༺CARAPHERNELIA༻
―――――――――――――――――
🌹🌹🌹🌹🌹🌹⏳⌛🌹🌹🌹🌹🌹🌹
―――――――――――――――――
Netra sang gadis menatap lekat sebuah gelang berwarna merah yang terikat di lengan nya.
"Ayah pembohong," gumam nya pelan di sertai bulir bening yang menetes melewati pipi nya.
Kata siapa iblis bisa hidup selamanya?
Bohong.
Vox, seorang iblis yang ia panggil 'Ayah' tersebut pernah berkata bahwa iblis itu abadi, mereka hidup selama beratus-ratus hingga beribu-ribu tahun.
Tapi nyatanya, baru saja kemarin Vox menghilang, tubuhnya melebur tepat dihadapan gadis tersebut.
Laki-laki itu pergi, setelah ia meninggalkan banyak sekali kenangan di dalam hidup gadis tersebut.
Kedua mata gadis tersebut terpejam, mencoba sekuat tenaga menahan rasa sedih dan kecewa di dalam hatinya.
"Apakah kau tersesat, gadis kecil?"
Suara yang berat namun menenangkan itu, [Name] masih mengingat nya dengan jelas.
"Kau ingin seorang iblis ini menjadi Ayahmu? Hahaha! Baiklah, tidak masalah. Aku adalah Ayahmu, gadisku."
Sambil menghapus air matanya, gadis kecil tersebut berlari melewati hutan sambil terus mengingat kenangan nya bersama Vox.
"Hari ini ulang tahun mu, kan? Ku dengar manusia umumnya merayakan hari ini dengan anggota keluarga nya."
"Un!"
"Aku sudah membuatkan hadiah untukmu."
"Untuk ku? Benarkah?!〜"
"Ya."
"Gelang?"
"Aku tau ini terlihat biasa untukmu, tapi dengan gelang ini, aku bisa terus melindungi mu."
"Ayah ternyata memanglah iblis sungguhan, ahahaha! Terima kasih, Ayah! Aku sangat menyukainya!!"
Sambil berdecih, gadis tersebut mempercepat langkah kakinya, tidak perduli lagi dengan apa yang ia terobos.
Srekk!
Srekk!
Walaupun ranting-ranting menggores kulitnya, walaupun jalan yang ia tuju adalah jalan menuju sebuah jurang yang curam, walaupun pada akhirnya ia akan kehilangan nyawa nya.
Itu bukan masalah besar, selama ia bisa kembali bertemu dengan Vox.
Woshh!
Mata gadis tersebut terbelalak ketika ia mendapati sebuah tembok besar berwarna merah transparan tiba-tiba muncul di depan matanya, menghalangi jalan nya untuk meloncat dari atas jurang tersebut.
"Ayah?――"
"Gadis nakal, siapa yang menyuruhmu untuk mengakhiri hidupmu?"
Suara itu, benar! Itu adalah suara Vox! Itu adalah suara yang selama satu hari ini [Name] rindukan.
"Ayah!!" teriak [Name], kepala nya menoleh kesana-kemari, mencari sosok pemilik suara tersebut, namun nihil, tidak ada siapapun selain dirinya sendiri di atas tebing tersebut.
"Kalau kau menduga aku hidup kembali, sayang sekali."
Lagi-lagi air mata [Name] mengalir. Ia merindukan laki-laki tersebut, benar-benar merindukan seorang Vox di dalam hidupnya.
"Aku tau kau akan berencana mengakhiri hidupmu setelah aku pergi, tapi aku ingin kau tau alasan aku pergi bukan karena umurku. Iblis itu abadi, tapi aku mengorbankan seluruh hidupku dan menukarnya untukmu, gadisku."
"Menukar?"
Ah, [Name] ingat. Beberapa minggu yang lalu Vox mengetahui bahwa umur [Name] hanya tinggal menghitung hari.
"Aku menyayangi mu, karena itulah aku melakukan nya. Teruslah hidup untukku dan karena diriku, [Name]."
Dahulu kala, [Name] pernah mendengar seseorang bercerita padanya.
Iblis adalah ras paling jahat dan licik, mereka akan mementingkan diri mereka sendiri, dan menganggap diri mereka lah yang paling hebat.
Tapi iblis yang [Name] temui ini justru memiliki perilaku yang berkebalikan.
Vox selalu merawat nya dengan baik, mengajarinya tentang segala hal, memberinya apa yang ia inginkan, bahkan Vox rela menukar hidupnya untuk seorang manusia.
Namun walaupun begitu, rasanya berat sekali bagi [Name] untuk menerima kenyataan pahit bahwa Vox sudah tidak lagi ada di sisinya.
Seakan separuh bagian hidupnya telah hilang.
"Bagaimana aku bisa hidup sekarang―Ayah, Ayah bilang akan melindungiku, kan?" gumam gadis kecil tersebut dengan suara bergetar.
"Ayah bilang Ayah akan selalu ada di sisiku selamanya, kan? Bahkan Ayah berjanji akan menunggu reinkarnasi ku bila aku pergi lebih dulu!" isaknya.
Ia menjerit, histeris. Meluapkan seluruh kesedihan nya pada tebing yang seakan menjadi saksi bisu dari hancurnya hati nya karena telah kehilangan sesuatu yang paling berharga.
Ia jatuh berlutut ke tanah bersamaan dengan hatinya yang hancur berkeping keping.
Berulang-ulang ia mengelukan nama Vox, berharap jika saja itu bisa menjadi sebuah mantra yang dapat menghidupkan Vox kembali, namun lagi-lagi itu hanya khayalan.
Vox adalah iblis, dan ia hanyalah manusia biasa. Ia tidak akan bisa melakukan hal-hal hebat, ataupun sihir-sihir seperti yang biasa Vox tunjukkan kepadanya.
Hingga sore tiba, kalimat yang diucapkan Vox terus terngiang samar pada telinga [Name], ia terisak tanpa henti hingga airmata nya terkuras habis.
Kemudian hingga kata-kata terakhir Vox membuat suara isakan gadis kecil itu berangsur angsur mereda.
"Teruslah hidup untukku dan karena diriku, [Name]."
[Name] menghapus airmatanya kemudian bangkit dari posisinya. Ia perlahan membersihkan rok-nya yang kotor karena tanah.
"Don't be afraid and live your life, because this world is full of hope"
"And if you succeed, i'll be proud of you, my dear."
[Name] memaksakan dirinya untuk tersenyum, mati-matian ia mencoba untuk berhenti menangis walaupun kesedihan masih tak luput dari dalam hatinya.
Sambil menatap ke arah tembok merah yang mulai menghilang tersebut, [Name] memegang gelang nya sambil berucap, "As your wish, dad."
―――――――――――――――――
🌹🌹🌹🌹🌹🌹⏳⌛🌹🌹🌹🌹🌹🌹
―――――――――――――――――
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro