Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11. minggat


[Name] menatap horor benda panjang yang sedang ia pegang. Ini sudah percobaan ke sekian kalinya dan hasilnya tetap sama.

Positif.

Astaga, apa harus secepat ini? Anak ketiganya baru saja berumur delapan bulan, dan kini ia akan mendapatkan yang baru lagi. Aduh, membayangkan apa yang akan terjadi ke depannya saja sudah membuat [Name] ingin kabur saja.

"Bangsat lo, Pan." Gumamnya.

Sebenarnya, ia sudah merasa aneh dari dua bulan yang lalu. Tanda-tandanya sudah mulai berdatangan padanya, lalu juga ia merasa sedikit gemukan. Tapi dirinya tak berani mencoba benda panjang itu lagi, sebelum akhirnya ia coba karena tak datang bulan.

"Mau minggat ... ukh, gue kurang sabar apa, sih, sama empat cowok di rumah ini?"

Stok kesabaran [Name] sudah mau habis rupanya.

Cklek.

"Bunda, kita pulang!"

Pintu rumah dibuka pelan oleh suaminya, bersamaan dengan dua bocah laki-laki dan satu bayi laki-laki yang ada di dekapan Taufan.

Mereka berempat baru selesai jalan bersama memutari komplek karena Taufan pulang lebih cepat dari biasanya. Sehingga mereka bisa jalan bersama.

"Buka jaket kalian terus cuci kaki sama cuci tangan. Jangan lari-lari, gantian."

Kedua anaknya itu mengangguk dan langsung pergi ke kamar mandi terdekat untuk mencuci kaki dan tangan mereka. Berbeda dengan Taufan yang menghampiri [Name] dan mengecup pipinya sekilas, lalu menyerahkan Haize yang sedang dalam mood baik.

"Muterin komplek berapa kali?"

"Dua kali, soalnya pas di putaran pertama, Haize minta muter lagi, hehehe."

"Oh. Sana, mandi lagi aja kamu. Muka mu udah kayak gembel begitu."

Taufan cemberut, namun walau begitu dirinya tetap berjalan menuju kamar mandi tepat setelah kedua anaknya selesai mencuci kaki.

"Beliung, ambilin Papa handuk."

"Males, Hali aja."

Entah, Hali malah mengiyakan dan pergi untuk mengambilkan Taufan handuk. Emang anak berbakti Hali tuh.

[Name] hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Beliung, untung ia lagi sabar, kalau tidak, sudah ia jewer kuping mungil itu.

"Aduh, Je. Kakakmu aneh semua, jangan kayak mereka, ya?" ucap [Name] sambil mengusap kepala bayinya lembut.

"Je, kalo kamu punya adek, kamu bakal gimana?" Haize yang tadinya asik mengemut tangannya sambil tersenyum tiba-tiba berhenti. Ia menatap bundanya dengan tatapan ingin menangis, ekspresinya seperti tak suka, seolah ia paham apa yang dikatakan bundanya ini.

"Hu-huweee iks ... tatatatataaa, HUWAAA!"

Tiba-tiba ia menangis kencang. Kepalanya ia gelengkan dengan sekuat tenaga, tubuhnya langsung menolak dipeluk oleh [Name].

Sepertinya ia menolak kehadiran sang adik.

"Aduh, Ije. Bunda kan cuma nanya!"

[Name] jadi deja vu. Kakaknya juga seperti ini saat mendengar jika sang ibu sedang mengandung dirinya. Ia menolak [Name] lahir ke dunia ini walau endingnya diterima, sih.

"... Kamu mau jadi bungsu, ya?" tanya [Name] dengan tersenyum miris.

"Sayang banget, tapi anak bungsu disini itu kayaknya anak nomor sebelas. Hahaha, Bunda mau minggat aja." [Name] tertawa miris, ia pasrah saja sudah. Tak paham lagi dengan sang suami.

"Yuuuu! Ut! Ut!"

(Yuk! Ikut! Ikut!)

Sepertinya Haize memahami perasaan Bundanya ini.

"Tapi minggat kemana, Je? Bunda pengen istirahat seminggu dari kerjaan, Papa, sama dua kakak mu itu, Je."

"Umh...." bayi itu diam, lebih tepatnya seperti sedang berpikir. Sebelum akhirnya sebuah kata keluar dari mulut kecilnya itu.

"Totoo!"

(Amato.)

Aduh, emang Haize ini rada-rada. Dari dulu selalu diajarin buat panggil Amato itu kakek atau atok. Tapi Haize menolak dan malah memanggilnya 'Toto'.

"Kakek, Kakek Amato, Haize. Bunda udah sering bilang, kan? Yang sopan sama yang lebih tua!"

"Eeh? Tapi Papa Upan ndak pelrnah sopan sama Om Lintalr."

Tiba-tiba, Beliung dan Hali datang lengkap dengan piyama yang sudah dikenakan. Wah, kapan mereka mandi? Seingat [Name] tadi mereka masih bermain.

"Kalian udah mandi?"

"Udah!"

"Cepet banget, mandi bebek ya?"

Keduanya cengengesan, mereka menghampiri bunda dan adik bungsu―saat ini―yang ada di ruang tamu.

"Bundaa lagi main sama Ije?"

"Enggak. Diskusi lebih tepatnya."

Beliung merasa penasaran, "diskusi apa?"

"Bunda mau minggat sementara."

JDERRR

Kedua anak laki-laki [Name] langsung panik, astaga, dari dulu mereka tau jika bunda mereka ini sangat ingin minggat karena lelah dengan tingkah laku mereka. Tapi tak disangka, sekarang bundanya benar-benar ingin minggat.

"JA-JANGAN!"

"Buuunddd, di sinii ajaa! Hali janji bakal jadi anak baik, gak ngelrepotin Bunda lagi." Hali menarik pelan baju yang [Name] kenakan, namun segera Haize tepis tangan kakaknya itu seolah-olah berkata,

'Jangan ganggu keputusan Bunda!'

Hali tak terima tangannya ditepis oleh si adik, ia langsung bangun dari sofa dan pergi ke arah pintu kamar mandi tempat Taufan berada.

"Paapaaa! Cepet dong mandinyaaa! Huwaa, Bunda mau pelrgi!"

"Hah, apa Nak?"

"Bundaaa mau pelrgi!"

"HAH APA APA?"

"Punya Bapak budek banget sih." Ujar Beliung yang mendengarkan Hali dan Taufan. Mulut kecilnya itu langsung saja disentil [Name].

"Mulutmu!"

"Khilaf, maaf."

Tak lama pintu kamar mandi terbuka, menampakkan Taufan yang bertelanjang dada, handuk menutupi bagian bawahnya, dan dengan shampo masih di kepalanya.

Wajahnya nampak panik, ia berjalan ke arah ruang tamu, tak peduli jika shampo di kepala nya jatuh ke bawah.

"[NAME] SAYANGKU CINTAKU PUNYAKU, KAMU MAU KEMANA???!"

"UGH―TAUFHAAAN! MANDI DULU SANA! NANTI AKU JELASIN SEMUANYA!"

Jangan heran kalau esok harinya mereka diusir tetangga.

――――✧ :-  

Taufan sudah selesai mandi, sekarang mereka berlima berada di ruang keluarga, siap mendengarkan penjelasan [Name].

"Jadii? Kenapa [Name] sayangnya Upan ini mau minggat? Udah nyerah, nih? Tapi Upan gak bakal nyerah!"

[Name] memutar bola matanya malas,

"A-aku...."

"Aku??" ketiga laki-laki itu mengulangi perkataan [Name].

"Uhh ... lagi." [Name] tak mengatakannya dengan jelas, namun tangannya menunjuk perutnya yang berisi itu, lalu mengelus nya.

"... Lagi dapet?"

Gobl----

"B-bukan!"

"Loh, telrus apa, Bund?"

"I-itu, bakal ada bayi lagi nanti...."

Setelah mengatakannya, [Name] langsung memalingkan wajahnya ke kanan, berbeda dengan ketiga laki-laki itu. Mereka nampak diam dengan ekspresi berbeda-beda.

'Hah? Walah, kecebongku menang balapan lagi, toh.'

'A-adek ... Hali mau adek pelrempuan.'

'... BAPAAAAAAK SETAN! DUA ADEK UDAH CUKUP!'

Terlihat sekali, wajah Beliung nampak tak enak. Terlihat seperti orang yang dililit banyak utang.

"Terus Bunda mau minggat karena apa?"

"Ya itu, Bunda mau libur seminggu dulu dari kerjaan, sama kalian bertiga. Bunda mau tenang dulu seminggu."

"Yaaah, nanti siapa yang kelonin Hali bobo?"

"Kan ada Papa,"

"Nanti siapa yang bikin sarapan enak?"

"Kan ada Papa,"

"[Name] ... nanti siapa yang aku peluk pas tidur?"

"... Dirimu sendiri."

Aduh, langsung ketiga lelaki itu mengeluarkan aura suram. Berbeda dengan Haize yang malah tertawa dengan ceria.

Tapi jadinya, [Name] minggat kemana?

________

Allahuakbar, anak keempat sedang dalam proses pengeluaran, anak kelimanya sedang dalam proses juga.

Proses pembuatan maksudnya---

jsgdifb akhirnya mbak nem menyerah, mau minggat dulu guys mbak nem. Ada yang tau mbak nem bakal minggat ke rumah siapa? Clue nya bbb. Entah bbb yang mana, tebak saja ya kawand 😲

See u!



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro