21. Ultah Marissa
Bagian Dua Puluh Satu
"Sabtu pada dateng ya!"
Itu adalah kata-kata yang selalu Marissa ucapkan kepada seluruh siswa yang lewat di koridor sembari ia berikan lembaran undangan pesta ulang tahunnya, dibantu oleh teman-temannya yang juga memberikan selebaran undangan: Arella, Lisa, dan Hana.
Sedang asik-asiknya membagikan selebaran di waktu pulang, segerombolan cowok yang hanya berisikan empat member melalui mereka dan berhenti di antara mereka yang kebetulan berdiri didekat loker keempatnya.
Ferrel membereskan lokernya dan meraih tasnya, setelah itu, ia mendekat kearah Arella dan meraih juga tas milik Arella, tak mau gadisnya kelelahan berdiri sembari menenteng tas terus menerus. Sementara Arella, pasrah saja dan memberikan tasnya.
"Wah," kata Fellix yang kini menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. "Inimah beneran namanya."
"ARELLA!" pekik Hana, Lisa dan Marissa secara bersamaan, malah membuat Arella dan juga empat cowok ini menoleh secara berjamaah.
"KALIAN JADIAN!?"
Arella hanya bisa menahan cengirannya ditambah lagi begitu Ferrel merangkulnya, dan berpura-pura berpose layaknya cowok cool dengan mengacak rambutnya.
"Di sekolah keles," tutur Fellix dengan jengkel, memutar bola matanya dengan lambat mengikuti gaya Ferrel kalau sedang malas menjawab—yang sebenarnya sejak dulu selalu malas.
"Pamer ae terus," desis Jordan. "Alexa masih di atas lagi, fakuy."
Sandi merengek. "Lisa," panggilnya, malah membuat semuanya menoleh. "Gue gak tahan."
"Mampus Sandi udah pengen keluar sekarang," ceplos Fellix, kini mendapat keplakkan dari Jordan.
"Ha? Apasih?" tanya Arella, bingung melihat tingkah laku Sandi dan juga Lisa yang tiba-tiba berubah.
"Uhuk, aduh keselek." Jordan pura-pura batuk dan menutup mulutnya dengan kepalan tangan.
"Batuh? Dikomek aja," kata Fellix asal dengan gaya iklan, dan kini mendapat keplakkan dari Ferrel.
"Banyak bacot si jomblo," tukas Ferrel gemas.
"Anjas anjas gaya banget yang udah taken."
"Isn't my turn," ucap Ferrel, kemudian menyenggol bahu Sandi dan memasang senyuman penuh makna yang baru pertama kali sahabat-sahabatnya lihat.
"Ooohhh, paham," kata Fellix sembari mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Emang apaan, Lix?" tanya Jordan, memastikan sekaligus meledek.
"Gatausi," jawab Fellix. "Pura-pura aja."
"Goblok si kebiasaan." Jordan kesal dan menoyor Fellix.
"Udahsi udah," kata Arella geregetan. "Lanjutkan, San."
Sandi menghempaskan napasnya ragu. "Jadi gini, Lis," kata Sandi. "Gue suka sama lo."
"ANJAS."
"E-eh?" Lisa gelagapan sendiri.
"Mau kan lo, jadi pasangan gue ke ultah Marissa biar gue gak jomblo lagi?"
"ANJAS."
***
Arella sedang sibuk dengan gaunnya, membenarkan tatanannya agar nampak lebih baik saat dikenakan tubuhnya dan merapihkan tatanan rambutnya saat telinganya mendengar langkah kaki yang kian mendekat.
"Siap?"
Arella menolehkan kepalanya dan mendapati Ferrel berdiri di sana, nampak sangat berkharisma dengan tuxedonya dan rambut klimisnya.
Arella langsung menganggukkan kepalanya begitu Ferrel bertanya, ditambah mengulurkan tangannya kala Ferrel hendak meraihnya.
"Sangat siap," jawab Arella.
Ferrel tersenyum kecil menanggapi. "Cantik gaunnya," ledek Ferrel begitu menggenggam jemari Arella dan mengajaknya untuk keluar rumah menuju mobil Ferrel yang sudah terparkir.
Arella menutar bola matanya sebal. "Gaunnya aja yang cantik?"
Ferrel menganggukkan kepalanya saat tangannya kini beralih membukakan pintu untuk Arella. "Gaunnya aja."
Setelah Arella masuk, giliran Ferrel yang memutar dan duduk di kursi kemudi, mulai menyetir keluar mobilnya.
"Kok kayak deja vu ya," gumam Arella, membuat Ferrel terkekeh pelan mendengarnya.
"Awal kita ketemu."
Dan Arella langsung mengalihkan pandangannya menuju jendela, enggan menghadap Ferrel karena malu mengingat kala dirinya menabrak mobil Ferrel.
"Jangan dibahas."
***
"Woy! Ferrel!"
Bukan hanya sang empunya yang menoleh, entah kenapa mendengar nama cowok di sampingnya ini dipanggil, membuat Arella turut menolehkan kepalanya kearah suara yang memanggil. Sandi, Fellix dan juga Jordan berdiri di depan meja makan tempat banyaknya makanan di sediakan.
"Cewenya pada ngumpul sama Marissa," kata Jordan, seolah memberitahu agar Ferrel dan Arella berpisah untuk sesaat kala acara dimulai.
"Aku kesana ya." Ferrel meminta izin yang langsung dibalas anggukkan oleh Arella, karena Arella hendak menghampiri sahabat-sahabatnya.
"Sana," kata Arella, dan mereka berjalan kearah yang berlawanan.
Saat Arella hampir menghampiri sahabat-sahabatnya, seseorang berperawakan tinggi dengan rambut pirangnya menghadang langkah Arella.
"Hai, Arella," sapanya sembari tersenyum. "Kita ketemu lagi."
Arella menyipitkan matanya, menatap laki-laki ini dengan seksama, seperti tidak asing namun dirinya tidak dapat mengingat dengan jelas siapa orang di hadapannya ini.
"Sorry?" ulang Arella, tak mau terlihat tidak sopan karena lupa dengan namanya.
"Ronald," katanya memperkenalkan diri. "Kita ketemu pas balapan. Inget?"
"Oooohhh." Arella mengangguk-anggukkan kepalanya kala dirinya mengingat kejadian dimana dirinya bertemu dengan Ronald. Si ganteng.
"Apa kabar?" tanya Ronald, masih memamerkan senyuman di wajahnya.
"Baik kok," jawab Arella. "Lo apa kabar?"
Sebenarnya Arella merasa sedikit canggung karena dalam posisi mereka berdua ini adalah tempat yang lumayan sepi, agak jauh dari kerumunan orang-orang dan dari cara Ronald menatapnya, Arella dibuat agaknya sedikit ngeri.
Ronald tertawa kecil, "Baik juga lah, apalagi pas ketemu lo disini."
"Eh?" ulang Arella.
"Ikut gue yuk."
Tiba-tiba saja Ronald menarik tangannya untuk menjauh dari riuh pikuk pesta, melewati beberapa pintu hingga sampai di garasi.
"Mau ngapain?" tanya Arella, bingung.
"Have fun."
***
Ferrel mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, tapi matanya tak kunjung mendapatkan seseorang yang dicarinya. Arella.
"Arella kemana sih," gumamnya dengan sebal karena tak kunjung melihat kekasihnya itu.
Sandi dan juga Fellix yang mendengarnya langsung dengan spontan mengedarkan pandangan mereka juga.
"Bukannya sama si ciwi-ciwi?" tanya Fellix, namun kepalanya tetap menengadah.
"Iya," kata Sandi. "Tadi pas lo jalan kesini dia kan jalan ke arah temen-temennya."
Baru saja Ferrel hendak menjawab, tiba-tiba saja datang Jordan dengan empat gelas minuman ditangannya yang dibawanya dengan susah payah sehingga ketiganya langsung menanggapi.
"Kok gue gak liat Arella sama temen-temennya deh," kata Jordan saat kembali, membuat ketiganya sontak saling tatap.
"Tanya Marissa."
Dan mereka langsung berjalan menghampiri gerombolan Marissa dan kawanannya.
"Si barongshai mana dah kok gue belom ngeliat? Penasaran dah gue," goda Hana kepada Marissa yang sedang menata kado-kadonya.
"Dia bilang agak telat datengnya. Soalnya katanya kakaknya ribet," jawab Marissa dengan ekspresi kesal.
"Marissa!" panggil Ferrel, entah kenapa sekarang wajahnya berubah keras seperti dulu.
Semuanya menoleh, tapi hanya Marissa yang bersuara walau kagok. "Kenapa, Rel?" tanya Marissa, menyadari mimik wajah Ferrel.
"Arella mana?"
"Loh, dia daritadi belom dateng," kata Marissa. "Gak bareng sama lo?"
Ferrel langsung membalikkan tubuhnya dan melangkah menjauh dengan kaki panjangnya.
"Kenapa sih?" tanya Marissa dan juga teman-temannya dengan bingung.
"Arella ilang," jawab Fellix sebelum mengikuti teman-temannya yang juga mulai melangkah menjauh untuk menghampiri Ferrel.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro