Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[14] Penyemangat Tanpa Nama

_____________________________________________

Kadang, orang harus bisa menertawai kegagalan untuk tahu cara menikmati hidup.
_____________________________________________

Suasana hati Anka belum juga membaik. Dia masih merasa harus menghela napas dalam-dalam setiap mengingat apa yang terjadi kemarin. Mungkin, bagi sebagian orang, nilai 68 dan remedial sekali bukanlah hal yang perlu dibesar-besarkan, apalagi sampai mengganggu suasana hati selama lebih dari sehari. Namun, bagi Anka, ini seperti pukulan besar.

Seharusnya, kalau sudah memilih jujur, Anka harus bisa melakukan yang terbaik dengan hasil maksimal, atau setidaknya, tidak memalukan. Supaya orang-orang yang berperilaku tidak jujur bisa melihat contoh yang benar, atau bahkan, lebih baik lagi bila tersadarkan karenanya. Tapi kalau begini kenyataannya, yang ada malah Anka, yang berusaha jujur, yang direndahkan oleh mereka yang berlaku curang. Dan itu menyakiti hatinya, seolah tidak akan ada hasil yang baik bila tetap melakukan sesuatu dengan jujur.

Begitu tiba di kelas, Anka langsung mengempaskan tubuh di kursinya. Hari ini dia sengaja berangkat sedikit lebih pagi, supaya Brav tidak menemukannya di depan rumah dan mengajak pergi bersama. Dan seperti pagi-pagi sebelumnya, tangan Anka refleks merogoh kolong mejanya dan menemukan kotak makan yang selalu mengisi tempat itu sekarang.

Saat kebenaran yang kamu bela mengecewakan, banggalah karena hatimu sudah berani memenangkan perdebatan dengan tepat.

Tulisan di atas kotak makan itu membuat Anka bergeming. Matanya masih terpaku di tiap huruf yang diketik di selembar kertas yang menempel di sana, meneliti tiap kata dan meresapi keseluruhan kalimat itu. Selama sekian detik, napasnya serasa dicuri dan detak jantungnya melonjak drastis. Kalimat sederhana itu membangkitkan sesuatu dalam diri Anka. Napasnya jadi memburu sekarang.

Orang itu mengungkit hal yang masih menguasai pikiran Anka saat ini. Bukan hanya membicarakannya, orang itu bahkan menelaah dengan tepat. Dia tahu bagaimana Anka berusaha mempertahankan prinsip yang diyakininya benar. Dia mengerti kekecewaan Anka karena hal benar yang dibelanya malah berbalik menjadi sesuatu yang buruk. Dan yang paling mengesankan, orang itu paham bagaimana perdebatan hati Anka ketika tetap berusaha jujur, saat semua orang di sekitarnya melakukan kecurangan.

Orang mana di dunia ini yang akan dengan tenang dan yakin melakukan kebenaran di tengah kecurangan, padahal ketidak jujuran itu jelas lebih menjanjikan hasil yang memuaskan. Anka juga seperti itu. Dia berusaha sangat keras untuk menahan diri kemarin, mempertahankan keyakinannya, yang akhirnya malah membuat dia terpuruk seperti sekarang. Namun, orang itu, yang masih tidak Anka ketahui identitasnya, mengatakan semuanya dengan tepat. Menyelami diri Anka, sampai tempat yang mungkin tidak bisa diketahui orang lain.

Tiba-tiba Anka teringat dengan sesuatu. Kertas yang dia temukan di novel Pay it Forward kemarin. Dia langsung merogoh tasnya dan mengeluarkan kotak pensil. Di dalam sana, kertas yang terlipat rapi seolah memanggil-manggil. Anka meraih kertas itu dan memandanginya sejenak. Pikirannya saat ini hanya tertuju pada satu orang, satu nama. Dan kalau dugaannya benar, baik pemberi kotak makan tiap pagi atau pun orang yang menulis di kertas ini, adalah satu orang yang sama. Brav.

Tanpa menunggu lagi, Anka segera melarikan dirinya ke perpustakaan. Sebelum bel masuk, dia harus mengembalikan kertas itu ke novel tempat dia menemukannya kemarin. Anka mendorong pintu perpustakaan dengan tergesa dan menunduk berkali-kali untuk meminta maaf pada petugas yang menjaga di sana. Kakinya langsung memacu cepat ke rak tempat novel itu berada. Perlahan, dia membuka novel itu dan kembali menyelipkan kertas itu di halaman yang sama seperti yang dia temukan kemarin.

Bagi gue, hantu itu berupa penyesalan. Mau cerita lebih jelas tentang kegelapan dan keluarga?

Begitu yang Anka tulis di kertas itu sebagai jawaban. Dan kali ini, dia meninggalkan perpustakaan dengan perasaan lega dan senyum yang akhirnya bisa mengembang dengan tulus, bukan sekadar formalitas seperti kemarin.

***

Sudah lama rasanya Anka tidak menghabiskan waktu istirahat di kantin. Terakhir, saat Reksa dan Rendra perang tatapan sengit karena memesankan siomay untuk Bora. Anka meringis mengingat kejadian itu. Entah bagaimana hubungan Bora dan Reksa sekarang, tapi seharusnya pasti sudah membaik, karena Bora tidak bercerita apa pun padanya.

Dan syukurlah suasana hati Anka sudah membaik saat Bora kembali mengajaknya ke kantin. Kalau tidak ada tulisan itu tadi pagi, mungkin suasana hatinya masih akan sama seperti kemarin. Dia yakin, itu akan membuatnya sangat enggan menanggapi ajakan Bora, dan pada akhirnya harus melihat ekspresi kecewa sahabatnya itu.

"Akhirnya bisa makan di kantin bareng lagi. Hari ini bakal komplet, Ka. Dan gue jamin, nggak akan kacau suasananya. Aman, tenteram, damai, sejahtera pastinya," cerocos Bora sambil menggamit lengan Anka.

Anka menggeleng lalu tertawa mendengar celoteh sahabatnya yang memang suka melebih-lebihkan. Brav menyikut Reksa, untuk mengingatkan cowok itu bagaimana perilaku pacarnya, tapi Reksa hanya mengangkat bahu. Tidak ada yang bisa dilakukannya untuk sifat Bora, apalagi dia memang tidak merasa terganggu. Sebaliknya, dia merasa bahagia punya seseorang seceria Bora di hidupnya.

Ketika tiba di kantin, mereka sudah menemukan Akas yang sedang menjaga tempat duduk untuk mereka semua. Benar kata Bora tadi, sudah lama mereka tidak merasakan suasana kantin yang riuh rendah, apalagi dengan anggota lengkap seperti saat ini. Andai Ardy dan Tyas ada di sekolah yang sama dengan mereka, maka hari ini akan jadi semakin lengkap.

"Gila ... mesti bayar apa nih kita, nyuruh ketua OSIS jagain tempat gini," canda Bora sambil menempati posisi di samping Reksa.

"Mantan, Ra." Akas menegaskan, sambil terkekeh melihat tingkah Bora.

Bora mengangkat bahu acuh tak acuh sebagai jawaban atas penegasan Akas barusan. Tawa pelan terdengar dari semua orang yang ada di meja itu. Akas menggeleng-geleng sekilas, lalu memimpin yang lain untuk memesan makanan. Untuk menjaga tempat, mereka membagi tugas. Bora dan Anka tetap di meja mereka, sedangkan para cowok memesankan makanan.

Anka memperbaiki duduknya dengan gelisah. Dia terusmenatap Bora, sedang menimbang harus mengatakan hal ini atau tidak. Namun, padaakhirnya, dia mengembuskan napas sekali dan mengumpulkan keberanian. "Gue remed kemaren, Yong."

Mata Bora membelalak. Mendengar berita kalau Anka remedial sangat tidak biasa baginya, mengingat sahabatnya ini orang yang sangat perfeksionis. Dia selalu memastikan semuanya baik-baik saja, bahkan sempurna. Jadi bagaimana mungkin remedial bisa menjadi bagian hidup Anka?

Namun, mendengar itu dari Anka sendiri membuat Bora tersenyum. Bukannya dia senang. Dia tidak sekejam itu untuk bahagia saat melihat kesedihan Anka. Tapi, Anka yang bersedia mengakui ini pada Bora dengan sendirinya yang membuat Bora merasa lega. Anka memang orang yang belajar dengan baik dari masa lalu. Dia tidak akan mengulang kesalahan yang sama.

"Lo nggak harus selalu perfect, Ka. Hidup lo udah baik banget selama ini. Gue yakin, siapa pun itu, pasti akan bangga liat kehidupan lo sejauh ini. Nggak usah terlalu forsir diri sendiri." Bora menggenggam tangan Anka, berusaha menyalurkan semangat ke sahabatnya itu. Dia tahu, bagi orang lain, ini mungkin biasa saja. Namun, bagi Anka, ini bisa jadi tekanan yang besar.

Anka menghela napas frustrasi. "Harusnya gue bisa lebih baik lagi, Yong. Kalau gue udah dikasih kesempatan hidup, harusnya gue bisa jalanin tanpa celah."

Itu lagi. Sebenarnya Bora sangat tidak suka setiap Anka membahas hal itu. Sahabatnya ini memang susah diyakinkan soal kepercayaan diri dan rasa berharga. "Sesekali gagal itu nggak apa-apa, Ka. Itu bagian dari hidup, dan kadang, lo harus belajar nikmatin gimana pahitnya kegagalan, sampai akhirnya lo bisa ketawain itu. Percaya sama gue, ngetawain kegagalan itu bikin lega. Dan, nggak ada manusia yang bisa hidup tanpa celah, Ka. Walau dia yang hidup sekarang, dia juga pasti akan pernah gagal. Jadi ... jangan terus-terusan salahin diri sendiri, Ka. Lo harus belajar sayang sama diri lo sendiri. Itu juga pasti apa yang dia mau," ujar Bora sambil tersenyum lembut, membuat senyumnya itu menular ke Anka.

Tepat setelah itu, para cowok kembali dengan makanan sesuai pesanan. Mereka menikmati makanan dalam diam, walau itu hanya berjalan beberapa menit. Orang seperti Bora dan Brav mana tahan mengunci mulut lebih dari lima menit. Mereka bisa bertahan selama itu saja, sudah harus dicatat dalam sejarah.

"Kita piknik, yuk!" usul Bora tiba-tiba di sela-sela makan mereka. "Udah lama, kan, kita nggak piknik bareng lagi. Nanti ajak Kak Ardy sama Tyas. Brav kan belom pernah, tuh, piknik bareng kita. Gimana?"

Semua orang mengangguk-angguk penuh semangat, terutama Brav. Walau bukan minggu ujian resmi, tapi beberapa kelas baru saja melewati ujian harian, seperti Anka kemarin. Dan usul Bora barusan seperti siraman air di tengah gurun pasir. Suasana piknik yang sejuk dan menenangkan sudah membuat mereka merasa senang, bahkan hanya dengan membayangkannya.

"Tapi, Kak ... yang nggak punya pasangan cuma lo, nih. Nggak niat cari pasangan sekarang juga?" ledek Bora, mengundang senyum-senyum kecil dari seisi meja, kecuali Akas.

Akas baru hendak membuka mulut, membalas ledekan Bora, saat suara dari arah sampingnya terdengar. "Aku siap jadi pasangan Kak Akas nanti. Dan ini cokelat buat Kakak. Dimakan, ya. Aku bikin sendiri, lho." Cewek yang datang tiba-tiba itu membuat seisi meja tercengang. "Oh ya, namaku Tisya. Inget baik-baik, ya, Kak Akas," tambahnya sebelum benar-benar pergi, meninggalkan Akas yang masih terpaku.

_____________________________________________

Jengjeng ... datang Tisya yang mau ngedeketin Akas. Siapakah Tisya? 😅

Pada setuju nggak sama Bora? Kalau aku setuju banget. Kadang harus bisa ketawain kegagalan. Dan manusia nggak bisa selalu perfect. Nggak mungkin bahkan. Jadi ya ... gitu deh, nikmatin aja semua fase hidup 😅

Ditunggu komen dan votenya!

With love,
junabei

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro