• SEVEN •
"AKU AKAN SEGERA MENJEMPUTMU, RETTA. BERTAHANLAH SEDIKIT LAGI."
Edward Blake adalah seorang dewa waktu yang diutus oleh Zeus sebagai dewa tertinggi langit untuk mengatur keseimbangan di dunia manusia. Ia bertugas menjaga perputaran waktu antara siang dan malam, menjaga agar matahari dan bulan muncul di waktu yang seharusnya.
Kelahiran Edward dianggap sebagai anugerah dewa karena ia memiliki wajah setampan Apollo dan kebijaksanaan seperti Zeus. Beberapa tahun berselang, Edward akhirnya memiliki seorang adik perempuan bernama Retta Blake.
Gadis yang berparas cantik seperti dewi Aphrodite itu juga memiliki keberanian di dalam dirinya. Kelahirannya pun dinilai menyempurnakan keluarga dewa-dewa di langit.
Mereka hidup damai dan bahagia sampai suatu waktu, Retta menghilang. Gadis dengan rambut pirang bergelombang yang selalu mengunjungi bumi ketika matahari terbenam itu tidak pernah kembali lagi ke langit dan menimbulkan kesalahpahaman.
Beberapa dewa menduga Retta mungkin jatuh cinta pada seorang anak manusia dan kekuatannya memudar sehingga ia tak dapat kembali ke tempatnya. Namun bersamaan dengan itu, Edward mendengar berita bahwa iblis yang selama beratus-ratus tahun telah dikurung oleh Zeus berhasil melarikan diri. Iblis itu bernama Lucifer.
Lucifer hidup dari energi buruk manusia. Ia terbentuk dari kebencian, amarah dan dendam mendalam yang diciptakan hati kecil manusia di bumi dan selama melarikan diri ke bumi, Lucifer bisa terus bertahan hidup dengan menghisap energi hitam milik manusia. Lucifer sangat menyukai seorang penipu, perisak bahkan pembunuh. Karena aura kebencian dari merekalah yang dapat membuat iblis jahat itu tetap kuat dan semakin kuat setiap harinya.
Zeus telah memerintahkan seluruh dewa di langit, di laut, di bumi bahkan di dunia bawah untuk dapat menangkapnya kembali, meski sampai saat ini tak ada satupun dari mereka yang berhasil menemukan titik terang.
Rumor-rumor tentang iblis jahat itu lantas terus memengaruhi Edward. Ia bahkan beberapa kali bermimpi buruk tentang adiknya yang malang, terlihat sedih dan sesekali meminta tolong. Membuat Edward semakin cemas dan curiga. Kemungkinan Retta bertemu dengan Lucifer semakin besar tatkala Edward tahu bahwa hari dimana adiknya menghilang adalah hari yang sama saat Lucifer berhasil kabur dari penjara langit.
Dewa bertubuh tinggi dengan kedua bahu yang lebar itu lantas menjelma menjadi manusia dan mulai membaur. Ia berbicara dan bergaya seperti manusia di bumi. Hasil pengamatannya selama beberapa hari, berbuah manis. Tidak ada satupun dari manusia di sekelilingnya tahu bahwa Edward adalah seorang dewa yang menyamar.
Satu tahun, dua tahun bahkan sampai beberapa tahun berlalu, Retta tak kunjung ditemukan. Selang dua puluh tahun, beberapa teman dan koleganya di tempat kerja mulai meninggal karena tua dan sakit. Ia mulai merasakan simpati di dalam dirinya terhadap manusia-manusia itu dan memutuskan untuk menjelma sebagai orang lain lagi dan berganti pekerjaan.
Edward terus berpindah dari satu negara ke negara lain. Menjadi sosok dengan kepribadian dan mendapatkan profesi yang berbeda. Semua hal tersebut ia lakukan, tak lain dan tak bukan hanya untuk menemukan adiknya yang menghilang.
Ditengah keputusasaan, seseorang mengiriminya sebuah pesan di dalam amplop bersama liontin bintang yang dimiliki oleh Retta. Edward pun setuju membuat janji temu dan di hari itulah, ia jadi tahu bahwa Retta telah dibunuh oleh Lucifer. Hari itu, Edward membuat siang dipenuhi kegelapan karena kesedihan. Langit terus menerus menangis bahkan beberapa tempat mengalami badai besar.
Orang yang ditemui Edward adalah Jill. Jill yang akhirnya mengetahui dimana keberadaan iblis jahat itu lantas memberi tahu sang dewa dan memintanya untuk berhenti menimbulkan masalah di bumi. Jill juga berjanji akan membantu Edward membalaskan dendamnya agar dia bisa menemukan Retta dan kembali ke langit setelah menemui beberapa orang.
"Dimana kau akan menemukan mereka?" Edward menatap Jill tak yakin. "Bagaimana keduanya bisa bertemu? Bukankah tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini?"
"Aku sudah berjanji padamu dan aku tidak pernah mengingkarinya, Ed," balas Jill meyakinkan.
Edward pun menggumam panjang dan memandang Jill penasaran. "Jadi, apa rencanamu?"
Wanita nyentrik dengan pakaian serba hitamnya itu mengangkat kedua bahu cepat. "Aku akan segera mengumpulkan kalian di ruang rahasia milikku dan kita akan menghancurkan Lucifer bersama-sama. Tapi sebelum itu, aku butuh bantuanmu."
"Bantuanku?"
Jill tersenyum penuh arti dan mengangguk. "Bantu aku mempertemukan seseorang yang begitu dingin dengan seorang lagi yang berhati hangat. Mereka harus segera bertemu untuk saling mencairkan hati mereka masing-masing," katanya menjelaskan. "Kau bisa menggunakan kekuatanmu untuk menghentikan waktu ketika mereka berada di lokasi yang sama."
"Baiklah," kata Edward setuju. "Kapan kita akan melakukannya?"
Jill membenarkan poni pendek yang menghalangi dahinya dan kembali menyunggingkan senyum. Kemudian, ia mengeluarkan dua lembar foto dari saku jaket kulit hitamnya yang mengkilap. Jill memang tampak cukup bergaya dengan jaket itu, tapi gambar di dalam foto yang diberikan oleh Jill lebih menarik perhatian Edward saat itu.
Dahi sang dewa berkerut dalam. "Apa mereka orangnya?"
Jill mengangguk. "Maggie Moore, seorang detektif khusus dari kepolisian tinggi Amerika dan yang ini, Louis Carpenter, pengacara yang juga keturunan dewa."
"Keturunan dewa? Apa dia memiliki kekuatan sepertiku?"
Namun wanita dengan rambut peraknya yang khas itu menggeleng. "Dia hanya memiliki sedikit kelebihan," tukasnya. "Dia adalah hasil dari keturunan dewa kematian dan seorang manusia biasa, dia memiliki satu bakat yang pasti kau pun tahu bakat macam apa yang dia miliki karena garis keturunannya itu."
"Dewa kematian? Thanatos?" Jill mengangguk mengiyakan. "Mungkinkah dia bisa melihat kematian orang lain?"
"Lebih dari itu, dia bahkan bisa berkomunikasi dengan hantu-hantu," terang Jill. Sementara Edward hanya membulatkan mulutnya dan mengangguk paham. "Tapi sepertinya dia tidak terlalu suka dengan bakat itu."
Edward yang saat itu tengah mengenakan jas kedokterannya pun kembali mengalihkan perhatiannya ke arah foto-foto yang diletakkan Jill di sebuah meja operasi, lampu operasi menyorot tepat di atasnya. "Tapi apa motivasi mereka berdua untuk menemukan dan menangkap Lucifer?" Edward mengetuk-ngetuk foto Maggie dengan telunjuknya. "Terutama gadis ini. Dia hanya manusia biasa yang lemah. Apa yang bisa kita harapkan darinya?"
"Ambisi," jawab Jill singkat. "Maggie telah kehilangan seluruh keluarganya akibat iblis jahat itu dan luka telah tinggal di dalam dadanya untuk waktu yang cukup lama."
Edward menggumam lagi. "Menarik."
"Aku akan merekrut mereka sebagai anggota Brocker Brotherhood dan kita akan menyiapkan rencana untuk Lucifer," terang Jill antusias. "Aku akan segera menghubungimu terkait waktu dan lokasi dimana kedua orang ini akan bertemu. Kau bisa menghentikan waktu di momen yang tepat dan kita akan mendapatkan kepercayaan mereka berdua."
"Yeah," desah Edward. "Kita harus segera bertemu dan menghancurkan iblis jahat itu. Aku harus menyelamatkan Retta secepatnya sebelum iblis itu menjadi semakin kuat, bukan?" []
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro