Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 4


Taehyung

Ada beberapa alasan kenapa aku jatuh cinta pada Hyoeun.

Cinta tidak butuh alasan? Well, yeah, kalian percaya itu dan kalian baru saja jadi orang tolol. Dan aku bukan orang tolol.

Bagiku, semua yang terjadi akhirnya terjadi karena beberapa alasan realistis yang mendasarinya. Cinta termasuk salah satunya. Kalau dipikirkan baik-baik, yang namanya perasaan suka-menyukai itu muncul karena adanya satu hal yang memicu.

Rasa ketertarikan.

Aku tidak akan bohong bahwa pada awalnya, aku tidak tertarik pada Hyoeun. Dia hanya gadis biasa, karena dulu aku berpikir aku tidak memerlukan seseorang yang spesial. Posisi itu sudah terisi dengan cara yang berbeda.

Lily. Si gadis dengan nama bunga. Gadis pirang di ujung jendela. Teman masa kecilku.

Aku mengenal Lily sejak kami di umur 3 tahun, paling tidak begitulah kata Nenek. Beberapa orang pikir dia feminim karena namanya. Tapi tentu saja tidak. Dia jadi temanku memanjat pohon, pagar sekolah, tembok, sampai melempari anjing di jalan dan berlari sama-sama karena dikejar.

Bagiku, posisi spesial sudah diisi oleh Lily. Tapi aku tidak menyukainya. Bukan seperti yang orang lain katakan. Dia sahabatku, teman baikku, dia beruang dan aku singa. Belajar kan di kelas biologi kalau dua spesies dari kingdom yang berbeda itu tidak bisa disatukan? Begitulah aku dan Lily.

Hanya saja semuanya berubah. Entah ini efek masa pubertas atau memang aku yang baru menyadarinya. Atau mungkin, dua-duanya. Lily dekat dengan Hoseok, dan aku merasa waktunya untukku berkurang. Aku jadi menghabiskan malam mingguku di rumah sendiri padahal seharusnya dia menemaniku makan berondong jagung dan perang bantal.

Tapi itu bukan hal yang buruk. Karena aku bertemu dengan Hyoeun.

Tepat di prom night setelah kelulusan, aku bertemu Hyoeun. Dia akan berkuliah di sini, di Seoul. Pertemuan kami tidak disengaja, namun di pertemuan-pertemuan berikutnya jelas saja aku merencanakannya, hingga beberapa kali aku pura-pura bilang itu hanya kebetulan.

Sebulan setelah berpacaran, Hyoeun bilang dia tahu rencana-rencanaku. Tapi dia mengikutinya karena dia mencintaiku.

Kami sama-sama mencintai satu sama lain.

Kalau sekarang, apa masih begitu?

Lily meneleponku beberapa menit yang lalu dan dia bilang ingin bertemu, dia ingin membicarakan sesuatu. Aku langsung mengiyakan dan keluar dari kamar Hyoeun.

Heejin, adiknya Hyoeun, memanggilku begitu aku menuruni tangga.

“Kak Taehyung tidak jadi menunggu Hyoeun?”

Aku menggelengkan kepala. “Kalau dia datang, bilang aku mencarinya, ya?”

“Siap.”

Aku berjalan menghampiri Heejin untuk pamit, namun tatapanku tertuju pada foto kecil di atas meja, berdekatan dengan vas bunga. Ini bukan pertama kalinya aku berada di rumah Hyoeun, tapi kenapa aku baru menyadari foto ini ya?

Mataku menyipit, memandangi foto laki-laki kecil dengan toga yang tengah tersenyum. Dia mirip sekali dengan Hyoeun. Mataku beralih pada foto lain. Ada foto gadis kecil memegang bunga di situ. Sesaat aku berpikir ini pasti Hyoeun. Tapi entah kenapa... sedikit tidak mirip.

“Hyoeun banyak berubah ya?” tanyaku, kualihkan kepalaku pada Heejin, dan Heejin tersenyum.

“Banyak sekali,” kata Heejin. Dia kemudian bersandar pada tembok, kepalanya ikut memandangi foto. “Hari ini Hyoeun meletakkan fotonya di luar. Tumben sekali. Padahal dia biasanya meletakkan ini di kamarku.”

Ah, sekarang aku mengerti kenapa aku tidak pernah melihat foto ini.

“Tapi Hyoeun dari kecil memang cantik sih,” aku tertawa pelan, kemudian mengelus pigura foto gadis kecil itu dengan ibu jari. Sesaat Heejin diam.

“Kak Tae.”

“Ya?”

Aku menoleh, memandangi Heejin. Namun anehnya dia justru kelihatan kaget. Sesaat dia diam baru akhirnya dia menggelengkan kepala.

“Tidak apa-apa. Kau ada pesan untuk Hyoeun?”

Awalnya kupikir Heejin mau mengatakan sesuatu. Aku menggeleng kemudian tersenyum, mengelus kepalanya dan berjalan keluar dari rumah.

“Bilang pada Hyoeun untuk meneleponku begitu pulang.”

“O-oke.” Heejin melambaikan tangan. “Akan kusampaikan begitu dia pulang.”

“Thanks, Heejin.” Aku melambaikan tangan dan menutup pintu. Ini agak aneh. Heejin kelihatan agak... atau hanya perasaanku saja ya?

*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro