• FIVE •
"AKU AKAN MENANGKAP LUCIFER DAN MENYELAMATKAN ASHLEY."
Jill membuka brankas besi yang ada di dalam ruang khusus milik Brocker Brotherhood. Letaknya tak jauh dari ruang utama, tapi untuk masuk ke ruang khusus tersebut, mereka perlu menekan sebuah bagian dinding hingga pintu rahasia terbuka. Sayangnya, hanya Jill dan William lah yang mengetahui dimana letak titik 'dinding' itu berada.
Wanita bertubuh kurus dengan pakaian tanpa lengannya yang khas itu kemudian menunjukkan seluruh persenjataan yang ada di dalamnya kepada Louis, Maggie dan Edward. Sehingga ketiga orang itu sontak berdecak takjub dalam waktu yang hampir bersamaan.
"Kalian bisa memilih senjata kalian sendiri," kata William ramah. "Kalian akan bertarung, jadi pastikan senjata yang kalian ambil bisa membantu kalian untuk menangkap iblis jahat itu."
Maggie tercengang. "Aku bahkan tidak bisa menemukan senjata-senjata ini selama menjadi polisi," ucapnya kagum. "Aku hanya pernah mengunakan Glock Meyer 22, Raging Bull, FN 57, Colt 1911."
Louis mendengus geli dan menyilang kedua tangannya di dada. "Kau menyombong,bukan?"
Yang kemudian hanya dibalas dengan senyum sinis oleh Maggie. "Setidaknya aku punya kemampuan untuk melindungi diriku sendiri, Tuan Pengacara." Ia kemudian bersedekap dan memandang Louis remeh. "Bagaimana denganmu? Bisakah kau memegang pistol kecil itu dengan benar?"
Jill berdeham keras untuk menghentikan pertikaian di antara kedua orang di hadapannya. "William meminta kalian memilih senjata untuk melawan iblis jahat. Tapi kenapa kalian malah saling membunuh di sini? Apa kalian tidak paham?"
Maggie dan Louis bertukar pandang sebelum keduanya membuang wajah ke arah berlawanan. Mereka jelas tidak cocok, sifat keduanya bertolak belakang. Namun kenapa Jill masih merekrut mereka sebagai anggota tim yang sama?
"Bukankan ini karena kami memiliki misi yang sama?" tanya Edward di tengah-tengah situasi panas antara Louis dan Maggie. "Kau mengajak kami bergabung dalam organisasi rahasia ini."
Jill menghampiri barisan senjata yang menempel di balik dinding dengan lampu neon berwarna ungu sudut brankas tersebut dan menatapnya bangga. "Aku tidak akan pernah bisa mengalahkan Lucifer karena dia terus menghisap energi manusia dan dewa," tukasnya. Ia kemudian berbalik dan melihat Edward. "Tapi berempat, bukankah kedengarannya akan lebih baik?"
William memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Dari gayanya, sepertinya celana itu tampak seumur dengan sang empunya. "Jill sudah menyiapkan rencana, jauh sebelum dia bertemu dengan kalian," tutur pria tua itu dengan sedih. "Aku dan Jill kehilangan lebih banyak dari kalian bertiga. Menangkap Lucifer adalah ambisi terbesar kami. Sayang, aku terus menua dan kehilangan kekuatan sebelum berhasil menangkap iblis jahat itu."
Maggie menyela. "Tapi kenapa kau tidak menua, Jill?" katanya penasaran. "Tuan William bicara seolah-olah kalian sudah hidup di waktu yang sama selama ini."
Jill tersenyum pahit. "Jangan menanyakan sesuatu yang tidak perlu, kau hanya akan membuang waktumu, Mags."
Gadis bermata biru itu lagi-lagi mendengus dan membuang wajah ke arah berlawanan. Ternyata bukan hanya Louis yang tidak sejalan dengannya, tapi Jill juga. Maggie mulai merasa bahkan sebelum ia mendapatkan Lucifer, tampaknya Louis atau Jill sudah lebih dahulu membunuhnya.
Edward kemudian bergerak menghampiri brankas besi di hadapannya dan menyapu seluruh senjata di dalam dengan kedua matanya. "Apa aku juga memerlukan senjata? Kau tahu kalau dewa memiliki kemampuannya sendiri, bukan?"
"Kau memerlukan itu untuk melindungi dirimu dari serangan manusia," kata William menjelaskan. "Lucifer mungkin akan menghipnotis para pengikut sekte sesat itu untuk menyerang kalian. Dia akan membuat kalian kelelahan sebelum benar-benar menghadapinya."
"Aku akan mengambil yang ini." Maggie mengambil dua buah revolver kaliber 32 dan memasukkannya ke dalam tempat penyimpanan pistol di pinggangnya. Dan selanjutnya, dua pisau fixation bowie yang langsung ia sembunyikan di sisi sepatu ankle bootsnya. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhku barang sedikitpun."
Jill menyeringai puas. "Kau memang polisi andal. Bagaimana jika kau berdiri di garda terdepan?"
Yang dibalas anggukan setuju dan seringai percaya diri dari Maggie.
Namun Louis tiba-tiba mendesah kesal. "Kau hanya akan membuatnya semakin besar kepala," protesnya. Ketika Maggie mendelik sinis padanya, Louis hanya mengangkat kedua bahunya acuh. "Aku akan mengorbankan diriku untuk berdiri paling depan. Aku harus menghabisi Lucifer dan menyelamatkan Ashley."
"Aku ini ahli karate," timpal Maggie tak mau kalah.
"Aku mantan atlet judo," balas Louis.
Maggie mendekati Louis dan menatapnya sinis. "Aku bisa menembak sepuluh kepala hanya dalam waktu tiga puluh detik."
Namun Louis benar-benar tidak mau kalah. Ia malah melangkah maju hingga jarak mereka hanya beberapa senti saja dan dengan berani, manusia setengah dewa itu mencondongkan wajahnya tepat ke arah Maggie. "Dua puluh lima detik," balasnya.
Maggie mendengus geli. "Dua puluh dua detik."
"Cukup!" potong Edward. Maggie dan Louis pun sontak menoleh ke arah sang dewa. "Kalian berdua sebaiknya berdiri di depan bersama-sama. Akan lebih baik jika kita saling melindungi daripada bersaing."
Jill lalu menjentikkan jarinya di udara. "Rencana sudah ditentukan."
Maggie, Louis dan Edward kini beralih pada Jill yang sudah siap dengan beberapa senjata di pakaiannya. "Mags dan Lou akan melawan pasukan Lucifer lebih dahulu," jelas Jill. "Habisi yang terkuat dan saat kita memiliki celah, Ed akan menggunakan kekuatannya untuk menghentikan waktu dan aku akan menghunuskan pedangku tepat ke jantungnya."
"Lalu bagaimana caranya aku bisa menyelamatkan Ashley?" tanya Louis.
"Lucifer memiliki kalung ajaib, tempat dia menyimpan seluruh jiwa-jiwa yang ia culik." Jill menatap Louis lurus-lurus. "Berusahalah untuk mengambil kalung itu sebelum tubuhnya benar-benar hancur."
William yang sejak tadi diam, tiba-tiba berdeham pelan hingga mereka menoleh ke arahnya. "Sebelum kalian pergi, ada sesuatu yang harus kukatakan kepada kalian."
"Apa itu, Tuan William?" tanya Louis sopan. Berbeda sekali dengan reaksinya saat berbicara kepada Maggie.
"Jika kalian berhasil, orang-orang yang telah terbunuh dan menghilang akan kembali. Waktu akan berputar tepat sebelum orang-orang itu bertemu dengan Lucifer. Kalian tidak boleh menceritakan rahasia ini kepada siapapun, terutama kau, Louis dan Maggie?"
Kedua alis Edward pun bertaut. "Kenapa hanya mereka berdua?"
Maggie dan Louis saling melempar pandangan heran sebelum beralih pada Edward yang berdiri di belakang mereka.
Lalu William melanjutkan, "Karena ketika kau bertemu dengan adikmu, kau dendammu akan terbalaskan. Artinya, kau akan berubah menjadi abu dan kembali ke langit bersamanya."
"Menjadi abu?" tanya Maggie tak percaya. "Lalu bagaimana jika dia tidak berhasil? Bukankah dia sudah hidup abadi?"
William menatap Edward cemas, lalu menatap Maggie di hadapannya. "Dia ... akan mati sebagai manusia biasa."
Maggie, Louis dan Edward sontak berseru, "Apa?!" []
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro