Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

05. first love


Hujan deras kayak begini, enaknya pelukan kalau kata Taufan. Tapi apa daya istrinya itu lagi sibuk sama kerjaannya, bahkan pagi ini Taufan belum ada dilirik sama istrinya.

Tandanya kudu apa guys? Betul, kudu caper.

"[Naaameee]~! Perutnya sakit, gak?"

Basa-basi dulu nanyain si kecil yang lagi ada di perut [Name], nanti beraksi nya akhiran.

"Enggak, dah sana minggir. Aku mau fokus."

Kan, baru juga basa-basi, Taufan udah diusir aja sama istrinya.

"Kamu kedinginan gak, sih? Kan di luar hujan, terus kamu nyalain AC. Apa gak dingin? Aku sih kedinginan, [Name]."

Mendengar perkataan Taufan yang nadanya sedikit dibuat-buat, [Name] langsung melirik ke arahnya dengan wajah datar. Ia menghela napas panjang lalu memutar badannya jadi menghadap ke arah Taufan.

Tanpa babibu, tangannya ia rentangkan lebar, siap menerima Taufan di dalam dekapannya.

"Kalo mau peluk, tuh, gak usah ngode."

Nyengir lah Taufan.

Langsung saja pria itu loncat ke pelukan sang istri, ia memeluk erat istrinya sambil mencari kehangatan.

"Habisnya kamu keliatan sibuk banget, gak mau diganggu gitu.  Kan aku jadi ngode!"

Untung [Name] lagi peka, kalau tidak, ah sudahlah. Mood Taufan pasti langsung hancur.

"Kamu gak laper, [Name]?"

"Enggak."

"Masa? Biasanya jam segini kamu udah ngambil makan, atau kalo ga ada makanan kamu udah misuh-misuh."

Hafal betul ya, Pan.

"Gak tau. Mungkin karena aku lagi bareng bayi lagi, jadinya gak begitu napsu makan."

Aduh, Taufan lupa fakta jikalau istrinya ini sedang hamil anak ketiga. Hihi, istrinya Blaze baru lahiran, dia langsung bikin pengumuman kalau bakal jadi ayah dari tiga anak, bukan dua anak lagi.

"[Name], aku mendadak pengen pecel lele, deh. Aku order, ya? Kayaknya aku ngidam."

Yang hamil siapa, yang ngidam siapa.

"Ya order aja sana."

[Name], sih, gak begitu peduli, ya Taufan mau order apa atau mau ngapain. Yang penting gak aneh-aneh aja, deh.

"Ih tapi kayaknya soto lamongan lebih enak, deh, [Name]. Soto lamongan aja kali ya?"

"Terserah kamu. Yang makan, kan, kamu."

"Eh tapi makan bakso pas hujan begini juga nikmat banget gak, sih, [Name]?"

Aduh, labil banget, sih, Pan.

"Enak aja sih."

"Hmm ... aku order nasi bakar aja, deh!"

"TERSERAH PAN, TERSERAH LO AH."

Kesal juga lama-lama [Name], ia melepaskan pelukan mereka berdua lalu kembali lanjut mengerjakan pekerjaannya yang tertunda karena Taufan tadi.

"Yah, kok udahan sih pelukannya? Upan masih kedinginan tau!"

"Gak peduli. Lo nyebelin."

Taufan mengerutkan keningnya, apa salah dia? Dia ada salah lagi, kah?

"Terus sekarang aku ngapain? Hali lagi dititip ke Halilintar, Beliung juga lagi main bareng anaknya Thorn di rumah Thorn."

"Jemput Hali sana. Kasian Kak Lin tertekan ngurus Hali."

"Enggak ah, gamau. Kalo jemput Hali, nanti kita gak bisa berduaan lebih lama kayak gini lagi. Jemput Hali entaran aja, deh. Malem."

Masa bodo Halilintar tertekan atau apa lah itu saat menjaga anak nomor duanya. Yang penting kan Taufan bisa berduaan sama istri tercintanya.

Toh, kelihatannya Halilintar tak begitu masalah saat diganggu Hali. Mungkin karena Hali tak begitu jahil dibanding yang lain.

Saat Hali meminta bergandengan tangan dengan Halilintar saja, Halilintar menurut. Ia gandeng tangan mungil Hali sambil jalan bungkuk karena perbedaan tinggi mereka yang sangat jauh.

Kelihatannya, Halilintar tak tertekan, kok!

"[Name], kamu gak mau main atau apa gitu? Kerja terus, apa gak cape? Upan yang liat aja udah berasa cape banget."

"Nah, makanya itu. Udah tau aku cape, kamu tutup mulutmu, diem."

Walah, salah ngomong Taufan.

"Hiish! [Naaaameee], stop kerja. Ayo kita jalan atau main gitu. Main monopoli atau UNO."

"Gak mau. Kamu main monopoli curang terus, aku jadi males mainnya."

"Gak curang, ya! Emang aku cepet kaya aja di monopoli."

Kalo di RL lambat kaya, ya, Pan. 😔

Enggak, sih. Dari lahir juga Taufan sudah anak orang kaya, cuma ketutup aja.

"[Name], ayoolah! Tinggalin itu kerjaan. Aku bosen banget ini."

Ingat guys, hanya satu yang bisa membunuh Taufan, yaitu kebosanan.

"Sebentar lagi selesai. Habis ini aku ladenin kamu, Fan."

Taufan tau sekali, sebentar nya [Name] itu dua sampai tiga jam lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk menggeledah isi ruangan kerja [Name] di rumah mereka.

"Walah, [Name], barangmu waktu jaman SD masih kamu simpen sampe kamu bawa kesini?"

"Iya, kenapa? Masalah?"

"Astaga! Enggak, aku cuma ngomong doang."

Setelahnya, Taufan kembali kepo dengan barang-barang [Name]. Ia membuka sebuah box cukup kecil yang sepertinya isinya juga barang lama [Name].

"Buset, ada lato-lato. Eh walah, ada gasing juga ... [Name] dulu mainannya bukan berbi gitu, kah? Kok mainan cowok semua di sini."

Taufan hanya berbicara sendiri, kok. Tapi omongannya itu masih terdengar di telinga [Name], membuat si pemilik mainan merasa sedikit tak nyaman.

"Eh power rangers woy! [Name], lengkap banget power rangers mu. Dulu aku cuma punya dua, yang biru sama merah."

"Dulu aku ngoleksi."

Taufan hanya ber 'oh' ria, dirinya kembali membongkar isi box kecil itu. Padahal boxnya kecil, tapi isinya gede-gede.

Matanya menyipit begitu menemukan sebuah foto di tumpukan mainan-mainan ini. Taufan mengambil foto tersebut dan menatapnya dengan intens. Sebuah foto anak kecil laki-laki di depan rumah.

"[Name],"

"Apa?"

"Ini foto siapa?"

[Name] mengerutkan keningnya bingung, sebelum ia melihat foto yang Taufan tunjukkan padanya. Ia langsung ingat dengan sekali lihat foto itu, itu foto random yang ia temukan di taman saat berusia 10 tahun.

"First love, mungkin? Aku nemu foto itu pas umur 10 tahun, di taman. Aku nemu di tanah terus aku ngerasa tertarik sama cowok yang ada di foto itu. Akhirnya sampe sekarang ku simpan fotonya, aku bahkan gak tau siapa cowok yang ada di foto itu. Entah gimana orangnya sekarang."

Taufan cemberut, "kamu punya first love, toh? Tapi gak tau siapa orangnya."

"Ya kan aku nemu foto itu di jalan!"

"Tau gak, [Name]?"

"Apa?"

"Aku kehilangan foto ini waktu umur 10 tahun, loh! Aku sampe nangis karena fotoku yang ini hilang. Eh ternyata kamu ambil."

Otak [Name] mencerna perkataan Taufan, sedangkan Taufan sekarang sedang nyengir lebar sambil menunjukkan foto bocah lelaki itu.

"... Loh, bentar—"

"Iya! Aku yang kamu sebut first lovemu itu. Hihi, romantis banget ya kita? Ternyata pas umur 10 tahun kamu udah kenal aku."

Siapapun, tenggelamkan [Name] sekarang. Malu sekali ternyata first love abal-abalnya itu suaminya.

"Makasih, loh. Udah jaga fotoku yang ini."

"SHUUT, DIEM PAN."

"Gak rugi aku ngeberantakin ruang kerja kamu, [Name]!"

_______

Emang jodoh gak ada yang tau, ya 😔

Bisa gitu, foto upan ada di nem gara-gara nem naksir tiba-tiba terus fotonya di ambil.

Jiakh upan pris lope nya nem.

Udah deh, ya, see u besok?? Siapa tau ya kan!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro