tentu saja menghilang. Haha.

Pelajaran yang diterima Gopal kali ini adalah untuk tidak lagi menggoda Boboiboy soal Yaya kalau tidak mau mendapat bola Api atau bahkan pedang listrik ribuan volt menyetrumnya.



****





Di istana Kekaisaran, langit cerah di luar sana. Matahari musim panas yang bersinar dengan awan-awan putih bergerak pelan diterpa angin. Orang-orang melakukan banyak aktifitas diluar sana seraya menikmati sinar mentari yang tidak terlalu menyengat.

Namun tidak bagi seorang perempuan merah muda yang sedang berdiri gugup karena sepasang mata merah yang tidak henti menatapnya. Entah apa yang sedang dipikirnya.

Sementara itu, dua pria dewasa berwajah serupa dengan pria pertama melirik satu sama lain. Keduanya merasa waktu sudah berjalan sekitar lima belas menit tapi dua orang itu tidak juga membuka mulut.

Taufan jengah. Dia yang lahir kebagian jatah sikap tidak bisa diam ingin rasanya membalik meja dan berbuat keributan. Apa-apaan dengan suasana hening dan canggung ini?!

Tapi semua pergerakan Taufan tertahan sepenuhnya oleh adik kembarnya, Gempa, yang menginjak satu kakinya dan mencengkram sikunya kuat. Taufan berusaha protes tapi pelototan Gempa langsung membungkamnya.

Gempa sendiri bukan nya betah dengan situasi hening dan canggung di ruangan kakak sulungnya, tapi dia tidak berani mengusik Halilintar yang dalam mode senggol bacok.

Pada akhirnya Yaya merasa harus mengalah dan memberanikan diri membuka mulut, "Emm...Kak Lin apa kabar?" Yaya tidak yakin harus mengatakan apa, jadi dia memutuskan untuk berbasa-basi dulu.

Halilintar tidak langsung menjawab tapi menatapYaya sedikit lebih lama kemudian menjawab singkat, "Aku baik."

Taufan menggeritkan gigi.

DRAMA MACAM APA YANG SEDANG DIA LIHAT INI ASTAGA?!!

Yaya jadi bingung berkata apalagi saat mendapat jawaban singkat, padat dan jelas seperti itu. Perempuan itu kembali menutup mulut meski gerak-geriknya terlihat jelas sedang tidak nyaman dengan Halilintar yang diam dan cuek padanya. Kemarin-kemarin dia tidak begitu.

'Dia pasti marah?' Yaya membatin cemas. Dalam hati tidak suka perlakuan dingin Halilintar padanya.

Seandainya Yaya tahu kalau kecemasan nya tidak berarti apapun.

"Gempa, Taufan, kalian keluarlah!" perintah Halilintar kepada dua saudara kembarnya.

Mendengar itu sontak saja Taufan meradang, "Serius Kak Hali mengusirku begitu saja? Setelah semua usahaku menemukan istrimu dan membawanya kembali ke istana dengan selamat sentosa?" kata Taufan merasa terkhianati. Di sampingnya, wajah Gempa seperti bertambah tua sepuluh tahun lagi karena lelah dengan kedua saudaranya itu.

Tapi jujur saja dia juga kesal dengan kakak sulungnya. Tidak seperti Taufan, Gempa ke ruangan Halilintar karena urusan negara. Penting.

Namun apa yang dia harapkan dari Halilintar dihadapan Yaya? Tidak ada. Mata dan Otak sang raja kekaisaran tidak akan memandang berharga selain istri tercinta.

"Aku tidak akan memancungmu karena semua usahamu hari ini Taufan, tapi lain kali kau memanggilku dengan sebutan menjijikan itu lagi, jangan berharap untuk selamat. Sekarang keluar. Kau juga Gempa." Halilintar kembali berkata tanpa memberi ruang berdebat. Dia menatap tajam adiknya pertamanya yang hendak protes tapi disikut cepat oleh si bungsu.

"Maaf mengganggu Yang Mulia. Selamat menikmati waktu anda." Gempa membungkuk rendak pada Halilintar, sekedar sikap formal biasa karena dia sedang bertugas sebagai Duke, lalu menarik keluar Taufan yang cemberut setelah juga menunduk singkat pada Yaya. Menyisakan sepasang laki-laki dan perempuan disana.

"Yaya, kemari."

Yang dipanggil tidak langsung menurut. Yaya sedikit ragu karena khawatir akan mendapat 'hukuman' karena ketahuan kabur tanpa izin dari istana, lagi.

"Istriku, Yaya, mendekat padaku." Halilintar merubah suaranya menjadi lebih lembut saat melihat perempuan yang dicintainya ragu mendekat. Sejujurnya Yaya sangat manis saat dia sedang malu ataupun ragu, apalagi dengan gaun merah muda bertali putih dari kain sutin terbaik dengan desain sederhana itu, membuat istrinya berkali-kali lipat menggemaskan saat meremas gaunnya gugup.

"Janji Kak Lin tak kan marah?" ucap Yaya meminta jaminan.

Lihat. Bagaimana Halilintar tidak menganggap Yaya menggemaskan. Memangnya dia anak kecil meminta janji seperti itu? Bahkan Blaze dan Ice tidak pernah seperti itu padanya.

Halilintar akhirnya mengeluarkan senyum lembut pada bibirnya seraya menggeleng pelan, "Tidak akan marah. Aku hanya ingin melihatmu dari dekat." Tangan sang Raja terulur meminta sang kekasih mendekat padanya. Dalam hati Halilintar menunggu tidak sabar karena ingin melakukan sesuatu sejak pertama melihat Yaya masuk ke ruangan nya setelah seharian menyusup keluar istana dengan kedua anak mereka.

Yaya bukan perempuan tidak berbakti pada suami, karena itu saat yakin Halilintar tidak akan marah, dia menghampiri sang penguasa Kekaisaran dan meraih tangannya. Tepat saat tangan keduanya bertaut, tiba-tiba Halilintar menarik cepat tangan yang lebih mungil hingga empunya jatuh padanya.

"Kak Lin! Saya kaget tahu." Yaya berseru protes dan meninju pelan dada Halilintar saat dia jatuh tepat di pangkuan sang suami. Halilintar tidak protes, malah menikmati beban tubuh Yaya pada tubuhnya. Mata merahnya menatap perempuan cantik itu lalu berkata, "Pergi keluar lagi tanpa seizinku, kau benar-benar sangat nakal Yaya." Suara Halilintar mengalun pelan dengan suara dalam. Tangan pria dewasa berwajah rupawan itu mendekat pada rupa jelita istrinya dan mengusap bawah bibirnya.

Wajah Yaya berubah merah dengan kedekatan wajah mereka. Perempuan itu menjadi gelisah saat merasakan tangan Halilintar yang lain menyusap dan meremas pinggangnya pelan lalu membawanya lebih dekat lagi. Kini Yaya bisa merasakan nafas keduanya saling bersahutan.

"Hari ini Blaze dan Ice lulus dari Akademi, Kak Lin. Sebagai hadiah, mereka meminta padaku untuk pergi bersama mereka—HMMPP" kata-kata Yaya tidak selesai karena ada bibir lain menangkap dan menciumnya dalam.

Halilintar tidak memerlukan alasan lebih jauh, sudah pasti dalang istrinya berani kabur dari istana karena ajakan anak-anak nya yang sering dipanggil setan kecil oleh Taufan. Dua bocah yang mencampakkan sang ayah dan beralih ingin memonopoli Yaya, idola sekaligus ibu mereka.

Tangan Halilintar menahan kepala dan pinggang Yaya saat merasa perempuan yang di pangkunya bergerak hendak melepaskan diri. Namun Halilintar tidak punya niatan melepaskan tawanannya pada bibir manis nan lembut yang sedang di lumat penuh tuntutan begitu cepat.

Sedangkan Yaya terkesiap kecil. Nafasnya tertahan dan matanya terpejam karena tekanan yang Halilintar berikan pada bibirnya. Dia sedikit melenguh saat ciuman itu bertambah panas dan membuat perutnya tergelitik.

Saat akhirnya Halilintar merasa Yaya membalas ciumannya, dia bersorak dalam hati. Halilintar bertambah semangat bertindak lebih, menjilat belah bibir itu dengan lidah panasnya hingga benda tak bertulang berhasil merasakan surga manis dalam mulut Yaya.

"Emh...K-Ka..K..." Halilintar tidak membiarkan mereka berjarak. Pria bermata merah mempesona itu hanya memberikan tiga detik untuk mereka mengambil nafas sebelum dia kembali memakan dan melumat penuh mulut Yaya sepuas hati.

Ini adalah hukuman. Hukuman manis untuk istrinya, Yaya Yah vir Mechamato, pembangkang yang berani melanggar perkataan nya, suami sah nya sekaligus raja kekaisaran ini. Meski sebenarnya itu hanya alasan semata karena meski Yaya tidak melanggar pun, Halilintar akan tetap menciumnya hingga perempuan itu lemas tak berdaya dalam pelukannya.

Saat Halilintar memutuskan melepas bibir Yaya yang telah bengkak dan merah karena dia gigit penuh semangat, sang raja yang terkenal dingin dan minim ekspresi kini menyeringai puas saat melihat kobaran hasrat dalam mata istrinya menyala dan berhasil dia pancing. 'Aku berhasil'

"Aku mencintai mu istriku." Bisiknya pelan dengan suara menggoda pada telinga panas dan merah Yaya.

Biasanya Halilintar akan mendapat balasan kalimat serupa, namun kali ini istri merah mudanya memilih cara lain membalasnya yaitu dengan menarik kerah baju Halilintar dan berganti mencium sang suami dengan ganas.

'Ini akan menyenangkan.' Batin Halilintar menerima undangan sang istri tercinta.


End of Chapter








Hehe...hehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehhehehehehehehehe.

Saya kurang asupan jadi kalau anda bingung apa yang terjadi...SAMPAI KETEMU CHAPTER DEPAN #KABUR

Salam Damai :p


Ellena Nomihara. Selasa, 10 November 2020.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro