Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

last


Dia bodoh.

Setelah aku dibuat syok oleh pernyataan kalau dia bakal menghilang. Aku masih kaget, apalagi setelah dengar alasannya.

Hutt river menceritakan semuanya kepada kami. Tentang sektor pariwisata di tempatnya yang mandek, juga urusan pajak. Pada akhirnya, dia tidak punya pilihan selain menjual seluruh wilayahnya untuk membayar tunggakan pajak 50 tahun kebelakang.

Aku tidak salah tulis. 50 TAHUN.

Cukup gila. Entah apa yang dipikirkan Australia sampai dia membiarkan Hutt River menunggak selama itu.

Pertemuan negara mikro hari itu ditutup dengan salam perpisahan dari Hutt River.

***

Rasanya jadi agak sepi.

Hutt river tidak muncul lagi. Aku sudah coba datangi rumahnya, tapi tidak ada siapapun di sana. Sekarang tempat itu jadi terlihat seperti lahan pertanian biasa dengan toko suvenir.

"Jadi, Hutt River betul-betul menghilang?"

Bukan cuma aku yang jadi cemas gara-gara pernyataan tiba-tiba itu. Ini ketiga kalinya Sealand menelepon, menanyakan kabar Hutt River padaku. Bukan cuma dia, Seborga, Molossia, yang lainnya juga.

Aku mendesah. Menjawab pertanyaan yang sama berturut-turut itu melelahkan. "Sudah kubilang, aku juga tidak begitu paham. Pokoknya, dia tidak ada di rumahnya."

"Tapi kata Aerika--"

"Sudahlah, Sealand," potongku. "Lagipula, kita bisa lakukan apa untuk mencegahnya?"

Tidak ada jawaban, tapi aku bisa mendengar Sealand menggumamkan sesuatu.

"Hei, kurasa kita bisa--"

"Cukup. Aku sibuk." Segera kuputus sambungan telepon tanpa menunggu Sealand menyelesaikan kalimatnya. Sebenarnya aku tidak sibuk, aku hanya sedang malas mendengar gagasan bodoh apa lagi yang bakal diutarakan bocah itu. Tidak ada gunanya. Negara kecil seperti kami tidak mungkin bisa mengubah keadaan.

Aah, kenapa, sih.

Kuraih peralatan melukisku. Kalau sedang kesal begini, pelampiasan yang paling baik adalah melukis. Aku adalah negara seni, jadi apapun yang kugoreskan di kanvas, pasti akan membentuk lukisan.

Aku menggores sedikit warna ungu di kanvas, lalu kupadu dengan warna cokelat gelap di atasnya. Hei, tunggu.

Aku tertegun. Tidak, aku tidak bermaksud. Tapi, goresan ungu itu mengingatkanku pada jubah yang selalu dipakai Hutt River. Keseluruhan lukisan itu terlihat seperti sosok kecil Hutt River yang tengah menatap dataran tandus Australia.

Mataku panas.

Sudah kubilang, dia itu bodoh.

Kutatap lukisan itu lama sekali, sambil sesekali membelai figur Hutt River di ujung kanvas. Aku sempat berpikir, mungkin dengan begini dia akan melompat keluar kanvas dan berlagak norak seperti biasanya. Tapi itu mustahil.

Perlahan, kudekatkan wajahku ke kanvas, sembari berbisik, "Hei, kita ini harusnya abadi, 'kan? Tapi mengapa kau pergi begitu cepat?"

"Hei, jawab aku, Hutt River."

Tamat

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro