"Sial! Untung aku datang tepat waktu!"
Pekik Namjoon selagi kedua tanganya membanting setir. Raut wajahnya sungguh tak bisa dideskripsikan! Ia ingin marah, tetapi tidak tau bagaimana cara meluapkannya pada seorang gadis yang kini duduk tertunduk takut di sebelahnya!
Si ceroboh.. itu!
"Bagus aku ada waktu untuk menukarmu, coba kalau tidak? Kau akan selamanya menjadi kucing, Kim Sohyun!"
Benar, gadis itu Sohyun!
Sekarang ia bergumam sendirian menyesali kesalahannya kemarin malam. Bersyukur Tuhan mengirim Namjoon sesegara mungkim sebelum Joy benar-benar mendatangkan masalah untuknya.
Eh.. bukankah sekarang Joy sudah mulai mendatangkan masalah karena memegang rahasia besar milik Sohyun?
"Maaf. Maaf. Maaf..."
Ucap Sohyun memelas. Tak pernah ia pergoki Namjoon murka separah ini. Muka laki-laki itu jadi terlihat semakin seram.
"Aku memaafkanmu, tapi bagaimana dengan Joy? Adikku itu sudah mengetahui rahasiamu!"
Adik?
Namjoon kakak kandung Joy?
Bak dua sisi mata uang yang berbeda.
Iblis dan malaikat.
Batin Sohyun terjungkal.
"Entahlah. Aku akan pikirkan itu nanti. Sekarang, tolong antar aku pulang."
............................
"Sekarang bagaimana? Aku belum berubah jadi Sassy. Aku tak bisa masuk ke asrama!"
Namjoon berdecak kesal. Seakan-akan berintak, kenapa semua bebas Sohyun jadi ia yang ikut memikulnya?
"Hei, Sohyun! Kau mau kembali ke wujud aslimu kan? Kau tidak akan repot-repot cari tempat persembunyian seperti ini!"
"Apa maksudmu? Jelas saja aku mau berubah. Aku lelah menjadi kucing!"
"Kalau begitu, ikuti saranku."
"Apa? Asal jangan hal gila yang melibatkan Jimin!"
"Kau sangat cerdas! Tidak rugi aku menjadi temanmu selama ini, kau kecipratan seperempat otakku yang gemilang!"
"Aish. Sudah katakan saja apa saranmu?"
"Saranku, kau rayu Jimin sampai dia jatuh cinta padamu."
"Apa?! Kau gila?!!"
Membuat Jimin jatuh cinta? Oh, menyebalkan. Sohyun pernah berjanji tentang itu, tetapi ia tak sungguh-sungguh. Dan ada apa dengan Namjoon sekarang ini? Dikemanakan kejeniusannya itu? Kenapa harus Jimin? Kenapa harus si bontot, kerdil, menyebalkan itu?
"Kedengarannya gila. Tapi, kalau kau tidak melakukan hal gila itu, sebentar lagi kau akan merasakan dampak besarnya."
"Ingat saat kau tergoda aroma ikan kemarin malam? Kau bilang, kau tidak bisa menahan hasratmu untuk memakannya! Itu sudah sangat jelas, Sohyun!"
"Jelas apa?"
"Jelas kalau kemungkinan besar, kau tidak akan pernah kembali jadi manusia!"
Bulu kuduk Sohyun meremang. Selamanya menjadi kucing? Itu mimpi buruk! Dia tidak akan bebas pergi kemanapun! Bisa jadi ia malah sering ditendang orang, tinggal di tempat kumuh, kotor, dan menjijikkan!
Hei! Sohyun jadi teringat, betapa baiknya hati seorang Park Jimin. Mengingat awal mula pertemuannya dengan lelaki berhati malaikat itu.
Berhati malaikat?
Sohyun pikir ide Namjoon tidak buruk juga. Mungkin tidak ada salahnya dicoba.
"Oke. Akan aku coba."
Pilihan yang tepat, Sohyun! Mungkin untuk sekarang kau benci melakukannya. Tetapi, hikmah pasti akan segera datang menjemput. Diawali dengan terpaksa, hatimu akan dengan tulus menerima Jimin. Siapa tau kau berjodoh dengannya, kan?
Namjoon memasuki mobilnya. Hari semakin malam, lelaki itu tak bisa leluasa menemani Sohyun karena Joy pasti mencari keberadaannya. Kini Sohyun sendirian. Menanti kira-kira 100 meter dari gerbang asrama, sampai tubuhnya mengecil menjadi makhluk lucu bernama Sassy.
Walau sudah satu jam ia lewati. Mengapa tak ada reaksi?
Mengira Sohyun telah mendapatkan wujud manusianya itu mustahil! Apalagi Namjoon mengatakan bahwa gadis itu berada di perbatasan antara menjadi kucing seluruhnya atau manusia seutuhnya.
Sohyun, kau harus bertahan!
Suara gerbang terbuka langsung membuat Sohyun lekas sembunyi. Namun, wajah khas itu... membuatnya terperangah.
Ada kilat kepanikan disana. Juga tergambar sedikit stress.
"Sohyun? Kenapa kau belum pulang? Ini sudah 24 jam sejak kau menghilang.."
Ucapnya dengan kedua tangan yang tak berhenti menggosok-gosok rambutnya
Jimin? Dia menunggu dan mencariku?
Sebaiknya aku keluar sekarang!
"Park Jimin!"
Panggil Sohyun mengalihkan perhatian lelaki itu dan menuntun kaki sang lelaki berlari ke arah Sohyun dan merengkuh tubuh Sohyun yang masih berwujud manusia.
Baru beberapa detik, Sohyun harus kembali pada perannya sebagai Sassy. Jimin jadi tidak puas melepas rindunya. Tapi baguslah. Ia jadi bisa dengan mudah membawa Sohyun masuk ke dalam.
.....................
"Hyung, bangun! Sudah pagi! Kau mau terlambat??"
Jungkook kesusahan menggugah Jimin yang masih tenggelam dalam ruang mimpi. Sambil memakai kaosnya, menyisir rambut, mengenakan kaos kaki dan juga parfum, Jungkook sekuat tenaga menyadarkan Jimin dari malamnya.
Sayangnya, gagal.
"Ah, ya sudahlah Hyung! Aku terlambat! Terserah kau kalau tidak mau bangun!"
Sedetik kemudian, Jungkook tak kelihatan ada di dalam kamar asramanya.
Sementara itu, Sassy telah kembali menjadi Sohyun. Belakangan, perubahan gadis itu tak terkontrol. Tidak tau bagaimana bisa seperti itu, yang jelas perubahan tak terkontrol ini mempermudah rencananya merayu Jimin.
Tunggu, merayu? Kesannya sangat negatif. Bagaimana dengan mengambil hati?
Gadis itu terbangun. Ia mendekati kasur Jinin yang letaknya tak jauh dari posisinya berdiri. Semalam, Sohyun tak sempat cerita apapun soal hilangnya dia dan kelakuan Joy.
Sohyun harus menceritakan tentang Joy secepatnya, karena wanita cantik itu ancaman!
Kasur Jimin ukuran single bed, namun dari cara pria itu tidur menghimpit ke dinding, menyisakan cukup ruang sehingga Sohyun dapat dengan gampang merangkak dan naik kesana.
Sekarang apa yang harus kau lakukan, Sohyun? Pria itu sedang tidur memunggungimu.
Sohyun bingung. Ia menggaruk-garuk kepalanya. Menyerah sebelum melakukan usaha, sebenarnya bukan karakternya. Tetapi, menggoda-- tidak, mengambil hati seorang yang menyebalkan seperti Jimin seolah membuat pesona Sohyun sebagai gadis manis dan cantik memudar.
"Aduh, bagaimana ya? Jimin... Kau sebenarnya bukan tipeku. Tapi aku harus---"
Toel..
Toel..
Sohyun sengaja mencolek pipi Park Jimin yang sedang tertidur.
"Wah.. nggak bangun nih."
"Ngomong-ngomong, pipinya berisi juga seperti punyaku. Hihi.."
Tak pernah lelah, Sohyun terus bermain dengan pipi Park Jimin. Entah dicolek, dicubit atau ditarik. Dan akhirnya Sohyun pasrah. Lelaki itu sangat susah dibangunkan.
Sohyun ikut terbaring di kasur yang sempit itu sambil menunggu Jimin bangun.
"Tunggu.. apa aku siram air saja?"
"Siram saja."
"Ya benar, aku akan menyiramnya dengan air."
"Kalau perlu se-ember."
"Tapi itu kebanyakan, bagaimana caraku membawanya dari kamar mandi?"
"Kalau begitu bawa Jimin ke kamar mandi dan guyur dia disana."
"Ide bagus,"
Sohyun menoleh dan ternyata Park Jimin sudah terbangun menatapnya nyalang.
"Jimin.."
Jimin bangkit dari posisi tidurnya. Kedua tangannya ia tumpukan di atas kasur, mengurung tubuh Sohyun di antaranya. Wajahnya mendekat, berbisik di sebelah telinga Sohyun.
"Jadi.. pipiku gempal sepertimu?"
Sohyun menahan nafas. Beginilah sisi liar Park Jimin setelah membuka kedua matanya di pagi hari. Sekarang Sohyun mengerti kenapa Jimin disebut playboy.
Tak mengatakan apapun lagi, Jimin segera turun dari kamar tidur menuju ke kamar mandi.
"Wah.. apa tadi itu? Dia mengerikan juga."
..............................
"Kenapa kau terus mengekoriku? Aku mau kuliah!"
"Aku akan menunggumu sampai kuliahmu selesai."
"Tidak. Sebaiknya kau pergi saja!"
"Bagaimana kalau aku hilang lagi?"
Tanpa basa-basi Jimin langsung menggandeng tangan Sohyun kuat-kuat. Dan membawanya pergi sampai ke ruang kelas.
"Ingat jangan mengacau."
Sohyun mengangguk setuju.
Anggukan Sohyun terlihat meyakinkan, namun berbanding terbalik dengan apa yang gadis itu lakukan. Sohyun tiada henti memandangi Jimin, mengganggu Jimin dengan terus menyenggol lengannya, memainkan telinganya dan tak lupa pipinya.
Padahal, Jimin sedang konsentrasi mendengar materi dari dosen.
Tak tau saja kalau pria itu kini jadi ousat perhatian teman sekelasnya.
Membawa seorang gadis asing masuk ke ruangan, lalu merusak pemandangan teman-temannya dengan tingkah sang gadis yang terkesan 'nyeleneh'.
Huh... Mereka jadi tidak bisa konsentrasi. Dan mengesalkannya Jimin cuek, tak peduli sedikitpun akan kenyamanan teman-temannya saat belajar.
"Jimin.. kau tampan dari samping."
Ya Tuhan, maafkan mulutku berkata kotor begini.. ini demi kesembuhanku.
Rapal Sohyun dalam hati.
"Jimin, kulit wajahmu halus.. sebenarnya aku suka pipimu. Aku bahkan ingin menjadikannya bantal tidurku."
Astaga... Aku jijik sekali mengatakan ini.
"Jimin... Kau tau.. aku..,"
Ayo katakan saja, Hyun.. Dia pasti tetap mengabaikan sikapmu ini. Tapi kau tak boleh menyerah. Pantang mundur!
"Aku suka saat kau menciumku."
Uhuk!!
Jimin terbatuk. Tubuhnya terdoring ke depan, kaget mendengar ucapan Sohyun barusan.
"Kau gila?!!"
"JIMIN! KELUAR DARI KELAS SAYA, SE-KA-RANG!"
To be Continued.
It's been a long... Time
🌝🌝🌝
Next (?)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro