Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#20


"Jinwoo? Tolong ambilkan obat Mama di kamar."

Jinwoo melebarkan langkahnya begitu sang mama menyuruhnya mengambil obat-obatan. Raut khawatir terpancar jelas dari wajah Jinwoo. Mamanya terlihat lesu, tertidur lemah di atas sofa.

"Ini, Ma."

"Terima kasih."

Sambil memperhatikan sosok yang telah melahirkannya mengonsumsi obat, Jinwoo bertanya-tanya. Kepalanya penuh dengan kata-kata 'kenapa?'. Namun yang jelas, ia berhasil menebak rasa kepenasarannya. Kini, tinggal ia perlu memastikan.

"Apa ini alasan Mama mengirim Jimin ke asrama?"

"Panggil dia 'hyung'. Kenapa kau susah sekali diberitahu?"

"Ma... Jangan alihkan pembicaraan. Aku tahu, Mama sengaja mengirim Jimin ke asrama supaya Jimin tidak terlalu mengkhawatirkan kondisi Mama."

Mamanya terdiam. Apa yang dikatakan Jinwoo sepenuhnya memang benar. Ibu mereka tahu bahwa Jimin adalah seseorang yang mudah cemas. Meski belakangan Jimin suka membantah, mamanya tak keberatan. Ia tahu, Jimin masih sangat menyayanginya dan juga adiknya.

"Tolong simpan kembali obat Mama. Mama mau istirahat. Kau sudah menutup ruang kerja dan tempat praktik Mama, kan?"

"Iya Ma. Semua beres. Mama beristirahatlah."

Kondisi Mama semakin memburuk. Jimin harus tahu soal ini.

.................................

"Hyung, kau makin tampan dengan plester di pipimu!"

"Diamlah! Aku terlihat jelek sekarang! Semua gara-gara kucing itu!"

Sohyun yang sudah dalam wujud manusia cuma bisa mendengus dan membiarkan celotehan Jimin berlalu seperti angin sepoi.

"Hyung.. apa kau tidak berniat pulang?"

"Kenapa kau membahas itu? Kau tak perlu tanya untuk tahu jawabannya."

Jungkook mendesah. Semalam ia melihat Jimin termenung sendirian. Di tangannya terdapat selembar foto, foto keluarganya. Bukankah Jimin pernah pulang? Iya. Tetapi, tanpa alasan mamanya memarahinya. Tak hanya itu, Jinwoo yang selalu memicu pertengkaran juga membuat Jimin semakin malas menyentuh rumah.

Sohyun samar-samar mendengar percakapan mereka. Membicarakan soal keluarga, apakah sampai sekarang papanya tidak mempedulikan keberadaannya? Sohyun telah lama menjadi seekor kucing, namun ia tak mendengar ada sebuah kabar orang hilang. Apakah papanya tidak melapor kepada polisi bahwa ia kehilangan putrinya sendiri? Sohyun juga penasaran, apakah Seunghwan mantan kekasihnya telah berhasil melupakannya dan menjalin hubungan baru dengan jodohnya itu?

Seandainya Sohyun hafal nomor telepon rumahnya, atau mungkin nomor ponsel papanya, mungkin ia bisa pulang juga dengan bantuan Jimin.

"Sohyun! Kau melamun apa?"

Tanya Jungkook membuyarkan pikiran Sohyun seketika.

"Tidak ada. Ehm.. boleh aku mengatakan sesuatu?"

Jimin ikut mengalihkan atensinya pada Sohyun. Apa yang membuat gadis itu tampak serius sekali?

"Tak ada salahnya kau mencoba pulang lagi. Kau harus tau keadaan ibumu."

"Ah, kau tau apa? Kau sendiri?? Apa kau pernah memperhatikan ibumu?"

"Ups.."

Jimin lupa, Sohyun pernah bercerita kalau ibunya meninggal akibat kecelakaan. Alhasil, Sohyun terlihat menahan antara sedih dan marahnya. Jimin memang tak pernah berpikir sebelum bertindak. Perkataannya itu selalu membuat orang sakit hati.

Nasi yang telah menjadi bubur tak akan dapat dikembalikan seperti semula. Begitu pula Sohyun. Sikapnya yang selama ini begitu buruk, tak hanya pada kucing, tetapi juga pada teman dan papanya, membawanya terjun ke dunia yang kejam. Sekarang ia kehilangan segalanya. Tak ada yang mencari keberadaan dirinya. Mungkin ini hukuman yang pantas bagi Sohyun karena ia sering bersikap kasar.

Sohyun begitu menyesal. Andai waktu bisa diulang..

"Hyung.. cepat minta maaf!"

Bisik Jungkook ke telinga Jimin ketika anak bermata bulat lebar itu menangkap sebuah kelembapan di mata Sohyun. Gadis itu hampir menumpahkan air matanya yang dibendung.

"Sohyun? Kau marah?"

"Maaf.. aku tak sengaja.."

"Tidak apa, Jim. Aku baik-baik saja. Aku cuma ingin sendiri.."

Kemudian Sohyun bangkit dan berjalan menuju balkon.

Di dalam ingatannya, seorang wanita cantik tersenyum melambaikan tangan. Di dalam ingatannya, sebuah pelukan hangat dirasakan, begitu juga kecupan sayang di kedua pipinya. Namun, dalam sekejap pikirannya dipenuhi oleh darah merah segar yang mengalir membanjiri kakinya. Penampakan sang mama yang meninggal dihantam sebuah mobil sekali lagi membuat Sohyun tak kuasa menahan tangis dan marah.

Ia juga menyalahkan dirinya atas kejadian malang tersebut. Seandainya Sohyun tidak membuang kucingnya keluar rumah, mamanya tidak akan mengejar kucing itu dan tidak akan sampai membuat nyawanya melayang.

"Menangislah. Berapa kali aku bilang padamu, jangan menyimpan air mata berlebihan."

Ujar Jimin yang tiba-tiba berada di sebelah Sohyun.

"Kapan kau bilang begitu? Kau selalu menghabiskan waktu dengan mengerjaiku."

Jawab Sohyun singkat dengan suaranya yang bergetar khas seperti orang sedang menangis.

"Ooh.. aku baru mengatakannya sekarang?"

Sohyun memukul lengan Jimin yang keras.

"Aduh! Jangan memukulku! Sakit tau!"

Sohyun menyeka air matanya. Melihat Jimin berkata sakit, Sohyun jadi ingin balas dendam. Yang kemarin itu belum cukup untuk membuat Jimin kapok mengerjainya. Ia masih ingin lebih. Lebih membuat Jimin jadi jera.

Sohyun memukuli lengan Jimin sekali lagi. Jimin sampai terheran, kenapa Sohyun jadi begini?

"Aw! Kenapa sih? Kok aku dipukul lagi?"

Sohyun melakukannya berkali-kali.

"Hei! Sohyun! Hentikan! Aduh!"

"Aaa!"

Jimin berusaha kabur dan melindungi lengan berototnya. Tetapi, Sohyun tak kehabisan akal. Ia mengambil kemoceng dan menyerang kepala Jimin.

"Yak! Kim Sohyun! Kau ini kenapa tiba-tiba ganas??"

"Rasakan itu! Kau juga harus berhenti menggangguku!"

"Tidak! Aku tidak mau!"

"Park Jimin!! Kuhabisi kau! Lalu kumakan dagingmu!"

"Kau menyeramkan! Tetapi, lakukan saja kalau kau bisa!"

Jimin tertawa menggelegar, mengejek ancaman Sohyun. Saat ini, mereka tengah berlarian, kejar-mengejar seperti anak kecil di tengah lapangan.

"Aish.. apa yang bisa aku lakukan disini? Mereka tak mengajakku bermain."

Kesal Jungkook yang sedari tadi terduduk di atas kasurnya, memperhatikan Jimin dan Sohyun yang saling serang.

.............................

Di kampus, dua orang mahasiswa tampak tertawa dan saling bercanda. Mereka menjadi sorotan karena terlihat sangat serasi. Yang satu cantik dan yang satu tampan. Sepanas apapun matahari siang, tak dapat mengalahkan betapa panasnya hati seorang gadis yang berdiri di balik tiang di sekitar lorong menyaksikan kemesraan yang menjadi highlight orang-orang saat itu.

"Jadi kau dari Thailand? Bagaimana kau menguasai bahasa Korea sampai selancar ini?"

"Yah.. setidaknya aku punya teman yang bisa diajak bicara. Jadi aku mulai terbiasa dengan bahasamu. Korea."

"Well, senang bertemu denganmu."

"Harusnya aku yang mengucapkan itu. Kau ramah padaku yang bahkan baru pertama kali menginjak kampus. Terima kasih telah mengenalkanku banyak hal disini. Aku yang lebih merasa senang bertemu denganmu."

Gadis itu tersenyum pada seorang cowok yang sedang bersamanya.

"Astaga! Kita sampai lupa berkenalan. Namaku Kim Taehyung."

"Lisa. Just call me Lisa. Kalau aku katakan nama asliku, aku jamin kau tak bisa mengejanya."

Keduanya tertawa lepas.

Taehyung rupanya bertemu dengan seorang gadis yang merupakan mahasiswi baru di kampusnya. Jiwa menolongnya datang saat gadis tersebut terlihat bingung mencari keberadaan gedung tempatnya kuliah. Dan berakhirlah mereka menjadi teman yang mencuri banyak perhatian.

Dan gadis pengintip itu adalah Yerin. Tak sengaja ia menemukan pemandangan keduanya yang sedang berbincang, sehingga Yerin jadi penasaran. Apakah Taehyung secepat itu melupakan dirinya? Bukankah Taehyung selama ini sangat tergila-gila padanya?

Ia meremas botol minuman plastik yang dibawanya. Kemudian, ia sengaja melemparkan sampah itu ke kepala Lisa hingga yang punya merasa kaget dan kesakitan.

"Yerin?"

Taehyung melihat bayangan Yerin dibalik si pelempar sampah tersebut.

"Kau kenal? Kenapa dia menimpukku?"

"Apa mungkin dia cemburu padaku?"

Gumam Taehyung sementara Lisa semakin tidak paham.

..............................

"Hyung? Kau sehat kan?"

Jungkook khawatir karena sedari tadi Jimin cengar-cengir tidak jelas.

"Kau tidak demam, Hyung. Kau sakit apa?"

Jimin secara tidak sadar mengambil tangan Jungkook, mengelus-elusnya, kemudian menciumnya.

Karena mereka sedang berada di lingkungan fakultas, sontak siapapun yang melintas menggeleng-gelengkan kepalanya merasa jijik dan aneh. Sejak kapan Park Jimin yang menobatkan diri sebagai playboy berubah haluan menjadi gay?

"Hyung!!"

Jungkook menggigit tangan Jimin, sehingga Jimin tersadar dari kegilaannya.

"Kenapa menggigitku? Kau ketularan Sassy??"

"Hyung gila ya?! Kenapa menciumi tanganku? Aku masih waras Hyung! Aku masih suka pada wanita, bukan pria sepertimu!"

Jelas Jungkook dengan wajah-wajah jijik.

"Maaf! Aku tidak sadar tadi!"

"Apa sih yang membuat Hyung kehilangan akal?"

"Rahasia! Kau masih kecil, tidak perlu tau!"

Jimin melenggang pergi, meninggalkan Jungkook di belakangnya dengan penuh kepenasaran.

.

.

.

"Wah, sepertinya kau sedang bahagia. Apa aku benar?"

"100%"

"Siapa? Jimin? Atau laki-laki yang disana itu?"

Seolah Namjoon memberikan isyarat melalui matanya, Sohyun tanpa menunggu aba-aba segera melirik kemana arah mata Namjoon memandang. Perasaan takjub sekaligus bahagia mendadak muncul dalam diri Sohyun. Ia sungguh tidak pernah mengira kalau seseorang yang dikenalnya bekerja sebagai barista di cafe tempat mereka berada sekarang.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, tanpa memanggil namanya, Sohyun telah disapa terlebih dahulu oleh lelaki tampan tersebut .

"Sohyun!"

Sapa Eunwoo ramah dengan sebelah tangannya yang melambai.

Dengan memakai sebuah kemeja warna putih, serta celemek hitam di pinggangnya, membuat Eunwoo tampak keren. Terlebih, wajahnya yang tampan mampu memikat setiap pelanggan di cafe tersebut, terutama yang berjenis kelamin wanita. Tentu saja, wanita mana yang tak tergila-gila pada seorang barista muda, tinggi nan tampan seperti Cha Eunwoo?

"Kau bekerja di sini?"

Tanya Sohyun dengan senyuman lebar di bibirnya.

"Iya."

"Sudah lama?"

"Sejak tiga bulan yang lalu. Mau coba menu baru kami?"

Sohyun memanggutkan kepalanya dengan penuh semangat.

Ah, sudah lama ia tak menyesap kopi. Apalagi, ini kopi buatan pria tampan. Pasti rasanya akan lebih nikmat.

"Namjoon! Kau mau juga? Menu baru??"

Teriak Sohyun pada Namjoon yang masih anteng di mejanya. Tangan Sohyun tampak menunjuk-nunjuk papan menu, membuat Eunwoo merasa gemas.

"Boleh. Bawakan aku satu juga!"

Melihat Sohyun berbicara dengan seorang laki-laki, Eunwoo sedikit terkejut.

"Pacarmu?"

"Eh, bukan-bukan! Dia temanku! Aku tidak punya pacar! Hehe.."

Tak tau kenapa, Eunwoo malah terlihat lebih ceria setelah mendengar pengakuan Sohyun.

"Baiklah, aku buatkan dua 'blue affogato' "

Sohyun setia menemani Eunwoo menyajikan menunya. Dengan terampil, tangan pria itu menyendok sejumlah bubuk kopi lalu menimbangnya dengan timbangan khusus. Setelah itu, Eunwoo menyampurkan bahan-bahan lain yang Sohyun sama sekali tidak tahu.

Namun, yang menarik perhatian Sohyun adalah adanya setumpuk es krim vanilla yang disajikan di atas mangkok gelas. Kemudian, kopi yang sudah diseduh diguyurkan di atasnya. Tak berhenti sampai di situ, Eunwoo menuangkan cairan berwarna biru yang tak lain bermerk 'pepsi' ke atas mangkok gelas tersebut. Terakhir, pria tampan itu menambahkan chocolate candy di atasnya sebagai hiasan.

"Uwahhh.."

Sohyun terkagum-kagum, mulutnya sampai tak bisa menutup. Belum lagi, air liurnya sudah tak sabar ingin mencoba varian kopi buatan Eunwoo.

"Ayo ke mejamu."

Eunwoo pun dengan senang hati membawakan pesanan Sohyun. Mereka pun duduk bertiga dalam satu meja.

"Namjoon, ini kau dan ini aku! Hmm.. aromanya nikmat. Aku tak sabar ingin mencobanya."

Sohyun mengambil sendoknya dan menjajal es krim dengan guyuran kopi tersebut.

"Bagaimana rasanya?"

"Dibilang pahit tidak, dibilang manis juga tidak. Dan, sodanya cukup membuat lidahku tak bisa berhenti menyantap. Aku bisa merasakan ketiga bahan utama menjadi satu rasa yang berbeda."

"Benar. Es krimnya akan terasa meleleh di mulut. Dengan guyuran espresso dan soda, akan menjadikan kopi itu terasa memiliki cita rasa yang unik. Apa kau menyukainya?"

"Iya! Aku sangattt suka!"

Namjoon duduk mematung. Apakah keduanya tak melihat bahwa Namjoon sedang duduk di sebelah mereka? Halo?? Namjoon masih hidup disana, sementara kedua orang tersebut asyik berbicara sendirian.

"Eunwoo, aku pamit dulu ya!"

Akhirnya, waktu yang ditunggu-tunggu Namjoon datang juga.

"Mau kuantarkan lagi?"

"Ah, tidak perlu repot-repot! Aku bisa bareng sama Namjoon. Oh iya, aku sangat menghargai kerja kerasmu. Selain tampan, kau juga sangat berbakat sebagai seorang barista. Bosmu sangat beruntung memilikimu!"

Eunwoo tertawa kecil setelah menerima pujian dari Sohyun.

"Baiklah, aku pulang!"

Sesaat setelah Sohyun pergi, seorang pelayan cafe mendatangi Eunwoo.

"Tuan, kiriman biji kopi untuk persediaan minggu ini sepertinya agak terlambat. Apa sebaiknya kita memesan dari pabrik lain?"

"Uhm.. tidak perlu. Bukankah persediaan kita masih cukup? Aku tidak mau kita menerima produk dari pabrik selain pabrik langganan kita. Ada lagi?"

"Tidak, Tuan."

"Baiklah, kau bisa kembali bekerja."

................................

"Terima kasih, Namjoon. Kau selalu menemaniku disaat aku kesepian. Kau sudah seperti sosok kakak bagiku."

"Sama-sama. Aku senang punya adik sepertimu. Hei, mau tau satu hal?"

"Apa?"

"Cafe tadi.. adalah milik pria itu."

"Siapa??"

"Yang kau kenalkan padaku. Yang tampan dan yang kau anggap sebagai barista."

"Hah?!! Cha Eunwoo??"

"Iya. Aku pergi dulu, bye!"

Sohyun hampir pingsan mendengarnya. Astaga! Ia sudah salah sangka karena mengira Eunwoo adalah salah satu pegawai disana.

"Aduh! Apa yang aku katakan tadi? Bosmu sangat beruntung memilikimu?? Ya ampun Sohyun! Kau terlalu cepat menyimpulkan. Eunwoo adalah bosnya!"

Sohyun menepuk jidatnya. Ya, Namjoon tak bisa mengantarnya sampai depan asrama. Jadi, Sohyun masih harus berjalan cukup jauh.

Di tengah perjalanan, indra penciumannya mulai bekerja. Ia mencium aroma ikan. Apa ini karena insting kucingnya bangkit? Entah bagaimana, tetapi Sohyun tak dapat lagi mengontrol otaknya. Ia refleks merangkak, mengeong dan berlarian mencari sumber bau ikan tersebut. Kejadian ini dibilang baru bagi Sohyun, karena ia belum pernah mengalami kejadian itu sebelumnya.

Dan tak menunggu lama, dirinya berubah menjadi Sassy.

Untung tak ada satu orang pun yang melihat. Kecuali, sebuah kamera handphone yang berhasil merekam perubahan tubuh Sohyun dari manusia menjadi seekor kucing.

Siapa gerangan si pemilik ponsel tersebut?


















To be Continued.

Ini terpanjang ya di antara part-part yang lain? Wkwk

Next (?)


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro