Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

C L I R | SATYA

Turun dari mobil, Satya langsung membanting pintu mobilnya dengan tatap dingin mengarah ke jendela lantai dua yang terbuka. Di sana, Satria tersenyum mengejek dengan salah satu tangan memegang ponsel, sama seperti yang Satya lakukan.

"Turun sekarang, buka pintunya!" titah Satya, tanpa intonasi.

"As you wish, Brother." Satria menutup jendela beserta gordennya.

Sambungan telepon masih terus berlanjut, tetapi tidak ada yang mau mengeluarkan suara. Sampai pintu utama sudah terbuka. Satya mematikan sambungan secara sepihak, lalu masuk ke dalam.

"Kenapa kayak kebalik, ya, Sat?" Satria bergumam saat menutup pintunya kembali. "Harusnya gue yang marah karna lo udah ambil calon istri gue. Kenapa malah lo yang dingin kayak gini? Takut bini lo gue ambil lagi."

"Shut up!" Satya menoleh sedikit pada kakaknya untuk memberi peringatan. "Dina di mana?"

"Di kamar utama."

Jawaban asal itu langsung membuat Satya memutar tubuhnya 180°.

"Kenapa? Kita saling mencintai kok. Nggak ada Amira juga, jadi wajar dong kalau kita tidur bareng?"

Satria terlalu santai, bahkan saat kerah piyamanya ditarik oleh Satya. Meski perbandingan tubuh Satya yang 189 sementara Satria 186, si kakak tetap mendominasi debat dengan sikap santainya.

"Hoho. Langsung naik darah nih bocah!" Tambahan plus pada Satria adalah kekuatannya. Olahraga setiap pagi menjadi alasan. Dia dengan mudah melepas cekalan Satya. Satria menyeringai tipis melihat si adik sangat mudah terpancing amarah, bertemu dengan Medina yang gampang kesal, keduanya pasangan yang pas. "Ini bukan ancaman, Satya. Gue beneran masih cinta sama Dina. Gue akhir-akhir ini makin prihatin sama nasib dia. Semakin buruk setelah nikah sama lo. Gue yakin, alasan lo suruh dia nginap di sini, karena orang yang kejar lo udah tahu tentang Medina, kan?"

Satya bungkam.

"Medina dalam bahaya gara-gara lo. Berapa lama lagi lo bisa buktiin diri nggak bersalah? Mulai malam ini, setiap hari adalah ancaman buat Medina, dan lo bisa apa? Cuman nyembunyiin status pernikahan sementara Dina bebas berkeliaran di luar tanpa penjagaan. Lo beneran mau bunuh anak orang."

"Bukan urusan kamu. Kamar tamu di mana?" Satya mengalihkan topik, benci saat ditekan oleh orang lain, termasuk kakak atau istrinya sendiri.

Satya berjalan sendiri menuju tangga, menaiki setiap tanjakan diikuti Satria.

"Kalau lo nggak sanggup jaga dia, gue bisa. Lagian, orang itu cuman ngejar lo, jangan sampe Dina dalam bahaya cuman gara-gara kesalahan lo dulu."

Satya mulai mengepalkan tangan di samping tubuhnya seraya berusaha mengabaikan setiap ucapan Satria. Di ujung tangga, dia berbelok ke arah kanan. Membuka pintu secara asal.

Pertama, kosong. Satya bergerak ke pintu lain.

"Kalau lo serius mau jagain dia, buat dia selalu di samping lo. Jaga dia dengan taruhan nyawa lo sendiri. Selama lo belum bisa ngasih bukti apa-apa, orang itu akan tetap ngejar lo terus. Udah 6 tahun, Satya."

Pintu kedua Satya buka setelah Satria menyelesaikan nasehatnya tadi. Dia terdiam sejenak saat melihat Dina yang meringkuk dalam selimut.

"Ini urusan aku!" Satya menoleh sejenak pada Satria. "Kamu jangan sok dewasa kalau masih niat ngerebut Dina. Kamu sudah punya istri. Tanggungjawab aja sama istri kamu." Setelah itu, Satya masuk kemudian menutup pintu dan menguncinya dari dalam.

Hati-hati, Satya melepas sepatu dan kaus kakinya. Begitu hati-hati, dia menaiki tempat tidur dan memposisikan diri agar bisa memeluk Medina.

Kelopak matanya menutup. Memunculkan gelap, lalu mulai muncul bayangan putih. Mulai jelas, dan terlihatlah gadis dengan wajah sembab serta tangis putus asa yang tidak kunjung berhenti. Gadis itu bergerak menjauh secara perlahan. Tubuhnya mengecil karena jarak pandang. Tidak lama, hanya tersisa setitik bayangan. Kemudian ... jatuh. Tubuh gadis itu terpental begitu kerasnya dari atas di depan kaki Satya, bersamaan dengan percikan darahnya yang ke mana-mana.

"Aku ... mau napas."

Satya membuka matanya, kemudian tersadar dari mimpi buruk barusan. Dia mengendurkan pelukannya yang tanpa disadari sebelumnya terlalu kuat.

Medina tiba-tiba bangun dengan gerakan cepat, menyipitkan mata untuk memperjelas penglihatan.

"Kamu kira siapa? Satria, hm?" tanya Satya.

Satya menerima dengan senang hati kepala Medina yang bersandar di lengannya. Otaknya bergerak cepat dalam hitungan detik untuk mencari jalan keluar mengenai permasalahan sekarang ini. Jelas, kabur adalah pilihan tepat sekarang. Kabur dari orang yang mengincarnya selama 6 tahun belakangan ini.

Diberikanlah pilihan pada Medina, dan istrinya itu antusias memilih untuk berada di sisi Satya setiap saat. Mungkin ini juga pilihan terbaik, agar Satya bisa memantau istrinya kapanpun. Sungguh, saat dapat ancaman tadi malam, Satya tidak bisa tenang ketika pulang ke rumah mereka dan menemukan beberapa jendela rumah sudah pecah. Ketakutannya tidak bisa diukur karena mengingat istrinya itu selalu berada di rumah di malam hari.

Pada kenyataannya, Satya tidak bisa mengecoh orang itu untuk terus fokus pada dirinya—alasan mengapa Satya terus bertahan sebagai aktor— sehingga Medina bisa aman. Entah bagaimana, orang itu bisa mengenali Medina bahkan datang ke tempat kerjanya.

Satya tidak bisa mengulang kecerobohannya lagi. Dina harus selalu berada di sampingnya mulai sekarang.

Hai, ini EsPucil-AdultStories!
Aku boleh baca pendapatmu mengenai bab ini?
Jangan lupa berikan komentar/ulasan ya❤️
Itu sangat mendukung aku untuk semakin semangat update bab baru.

Ada kesalahan, typo, dan lainnya? Aku akan sangat berterima kasih jika kamu mau membantu melaporkannya.

***
Mari kenalan :

Instagram : es.pucil
Facebook : Es Pucil III

***

Cerita ini update setiap hari :
SENIN

Kalau kamu nggak sabaran, bisa langsung baca cerita ini lebih cepet/sampai tamat di :

KBM APP : Es_Pucil
DREAME/STARY : Es Pucil
Kubaca : Es Pucil
Hotbuku : Es Pucil
Novelah/Fameink : Es Pucil

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro